=============
"Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dahulu."
Jika anda tinggal di kota kecil, mungkin anda tidak akan repot ketika salah jalan. Anda cukup memutar balik kendaraan anda sesegera mungkin dan dalam waktu singkat anda akan kembali ke jalur yang benar. Tetapi coba bayangkan jika anda salah jalan di kota besar seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya dengan alur yang rumit. Bisa jadi anda harus menghabiskan waktu lebih dari setengah jam untuk memutar balik hanya karena anda salah jalan sedikit saja. Dalam kehidupan kita tidak bisa dipungkiri bahwa ada kalanya kita mengambil langkah-langkah yang salah. Sama seperti ketika anda salah jalan dalam berkendara, ada begitu banyak percabangan dalam perjalanan kehidupan kita, dan jika kita salah mengambil jalan maka kita pun bisa tersesat, sehingga gagal mencapai tujuan kita. Semakin lama kita salah jalan, maka semakin repot pula kita untuk kembali ke jalur yang benar. Itulah sebabnya kita harus segera berbalik begitu menyadari bahwa kita mengambil arah yang salah secepat mungkin, sebelum semuanya menjadi semakin berat. Kitab Yoel berbicara mengenai bagaimana mengerikannya hukuman Tuhan yang dijatuhkan kepada bangsa Yehuda yang secara nasional sudah menyimpang dari ajaranNya. Disana kita melihat adanya serbuan belalang yang merusak pertanian serta perekonomian mereka dengan sangat mengerikan membawa kehancuran bagi bangsa itu sebagai akibat dari penyimpangan mereka. (Yoel 1:4-12). Maka Yoel pun menyerukan pertobatan menyeluruh dan sungguh-sungguh secara nasional pula. Lalu bagaimana janji yang diberikan Tuhan kepada bangsa yang mau benar-benar bertobat, berbalik dari jalan-jalannya yang salah? Janji yang diberikan Tuhan lewat yoel ini sangatlah indah seperti yang disebutkan dengan rinci pada pasal 2.
Meski menyimpang sejauh apapun, Tuhan tetap menyambut anak-anakNya yang berbalik kembali kepadaNya dengan segera dan dengan penuh sukacita, seperti apa yang dicontohkan Yesus dalam perumpamaan anak yang hilang. Dalam kitab Yoel pun gambaran Allah yang sama bisa kita lihat pula. Mari kita lihat janji Tuhan kepada umatNya yang bertobat. "Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dahulu. Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak." (Yoel 2:23-24). Ini seruan Allah yang menjanjikan hujan awal, masa menanam atau investasi, hingga hujan akhir, masa menuai yang sama berkelimpahan. Pemulihan setelah kehancuran akibat penyimpangan-penyimpangan yang telah kita perbuat pun Dia janjikan pula. "Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu." (ay 25). Dari sana, "maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya. Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa Aku ini, TUHAN, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya." (ay 26-27). Semua ini hadir sebagai janji Tuhan kepada orang yang mau berbalik dari jalannya yang keliru dan melakukan pertobatan sungguh-sungguh. Tidak hanya itu, pencurahan Roh Kudus yang memberkati secara rohani pun juga Tuhan janjikan, seperti ayat-ayat pada perikop selanjutnya dalam Yoel 2:28-32.
Dalam Yeremia kita bisa pula melihat salah satu hasil dari pertobatan yang berkenan di hadapan Tuhan. "Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." (Yeremia 25:5). Dengan bertobat, kita akan bisa tetap diam di tanah yang diberikan Tuhan. Tanah seperti apa? Tanah yang berlimpah susu dan madunya seperti yang berulang-ulang disebutkan dalam kitab Keluaran, Bilangan, Ulangan dan beberapa kitab lainnya. Sebuah tanah yang penuh dengan hujan awal dan hujan akhir. Sebuah tanah dimana segala sesuatu dipulihkan berkelimpahan. Inilah tempat yang seharusnya kita peroleh sebagai pemberian Allah. Dengan bertobat secara sungguh-sungguh, maka kita pun bisa kembali mendiaminya, tidak peduli sejauh manapun kita sudah tersesat dan menyimpang dari tanah yang Dia janjikan itu.
