Showing posts sorted by relevance for query HANYA DEKAT ALLAH SAJA. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query HANYA DEKAT ALLAH SAJA. Sort by date Show all posts

Wednesday, October 13, 2010

Menghadapi Ketidakpastian Esok Hari

Ayat bacaan: Mazmur 62:2
======================
"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku."

menghadapi esok hariLife is full of uncertainty. Hidup penuh dengan ketidakpastian. Semakin lama kita berjalan dalam kehidupan, semakin pula kita berhadapan dengan ketidakpastian. Anda sudah bekerja mati-matian, tetapi hasil yang diperoleh sangatlah tidak sebanding dengan hasil jerih payah anda. Sebuah proyek sudah 99% sukses, ternyata yang 1% lah yang terjadi. Semua sudah direncanakan sejak jauh hari, tetapi justru pada hari H terjadi sesuatu yang membuat semua rencana menjadi hancur berantakan. Dan ada banyak lagi contoh yang menggambarkan betapa sulitnya untuk menjalani kehidupan yang baik dan adil di dunia ini. Beberapa hari terakhir ini saya merasa sangat lelah, pekerjaan bagai air bah tidak ada habisnya. Deadline demi deadline terus membanjir. Bagi orang yang memiliki beberapa pekerjaan berbeda seperti saya tentu pernah merasa kelabakan seperti yang saya alami saat ini. Semua menuntut hasil terbaik, sementara waktu dan tenaga terbatas. Dan ada kalanya lewat segala usaha ini terasa seolah sia-sia. Gaji tertunda, ucapan maaf atau terima kasih pun tidak ada. Saya yakin teman-teman pun pernah mengalami hal ini. Saya bisa saja kesal, bersungut-sungut, atau kecewa dan meninggalkan semua pekerjaan ini. Tetapi itu tidak saya lakukan. Saya mau berbuat yang terbaik dalam setiap pekerjaan sebagai bentuk ucapan syukur saya atas berkat Tuhan atas beberapa pekerjaan yang Dia berikan kepada saya. Besar atau kecilnya pendapatan itu relatif. Sekecil-kecilnya pendapatan, itupun dari Tuhan yang harus kita syukuri. Dimana tanggungjawab kita terhadap sesuatu yang dipercayakan Tuhan jika kita terus menerus terlalu cepat merasa tidak puas atau malah menyerah? Saya percaya Tuhan bisa memakai kondisi apapun untuk menjadi ladang berkatNya. Yang saya tahu, saya harus mengerjakan yang terbaik bukan seperti untuk manusia, melainkan seperti untuk Tuhan. (Kolose 3:23).

Saat ini saya memutuskan untuk break sebentar dari pekerjaan dan beristirahat sejenak dengan menulis renungan ini. Saya merasa lelah, tetapi saya masih merasakan sukacita. Saya tidak tahu apa yang terjadi esok hari. Ketidakpastian akan selalu hadir kapan saja, tetapi saya tidak perlu khawatir akan hal itu. Saya bisa tetap tenang dan fokus untuk mengerjakan bagian saya dengan sebaik-baiknya. Mengapa bisa? Karena ayat bacaan hari ini menjadi pegangan saya yang sudah terbukti selalu sanggup menjauhkan saya dari kegelisahan akan hari esok atau masa depan. Sebuah ayat yang terbukti mampu menyingkirkan awan kelabu dari dalam pikiran kita yang selalu membuat kita sulit berpikir jernih apalagi tenang. Ayat itu berbunyi demikian: "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2).

Bagi saya ayat ini merupakan ayat yang sangat menguatkan dan mampu memberi ketenangan. Ketenangan sejati berasal dari Allah dan bukan dari kondisi kita di dunia. Bukan dari limpahan uang, status, tingkat pekerjaan dan sebagainya, tetapi hanyalah dari Tuhan saja. Artinya kondisi boleh tidak pasti atau tidak jelas, hidup mungkin sedang berada dalam titik rendah saat ini, namun kehadiran Tuhan bersama kita seharusnya mampu membuat kita tetap tenang. Keselamatan kita ada dalam tanganNya, tidak peduli apapun yang kita hadapi saat ini. Jika kita melanjutkan pada ayat berikutnya, peneguhan akan semakin kuat pula. "Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." (ay 3). Teruskan membaca pasal ini,  maka kita akan menemukan kembali ayat yang berbunyi mirip: "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (ay 6).  Mau terguncang seperti apapun kita saat ini, kita punya gunung batu dan kota benteng yang kokoh. Berpeganglah disana maka kita tidak akan bisa digoyahkan. Kita bisa tetap tenang fokus untuk memberi atau melakukan yang terbaik jika kita mau menyadari bahwa Allah selalu berada dekat dengan kita.

Ada kalanya kita harus berhadapan dengan masalah. Berjalan bersama Tuhan bukan berarti bahwa kita akan selalu 100% hidup tanpa masalah. Namun lihatlah apa kata Tuhan: "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34). Ayat ini hadir didahului oleh sebuah ayat yang juga sudah kita kenal baik "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (ay 33). Gabungkan kedua ayat ini, maka kita akan tahu bahwa meski di delam kesusahan yang bisa hadir esok hari, Tuhan akan tetap berada disana.  Hari esok akan punya kesusahannya sendiri. Kekhawatiran yang mengeruhkan pikiran kita hari ini akan hari esok tidak akan merubah apapun. Tidak ada hasil yang bisa diperoleh dengan kekhawatiran, malah kita akan menambah masalah baru. Mau khawatir seperti apapun, hari esok akan tetap hadir dengan kesusahannya sendiri. Tapi jika kita mengimani benar bahwa selalu ada Tuhan yang siap menambahkan semuanya dalam situasi demikian, mengapa kita harus khawatir?

Hari esok akan datang dengan kesusahannya sendiri. Akan tetapi sadarilah bahwa kesusahan bukan satu-satunya yang akan hadir esok hari. Sebab Firman Tuhan berkata, "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Selain kesusahan, His compassion, mercy and loving-kindness yang selalu baru setiap pagi pun akan menghampiri kita. Semua itu akan lebih dari cukup untuk melewati hari-hari yang sulit.

Apakah ada di antara teman-teman yang sedang menghadapi kekhawatiran akan hari esok? Adakah di antara anda yang sedang merasa takut menghadapi ketidakpastian? Mendekatlah kepada Tuhan, dan perolehlah ketenangan serta kekuatan. Jangan biarkan keraguan memenuhi pikiran anda. "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (Mazmur 62:9). Masalah boleh saja hadir, bumi boleh gonjang ganjing, tetapi kita tidak perlu khawatir karena kita punya Tuhan yang sangat peduli. Berada di dekatNya akan mampu membuat kiat tenang. KekokohanNya akan mampu membuat kita tidak mudah goyah. Dunia boleh saja terus menawarkan ketidakpastian, namun ada kepastian dalam janji Tuhan. Semua inilah yang saya rasakan saat ini disaat lelah, dan mendasari pikiran dengan janji tuhan seperti ini ternyata mampu membuat pikiran dan hati saya tetap tenang. Sebentar lagi saya masih harus melanjutkan pekerjaan, lalu tidur. Hari esok akan datang membawa kesusahannya sendiri, tetapi di samping itu rahmat Tuhan pun akan hadir pula, sebuah rahmat yang selalu baru setiap pagi, always fresh every morning. Meski lelah saya tetap tenang dan merasa bahagia. Saya tidak perlu takut menghadapi hari esok karena saya tahu Tuhan ada bersama saya. Jika Tuhan sudah memberikan janji-janjiNya seperti ini, mengapa kita harus takut? Let's greet the new dawn, and let's enter it together with God.

Bukan hanya kesusahan yang hadir esok hari, tetapi rahmat Tuhan pun akan hadir dalam kondisi serba baru

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, September 9, 2014

Ketidakpastian (1)

Ayat bacaan: Mazmur 62:2
======================
"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku."