Perhatikanlah. Tuhan begitu mengasihi kita, kita begitu berharga dan mulia di mataNya, sehingga segala yang baik telah Dia sediakan kepada kita dengan segala kelimpahan di dalamnya. Kalaupun kita menyimpang, sebuah pertobatan sungguh-sungguh akan mengantarkan kita kembali menempati posisi seperti yang Dia inginkan. Tuhan selalu begitu rindu agar tidak satupun anakNya terhilang dan terlepas dari peluang mendapatkan segala yang baik ini. Seruan bertobat pun berulang-ulang kita dapati bahkan sampai kitab Wahyu. Memasuki tahun baru 2011, mari kita perbaharui ketaatan dan kesetiaan kita. Jika ada hal-hal di antara yang kita lakukan ternyata masih menyimpang, marilah kita segera berbalik dan kembali kepadanya. Mari songsong tahun yang baru dengan semangat baru, dengan komitmen baru, sehingga berkat-berkat berkelimpahan Tuhan bisa menjangkau kita semua di tahun ini. Selamat tahun baru, Tuhan Yesus memberkati.
Pertobatan adalah awal dari pemulihan dan meraih kembali janji-janji Tuhan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Ada banyak penyebab datangnya banyak permasalahan dalam hidup kita. Salah satu penyebabnya tentu karena kita menjauh dari Tuhan, melanggar perintah-perintahNya, menjauh dariNya dengan melakukan segala sesuatu yang cemar dan tercela. Akibatnya masalah pun datang silih berganti. Mulai dari sakit, kesulitan keuangan, usaha atau karir yang merosot drastis, kehidupan keluarga yang menjadi tidak lagi harmonis, kegagalan studi dan lain-lain. Tidak jarang pula masalah-masalah ini datang serentak, membuat kita semakin lama semakin hancur. Ironisnya, ada banyak orang yang justru mengambil langkah yang semakin salah dalam menghadapi ini. Daripada bertobat dan kembali kepada Tuhan, pilihan yang diambil justru mencari jawaban lewat okultisme. Akibatnya malah semakin runyam. Menjelang tahun baru 2011 yang akan datang sebentar lagi, seruan untuk berbalik dengan pertobatan dan membenahi diri kita secara total terasa kuat dalam hati saya. Oleh karena itu saya percaya ini pesan Tuhan bagi kita semua untuk memasuki tahun 2011. Saya akan fokus kepada kitab Yoel hingga beberapa hari ke depan.
Adakah keselamatan seratus persen di dunia ini? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segalanya, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, menyewa banyak penjaga, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti. Seberapa besarpun kita berusaha, namun pada akhirnya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.
Hari Natal baru saja kita lewati beberapa hari yang lalu. Bagi sebagian orang yang bekerja kesibukan sudah mulai lagi menyita waktu menjelang tahun baru. Ada juga yang masih berlibur hingga memasuki tahun 2011 yang sebentar lagi akan tiba. Apakah anda masih berlibur atau sudah kembali aktif bekerja, ada sebuah pertanyaan yang rasanya penting untuk kita pikirkan, masihkah anda merasakan terang Kristus? Adalah penting bagi kita untuk memeriksa diri kita sendiri, apakah terangNya masih menyinari kita atau kita sudah kembali berada dalam kegelapan hanya beberapa saat setelah kita memperingati hari kelahiranNya ke dunia.
Dalam setiap sandiwara atau operet Natal kita akan selalu melihat bagaimana proses kelahiran Kristus ke dunia. Sebagai Raja diatas segala raja, apakah ada "red carpet" yang dibentangkan buat Dia? Hotel bintang 5? Fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas? Kain terlembut dan terhangat untuk membungkusnya? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya. Tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung Yesus dan kedua orang tuaNya di bumi.
Ingatkah anda dengan lagu "Aku ini Punya Siapa?" Lagu lawas ini kembali saya dengar hari ini ketika dibawakan oleh salah satu artis yang tampil dalam sebuah event jazz yang saya hadiri. Lagu ini bercerita tentang ketidaksetiaan seorang pasangan yang dikarang dengan lirik yang sangat sederhana dan ringan oleh Dian Pramana Putra dan Deddy Dhukun. Pertanyaan yang sama mungkin bisa kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Aku ini punya siapa sih sebenarnya? Siapa yang memiliki kita? Jelas, sebagai orang-orang percaya kita adalah milik Yesus. Dan untunglah Yesus merupakan Tuhan yang setia, sehingga kita tidak perlu mengalami nasib seperti lagu di atas.