"Tidak ada yang pasti dalam hidup ini kecuali satu hal, mati." Demikian kata teman saya pada suatu kali. Kalau kita melihat bagaimana kondisi dunia hari ini, sepertinya apa yang ia katakan terasa benar. Malapetaka, bencana, ancaman dan sebagainya bisa terjadi kapan saja. Hidup bagi banyak orang penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti, bahkan semenit kemudian pun kita tidak akan pernah tahu. Ada yang sudah berusaha mati-matian tetapi hasil yang diperoleh sangatlah tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan. Ada yang secara logika sudah pasti bakal sukses, tapi kenyataannya tidaklah demikian. Semua sudah direncanakan sejak jauh hari, tetapi bisa tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuat semua rencana menjadi hancur berantakan. Seringkali salahnya bukan di kita tapi karena faktor-faktor di luar kita. Ada banyak lagi contoh yang menggambarkan betapa sulitnya untuk menjalani kehidupan yang baik dan adil di dunia ini.

Pada suatu hari siapapun manusianya tentu akan mencapai akhir kehidupannya di dunia. Itu memang pasti. Tetapi ingatlah bahwa itu bukanlah kepastian satu-satunya yang akan kita alami. Dalam Kristus ada kepastian bahwa kita akan selamat, masuk ke dalam kehidupan kekal apabila kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Kita harus menjaga setiap sisi kehidupan kita agar tidak melenceng dari janji keselamatan dan harus menjalani hidup sebagai pelaku-pelaku firman. Kalau semua itu kita lakukan, maka keselamatan pun merupakan sebuah kepastian. Meski demikian, dalam perjalannya hidup memang bisa saja terbentur berbagai bentuk masalah. Ketidakmampuan kita untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan bisa membuat hidup terlihat penuh dengan ketidakpastian. Kita bisa menyikapi itu dengan pesimis, tapi kita pun bisa menghadapinya dengan optimis, jika kita tahu bahwa Tuhan akan selalu ada bersama dengan kita. Dengan mengingat hal ini kita seharusnya bisa menyingkirkan kegelisahan akan hari esok atau masa depan. Pemazmur juga seorang manusia seperti kita dan menghadapi juga naik turun dan jatuh bangunnya keadaan. Tapi ia tidak mau menyerah dan terus gelisah dalam menyikapi hidup. Ia memilih untuk mengandalkan Tuhan lebih daripada hanya terpaku membiarkan kegelisahan menyelubungi dirinya. Karenanya kita bisa melihat sebuah kalimat singkat yang ia tulis, yang sesungguhnya sangat penting untuk kita ingat: "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2).

Bagi saya, ayat ini merupakan ayat yang sangat menguatkan dan mampu memberi ketenangan. Betapa sering dan banyaknya manusia yang lupa bahwa ketenangan sejati sesungguhnya berasal dari Allah, bukan dari situasi dan kondisi kita di dunia, bukan dari limpahan uang, status, tingkat pekerjaan dan sebagainya, bukan pula dari orang lain. Kondisi boleh tidak pasti atau tidak jelas. Tapi dengan menyadari bahwa kehadiran Tuhan akan selalu ada bersama kita seharusnya mampu membuat kita tetap tenang. Keselamatan kita ada dalam tanganNya, pertolongan atas hal sesulit apapun ada padaNya, jaminan akan hari depan disediakan Tuhan.

Jika kita melanjutkan pada ayat berikutnya, peneguhan akan terasa semakin kuat. "Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." (ay 3). Teruskan membaca pasal ini,  maka kita akan menemukan kembali ayat yang berbunyi mirip: "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (ay 6).  Mau segelap apapun kondisi negara dan dunia menurut orang, mau segoncang apapun keadaan kelak menurut prediksi, kita punya gunung batu dan kota benteng yang kokoh. Berpeganglah disana maka kita tidak akan bisa digoyahkan. Kita bisa tetap tenang fokus untuk memberi atau melakukan yang terbaik jika kita mau menyadari bahwa Allah selalu berada dekat dengan kita.

(bersambung)

Sunday, January 5, 2014

Tenang Menghadapi Ketidakpastian

Ayat bacaan: Mazmur 62:2
======================
"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku."