Merry christmas! Selamat Hari Natal! Ucapan ini akan kita berikan kepada saudara-saudari seiman baik lewat ucapan langsung disertai salaman, lewat kartu pos darat/elektronik, sms, telepon, email dan sebagainya. Kita bersukacita dalam menyambut Natal, berbagai tempat perbelanjaan terlihat semarak. Jika di negara kita saja sudah demikian meriah, apalagi di luar sana dengan adanya salju putih yang menambah keindahan malam Natal. Saya pernah merayakan Natal di Swedia sekitar sepuluh tahun yang lalu, dan memang kerlap kerlip pohon terang akan berpadu sangat indah dengan putihnya salju. Di tempat saya menginap seisi keluarga merayakannya dengan makan malam bersama dan bertukar kado. Meriah memang, tetapi tidak satupun dari yang hadir mengambil waktu khusus untuk merenungkan apa yang menjadi makna Natal sesungguhnya, bahkan berdoa saja tidak. Saya sendiri pada waktu itu belum mengerti dan hanya menikmati saja pesta meriah itu.
Membalik-balik sebuah majalah hari ini membuat saya berpikir betapa hidup kita pun seperti sebuah majalah. Ada begitu banyak "kolom" atau "rubrik" dalam perjalanan hidup kita, dimana kepingan-kepingan itu disatukan menjadi utuh seperti halnya satu jilidan majalah. Sebuah pertanyaan hadir di benak saya, dimanakah letak "kolom" hubungan kita dengan Tuhan? Apakah terletak di halaman utama, tajuk editorial, mengisi setiap lembar-lembarnya atau hanya berada pada satu halaman kecil saja, mungkin malah terletak di paling belakang?
Dalam melakukan pekerjaan saya sebagai wartawan musik, saya seringkali menyaksikan terjadinya masalah-masalah diluar perkiraan dalam berbagai acara. Bisakah anda membayangkan bagaimana jika sound system tiba-tiba ngadat pada saat sebuah acara berlangsung, sementara penonton sudah banyak? Itulah yang pernah saya saksikan. Acara tidak lagi bisa dilanjutkan sesuai rencana, dan para musisi berupaya untuk terus bermain dengan instrumen-instrumen yang bisa dibunyikan tanpa membutuhkan listrik. Jika demikian, apa yang harus saya tulis? Haruskah saya mengkritik mereka habis-habisan dalam tulisan saya, atau sebaliknya, haruskah saya bohong dengan menganggap semua baik-baik saja? Dimana saya harus berdiri agar tetap bisa menyajikan tulisan yang menggambarkan hal yang sebenarnya tanpa harus menyinggung orang lain? Dalam banyak kesempatan lain saya pun sering menyaksikan hal-hal diluar perkiraan lainnya. Penonton yang sangat sepi, musisi datang terlambat dan sebagainya. Ayat bacaan hari ini yang berbunyi "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8) selalu saya jadikan acuan untuk menjalankan pekerjaan saya dalam menulis. Ayat ini selalu mampu menjawab dan membantu apa yang harus saya tulis agar saya bisa menyajikan laporan yang benar tanpa harus mematahkan semangat orang lain.
Apa motivasi kita dalam beribadah? Apakah ingin bertemu dan merasakan hadirat Tuhan bersama saudara-saudari seiman, atau hanya mencari berkat/pertolongan atau bahkan sekedar ritual atau rutinitas yang sudah rutin kita lakukan sejak dulu? Menjelang Natal yang tinggal beberapa hari lagi saja, apakah kita benar-benar merenungkan segala kebaikan Kristus kepada kita untuk memperingati hari kelahiranNya atau kita hanya peduli pada pesta, liburan atau gemerlap perayaannya saja? Ada banyak motivasi orang dalam beribadah, demikian pula halnya dengan memperingati Natal. Bagi sebagian orang, Natal tidaklah lebih dari sebuah pesta keluarga dengan segala kemeriahannya tanpa merenungkan esensi yang paling dasar dari perayaan itu.
Jika anda bercermin, apa yang anda lihat dari diri anda? Ada banyak orang yang akan langsung melihat segala kekurangan mereka, seperti sebuah iklan pelangsing yang menunjukkan seorang wanita sibuk menyilang-nyilang bagian tubuhnya yang dianggap masih kurang ideal dengan spidol. Manusia memang mudah untuk melihat kekurangan-kekurangan, sebaliknya sulit sekali melihat sisi kelebihan mereka. Wajah kurang cantik/tampan, tubuh kurang langsing, kurang tinggi, hidung kurang mancung, kulit kurang putih dan sebagainya, semua itu akan sangat mudah menjadi titik fokus kita ketika bercermin ketimbang memperhatikan dengan seksama betapa luar biasanya Tuhan dalam menciptakan kita dan bersyukur akan hal itu.