Hidup bagi banyak orang penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti, bahkan semenit kemudian pun kita tidak akan pernah tahu. Ada yang sudah berjerih payah mati-matian, tetapi hasil yang diperoleh sangatlah tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan. Ada yang sudah 99% yakin sukses, ternyata yang 1% lah yang terjadi. Semua sudah direncanakan sejak jauh hari, tetapi justru pada hari H terjadi sesuatu yang membuat semua rencana menjadi hancur berantakan. Seringkali salahnya bukan di kita tapi karena faktor-faktor di luar kita. Ada banyak lagi contoh yang menggambarkan betapa sulitnya untuk menjalani kehidupan yang baik dan adil di dunia ini.

Kita baru memasuki tahun yang baru, yang akan sangat baik jika diisi dengan sebentuk semangat baru dengan harapan baru. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi esok hari. Tetapi haruskah itu membuat kita hidup dengan ketidakpastian? Haruskah kita ragu dalam melangkah dan kehilangan sukacita? Apakah ketidakpastian harus merampas rasa damai dan bahagia dan menggantikannya dengan rasa gelisah? Kenyataannya ada banyak orang yang pesimis memasuki tahun 2014. Jika kita melihat peta politik dan keadaan sosial maka mudah bagi kita untuk memiliki perasaan seperti itu. Tapi jangan pernah lupa bahwa ada Tuhan yang selalu berada bersama kita. Dengan mengingat hal ini kita seharusnya bisa menyingkirkan kegelisahan akan hari esok atau masa depan. Sebuah ayat yang terbukti mampu menyingkirkan awan kelabu dari dalam pikiran kita yang selalu membuat kita sulit berpikir jernih apalagi tenang disampaikan dalam kitab Mazmur, bunyinya: "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2).

Buat saya pribadi, ayat ini merupakan ayat yang sangat menguatkan dan mampu memberi ketenangan. Ketenangan sejati sesungguhnya berasal dari Allah, bukan dari situasi dan kondisi kita di dunia, bukan dari limpahan uang, status, tingkat pekerjaan dan sebagainya, bukan pula dari orang lain. Kondisi boleh tidak pasti atau tidak jelas. Bisa jadi ada diantara anda yang tengah berada dalam titik rendah saat ini. Tapi dengan menyadari bahwa kehadiran Tuhan akan selalu ada bersama kita seharusnya mampu membuat kita tetap tenang. Keselamatan kita ada dalam tanganNya, pertolongan atas hal sesulit apapun ada padaNya, jaminan akan hari depan disediakan Tuhan.

Jika kita melanjutkan pada ayat berikutnya, peneguhan akan terasa semakin kuat. "Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." (ay 3). Teruskan membaca pasal ini,  maka kita akan menemukan kembali ayat yang berbunyi mirip: "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (ay 6).  Mau segelap apapun tahun ini menurut orang, mau segoncang apapun kondisi menurut prediksi, kita punya gunung batu dan kota benteng yang kokoh. Berpeganglah disana maka kita tidak akan bisa digoyahkan. Kita bisa tetap tenang fokus untuk memberi atau melakukan yang terbaik jika kita mau menyadari bahwa Allah selalu berada dekat dengan kita.

Berjalan bersama Tuhan bukanlah berarti bahwa kita akan selalu 100% hidup tanpa masalah. Tetapi Yesus berkata: "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:34). Ayat ini hadir didahului oleh sebuah ayat yang juga sudah kita kenal baik "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (ay 33). Gabungkan kedua ayat ini, maka kita akan tahu bahwa meski di delam kesusahan yang bisa saja hadir esok hari, Tuhan akan tetap berada disana. Hari esok akan punya kesusahannya sendiri. Kekhawatiran yang mengeruhkan pikiran kita hari ini akan hari esok tidak akan merubah apapun. Tidak ada hasil yang bisa diperoleh dengan kekhawatiran, malah kita akan menambah masalah baru. Mau gelisah atau cemas seperti apapun, hari esok akan tetap hadir dengan kesusahannya sendiri. Tapi jika kita mengimani benar bahwa selalu ada Tuhan yang siap menambahkan semuanya dalam situasi demikian, mengapa kita harus khawatir?

Hari esok akan datang dengan kesusahannya sendiri. Akan tetapi ingatlah bahwa kesusahan bukan satu-satunya yang akan hadir esok hari. Sebab Firman Tuhan berkata, "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). His compassion, mercy and loving-kindness yang selalu baru setiap pagi pun akan menghampiri kita. Semua itu akan lebih dari cukup untuk menguatkan kita melewati hari-hari yang sulit dan mampu membuat kita hidup dengan sukacita yang bukan berasal dari dunia tetapi dari Tuhan.

Adakah di antara anda yang sedang merasa takut menghadapi ketidakpastian dalam memasuki tahun yang baru ini? Jika ada, mendekatlah kepada Tuhan, dan perolehlah ketenangan serta kekuatan. Jangan biarkan keraguan memenuhi pikiran anda. "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (Mazmur 62:9). Kita tidak perlu khawatir karena kita punya Tuhan yang sangat peduli. Berada di dekatNya akan mampu membuat kiat tenang. KekokohanNya akan mampu membuat kita tidak mudah goyah. Dunia boleh saja terus menawarkan ketidakpastian, tetapi ada kepastian dan jaminan dalam Tuhan. Sebentar lagi kita tidur, lantas hari esok akan datang membawa kesusahannya sendiri. Tetapi di samping itu rahmat Tuhan yang baru, yang tidak ada habis-habisnya pun akan hadir pula menyapa anda ketika anda bangun di pagi hari. Itu adalah sebuah rahmat yang selalu baru setiap pagi, always fresh every morning. Kita tidak perlu takut menghadapi hari esok karena saya tahu Tuhan ada bersama kita. Jika Tuhan sudah memberikan janji-janjiNya seperti ini, mengapa kita harus takut? Mari masuki tahun yang baru dengan penuh sukacita, mari kita isi tahun ini dengan yang terbaik, dan mari kita beri pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan yang telah berjanji akan menyertai kita mulai dari awal hingga akhir tahun. Mari kita pakai tahun ini sebagai momen untuk meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan, melatih iman kita agar terus bertumbuh semakin baik dan memperbesar kapasitas kita dalam menerima curahan anggurNya dari Surga. Tahun 2014 bagi dunia merupakan tahun yang harus diwaspadai, tapi bagi kita orang percaya tahun ini seharusnya tetap menjadi tahun penuh sukacita yang penuh harapan. Mengapa? Karena Tuhan akan selalu ada dekat dengan kita.

Kesusahan bisa hadir esok hari, tetapi rahmat Tuhan yang tak habis-habis pun akan hadir dalam kondisi serba baru setiap pagi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, March 12, 2014

Dekat dengan Tuhan

Ayat bacaan: Yakobus 4:8a
======================
"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu."

Ada beberapa level pertemanan. Ada yang cuma kenal sekedarnya saja, hanya senyum ketika bertemu atau berbicara yang umum-umum saja, tapi ada pula yang benar-benar sudah sangat dekat sehingga kita bisa dengan nyaman bercerita tentang apapun dengan mereka. Mereka ada di saat suka, tetap ada di saat duka. Hubungan kedekatan seperti ini membuat kedua belah pihak akan selalu berusaha memberi yang terbaik, siap turun membantu di saat sahabatnya membutuhkan bantuan, akan ikut bahagia di saat suka lalu sepenanggungan pula di saat susah. Ini akan timbul dan tumbuh dalam hubungan pertemanan yang sudah sangat erat dan dekat. Tidak bertemu atau mendengar apa-apa dari mereka sehari saja sudah membuat kita bertanya-tanya ada apa gerangan dengan mereka. Kita tahu semua yang terjadi dengannya, mereka pun demikian terhadap kita. Level seperti ini tentu tidak bisa dicapai hanya dengan sekedar kenal saja. Dibutuhkan usaha dan proses untuk bisa mengenal seseorang sejauh itu dan kemudian bersahabat karib dengannya. Anda bisa menikah dengan seseorang selama bertahun-tahun tapi belum juga paham terhadap pasangan anda. Anda bisa mengenal seseorang sudah lama tapi tidak tahu bagaimana sifat dan kebiasaannya. Sebaliknya ada orang-orang yang masih relatif lebih singkat waktu kenalnya tetapi mereka bisa cepat membangun hubungan yang karib satu sama lain. Dan itu hanya bisa dicapai apabila keduanya berusaha saling mengenal dengan lebih dalam, saling peduli, saling dukung dan saling bantu. You need efforts in order to know someone better. Dibutuhkan proses dan usaha agar kita bisa mengenal seseorang lebih dekat dan membangun hubungan yang erat.