Hari ini saya teringat oleh beberapa teman saya di masa kuliah. Pada saat itu saya masih hidup dalam kegelapan, tanpa pegangan apapun sehingga mereka pun merasa terpanggil untuk memperkenalkan Yesus kepada saya. Apa yang saya lakukan pada saat itu? Saya menertawakan mereka, dan berkata "sudahlah, percuma saja mengkotbahi saya, tidak bakalan mempan. Lebih baik simpan tenaga kalian buat orang lain." Itu kira-kira yang saya katakan kepada mereka, yang sudah repot-repot datang berkunjung ke rumah saya. Saya pun segera meminta mereka untuk pulang karena saya merasa terganggu. Mereka pun pergi, tidak pernah lagi mendatangi saya setelahnya. Beberapa tahun setelah kejadian itu saya bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya. Mereka pun mendengar kabar itu dan menjadi senang. Pada saat itulah mereka bercerita bahwa setelah saya menolak mereka pada saat itu, ternyata mereka tidak putus-putusnya membawa saya dalam doa bertahun-tahun. Bayangkan, ada beberapa orang yang sudah saya tolak ternyata tidak membenci saya tetapi malah terus mendoakan saya. Saya berbuat jahat kepada mereka, tetapi mereka tidak membenci saya. "Tidak sia-sia kami terus mendoakanmu, Puji Tuhan, akhirnya doa itu didengar." kata salah seorang dari mereka. Saya terharu dan bersyukur, orang-orang yang dahulu saya tolak ternyata merupakan teman-teman sejati yang sangat peduli dengan keselamatan saya.
Apakah anda termasuk orang yang mudah atau sulit tidur? Ayah saya termasuk orang yang sangat mudah tidur. Meski ia masih sangat aktif bekerja di usia senjanya, ia bukanlah orang yang gampang stres. Dalam sekejap saja ia bisa langsung pulas setiap ada kesempatan untuk beristirahat biarpun cuma sebentar. Tidur itu mudah dan gratis, katanya pada suatu kali sambil tertawa. Ya, bagi orang yang tidak mengalami kesulitan tidur hal itu tentu benar. Tapi coba tanyakan kepada orang-orang yang sulit tidur, seperti orang insomnia misalnya, maka tidur ini bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dan mahal harganya. Hidup di dunia yang semakin lama semakin sulit akan membuat hal-hal yang bisa mengganggu kedamaian kita bertambah banyak pula. Berbagai masalah, konflik, situasi sulit bisa menimbulkan stres dan depresi, dan hal-hal seperti itu tentu bisa mengganggu bahkan merampas damai sejahtera maupun sukacita dari diri kita. Akibatnya jangankan bisa nyenyak, untuk bisa memejamkan mata saja sudah sulit. Ada yang bahkan memerlukan obat terlebih dahulu agar bisa tidur.
Bisakah kita mengontrol situasi dan kondisi di sekitar kita sepenuhnya? Tentu saja tidak. Tidak peduli bagaimanapun kita berusaha, masalah dan konflik akan selalu hadir pada waktu-waktu tertentu, bahkan tidak jarang pada saat yang tidak disangka-sangka. Situasi buruk bisa terjadi kapan saja, mulai dari yang paling sepele atau sederhana hingga yang terparah sekalipun. Pernahkah anda merasa bahwa itulah ujian yang terberat, tetapi kemudian datang masalah lagi yang ternyata jauh lebih berat daripada itu? Semua itu rasanya pernah kita alami, atau jangan-jangan ada diantara teman-teman yang tengah merasakannya. Rasa itu tentu akan bertambah parah kita rasakan ketika menjelang Natal seperti ini, dimana banyak orang sedang bersukacita, berkumpul bersama keluarga, berlibur, bergembira dengan orang-orang yang dikasihinya. Saya tidak sedang menakut-nakuti atau mencoba melemahkan semangat anda. Jika ada di antara anda yang tengah merasakan kepedihan saat ini, saya pun pernah merasakannya. Dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Tapi jangan lupa, dalam keadaan segelap apapun selalu ada titik terang yang berasal dari Tuhan. Dalam keadaan seberat apapun, ada damai sejahtera yang masih bisa kita peroleh. Itu berasal dari Tuhan, dan itu tidak tergantung oleh situasi dan kondisi.