Jika membangun hubungan dengan sesama manusia seperti itu, demikian pula halnya dengan Tuhan. Ada banyak orang yang mengalami pasang surut hubungan dengan Tuhan. Ada yang terburu-buru memutuskan hubungan dengan Tuhan karena terlalu cepat merasa dikecewakan, ada yang merasa jenuh dan bosan untuk berdoa dan membaca firman Tuhan, dan mulai semakin jarang melakukannya. Ada yang masih tetap membaca alkitab, tapi sebenarnya sudah kehilangan gairah atau tidak lagi merasa mendapatkan apa-apa dari apa yang ia baca. Hubungan menjadi dingin, tidak ada keintiman dan kedekatan sama sekali, yang ada hanyalah kebiasaan. Dalam banyak hal, biasanya itu terjadi karena mereka belum mengenal pribadi Tuhan secara dekat, sehingga dengan mudah terjebak kepada segala sesuatu yang sifatnya hanya kewajiban atau keharusan tanpa mendasarkan segala sesuatu dengan kerinduan untuk mengenal Tuhan lebih jauh lagi, berhubungan erat dan karib denganNya.

Kita tidak bisa mencintai seseorang dengan sepenuh hati, dengan tulus tanpa mengenal siapa mereka dengan baik terlebih dahulu. Dengan Tuhan pun sama. Tanpa didasari pengenalan yang mendalam, kita akan mudah turun naik dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ada kalanya Tuhan terasa dekat, tapi ada pula kalanya Tuhan terasa jauh. Apakah Tuhan memang suka datang dan pergi dari hidup kita? Apakah Dia pada waktu-waktu tertentu terlalu sibuk sehingga jauh, dan pada saat lain ketika sedang santai baru mau dekat dengan kita? Adakah Tuhan berlaku seperti itu? Tentu tidak. Tuhan selalu dekat dengan kita. Dia menginginkan sebuah hubungan yang erat atau karib terbangun antara diriNya dengan kita. Dia sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkan kita, dan Tuhan selalu setia dengan janjinya. Jika dalam lembah kekelaman sekalipun Tuhan tidak meninggalkan kita, bagaimana mungkin Tuhan berniat jauh dari kita?

Yakobus paham itu, dan ia mengatakan "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu." (Yakobus 4:8a). Daud sudah membuktikan itu jauh sebelum masa Yakobus. Kita bisa melihat bagaimana kedekatan atau keintiman yang terbangun antara Daud dengan Tuhan hampir disepanjang kitab Mazmur. Begitu harmonis, begitu dekat, begitu nyata, begitu indah. Lihatlah bagaimana Daud menggambarkan kedekatannya dengan Tuhan. "Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau." (Mazmur 63:3). Bagi Daud, kasih setia Tuhan lebih besar dari hidup itu sendiri. God's love is larger than life. And that's a fact. Jika anda mencintai seseorang dengan begitu besar, anda akan rela mengorbankan nyawa anda sekalipun demi dia. Tuhan pun mengasihi anda sebesar itu. Dia sudah mengambil langkah terlebih dahulu dengan hadirnya Yesus menggantikan kita di atas kayu salib agar kita tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.

Jadi jika Tuhan mau menganggap kita sepenting itu dan ingin agar kita bisa dekat denganNya, apa yang bisa kita lakukan agar itu bisa tercapai? Untuk itu diperlukan usaha kita terlebih dahulu agar mengenal pribadi Tuhan, dan bagaimana besar kasihNya terhadap kita. Ketika kita berusaha dengan serius untuk itu, seiring perjalanan waktu pun kita akan semakin dalam mengenalNya, dan dengan demikian mengasihiNya. Kesimpulannya, tanpa mengenal Tuhan, akan sulit bagi kita untuk bisa membangun keintiman yang langgeng untuk waktu yang lama. Kabar baiknya, Tuhan selalu siap untuk dekat dengan kita, Tuhan bahkan rindu untuk itu. Jika kita mendekat kepadaNya, maka Dia pun akan  terasa dekat kepada kita. Kita bisa merasakan secara nyata keberadaanNya dalam hidup kita, kita bisa mengalami Tuhan dan segala yang terbaik yang Dia ingin berikan kepada kita.