Hujan terus mengguyur kota dimana saya tinggal sekarang selama setahun penuh. Hampir tidak ada satu hari pun tanpa hujan. Jalan mengelupas bahkan pecah berkeping-keping seperti terkena ledakan dari bawah, sehingga rasanya seperti berselancar di sungai berbatu ketimbang berkendara dengan mobil. Hari ini di sebuah kompleks perumahan yang tidak jauh dari tempat tinggal saya, saya melihat ada lima bangunan yang tengah berada dalam situasi mengerikan. Curah hujan yang tinggi selama setahun penuh ternyata membuat tanah dimana rumah itu berdiri tergerus habis, mengakibatkan kelima rumah itu anjlok ke bawah. Bayangkan ketika anda di dalam rumah, tiba-tiba rumah anda bergoyang dan turun beberapa centimeter ke bawah. Di belakang rumah itu terdapat tanah kosong yang letaknya jauh dibawah. Artinya, setiap saat rumah itu bisa rubuh ke belakang dan seisi rumah bisa tewas seketika tertimbun tembok-tembok. Memang turunnya "cuma" beberapa centimeter, tetapi itu sudah membuat penopang atapnya patah. Begitu juga dinding-dindingnya retak, beberapa jendela pecah karena struktur rumah amblas ke bawah. Usut punya usut, ternyata kesalahan terjadi karena pembangun tidak memperkirakan hal itu sebelumnya. Pondasi yang dipasang seadanya saja tanpa mempertimbangkan ketahanan dan kondisi tanah, sehingga ketika hujan terus mengguyur sepanjang tahun tanah menjadi lembek dan terus tergerus aliran air. Para pemilik rumah pun kemudian terpaksa meninggalkan rumahnya karena kuatir suatu ketika nanti bisa-bisa rumahnya ambruk berantakan. Rumah yang indah tentu menjadi idaman semua orang. Tetapi indah saja tidaklah cukup. Kekokohan pondasi pun sangat penting, bahkan paling penting karena menyangkut ketahanan rumah dalam melintasi waktu. Apa yang tampak indah belum tentu kuat. Dan itu terbukti dari beberapa rumah yang bernasib malang ini.
Lahir dari dua orang tua yang berbeda agama membuat masa kecil saya penuh hadiah. Dua kali hari besar, itu artinya saya mendapatkan dua kali kesempatan memperoleh hadiah, belum termasuk ulang tahun dan kenaikan kelas dengan prestasi. Menjelang Natal, ibu saya selalu menyuruh saya untuk membuat list hadiah yang diinginkan, dan mengatakan bahwa Sinterklas akan mengantarkan dan meletakkannya di bawah pohon terang menjelang hari Natal tiba. Sewaktu kecil saya pun percaya, dan terkagum-kagum karena Sinterklas tahu persis apa yang saya inginkan, meski surat itu tidak pernah saya kirimkan. Saya tidak mengetahui kalau ternyata ibu sayalah yang membelinya sebagai hadiah Natal. Tanpa Sinterklas pun kebanyakan orang tua yang sanggup akan berusaha membelikan anak-anaknya hadiah, setidaknya baju dan sepatu baru. Tidaklah heran jika anak-anak biasanya akan sangat gembira di bulan ini.
Membenahi hukum di Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang sungguh begitu berat. Hukum dan keadilan dapat dibeli dengan uang, mafia-mafia peradilan berkeliaran mulai dari tingkat daerah hingga pusat. Kita sering mendengar orang berteriak meminta keadilan, tapi kita akan bingung menjawab dimana orang yang berteriak itu bisa mendapatkan keadilan. Kata keadilan ini akan terasa sangat semu manakala sebagian orang bisa membelinya. Kalaupun memang harus masuk penjara, sang terdakwa tetap bisa menyulap selnya menjadi hotel mewah seperti bintang lima, lengkap dengan televisi, air panas, ac, kulkas bahkan salon kecantikan. Apa yang kita lihat hari ini memang sudah lebih baik. Setidaknya mulai terlihat keseriusan untuk membenahi sistem hukum yang carut marut di negara kita, setidaknya hal-hal seperti itu mulai bisa kita lihat secara terbuka lewat media massa, tapi perjalanan sungguh masih panjang. Kebiasaan suap menyuap ini memang sangat sulit untuk dihilangkan. Hukum ekonomi jelas berlaku disini. Ada pasar, ada pembeli dan ada penjual. Betapa memprihatinkan ketika lembaga peradilan yang seharusnya menjadi tempat dimana keadilan bisa ditegakkan sebenar-benarnya malah menjadi tempat yang paling sulit untuk mendapatkannya.