Pengenalan yang mendalam akan Tuhan bisa kita peroleh dengan ketekunan membaca dan merenungkan firman Tuhan. Ada begitu banyak ayat yang menggambarkan pribadi Allah ditulis jelas disana, bagaimana kepedulian dan bentuk kasihNya kepada manusia yang diciptakan secara sangat istimewa sesuai gambar dan rupaNya sendiri. Lihat ayat ini: "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya." (Efesus 1:5-6). Melalui Yesus, Dia sudah menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anakNya sendiri. That's His intention from the beginning. Kehadiran Kristus adalah bukti nyata betapa Tuhan sangat mengasihi kita. Kita bisa melihat pula sejauh mana Daud mengenal Tuhan yang Maha Mengetahui dalam Mazmur 139. Oleh karena itulah kita perlu pula melatih diri untuk membangun hubungan yang penuh kejujuran. Tidak ada gunanya berpura-pura di hadapan Tuhan, karena Dia itu Maha Tahu. Karenanya mendekatlah pada Tuhan, berikan diri anda sepenuhnya, akui semuanya, maka Tuhan pun akan  terasa sangat dekat, sehingga anda akan mengenalNya terus lebih dekat dari sebelumnya. Itulah yang diingatkan oleh Yakobus dalam ayat bacaan kita hari ini.

Membangun sebuah hubungan membutuhkan proses dan usaha. Itu tidak bisa tumbuh dengan tiba-tiba. Ada waktu yang harus diisi dengan usaha serius agar kedekatan dalam hubungan bisa terbangun dengan baik. Karena itu mulailah hari ini. Kenali siapa Tuhan yang kita sembah, seperti apa pribadiNya dan bagaimana besar kasihNya kepada kita. Semakin dalam anda mengenalNya, semakin besar pula anda mengasihiNya. Hubungan yang didasarkan kepada pengenalan mendalam tidak akan gampang dihancurkan. Tuhan menanti anda saat ini untuk mendekat kepadaNya. Jika kedekatan dengan sesama manusia saja sudah membawa begitu banyak kebaikan, bayangkan bagaimana luar biasanya jika kita dekat dengan Tuhan. Dia siap membukakan banyak hal yang tidak pernah terpikirkan, bahkan rahasia-rahasia kehidupan yang belum kita ketahui sekalipun siap Dia singkapkan bagi kita yang mengasihiNya dengan sepenuh hati. Kenalilah Tuhan terlebih dahulu dengan baik, mari membangun hubungan denganNya di atas dasar yang kokoh agar hubungan yang kita miliki bukan saja bisa bertahan tetapi harus terus meningkat seiring waktu.

"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, January 20, 2015

Tidak Mengenal Allah

Ayat bacaan: Hosea 4:6a
===================
"Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah"

Seberapa dekat anda mengenal keluarga terdekat anda? Kata kenal biasanya tidak sebatas luar saja tapi minimal tahu sifat dan tabiatnya. Kenal itu biasanya berjalan dua arah, kedua pihak sama-sama saling kenal, tahu apa yang disukai dan apa yang tidak. Kenyataannya ada banyak keluarga yang biarpun saling tahu tetapi tidak cukup kenal satu sama lain. Ada seorang teman saya yang bahkan tidak tahu tanggal ulang tahun saudaranya sendiri, dan keluarganya pun tidak pernah mengingat tanggal lahirnya. Apa hobi saudaranya, apa kerjanya, dia tidak tahu, padahal tinggalnya serumah. Dalam kondisi keluarga seperti ini biasanya masalah mudah muncul. Saya bertemu dengan banyak keluarga seperti ini. Mereka punya banyak masalah, dingin, renggang dan kerap berselisih, dan setelah ditelaah ternyata masalahnya hanya karena mereka tidak mengenal satu sama lain secara dekat dan mendalam.

Kalau antar manusia saja saling mengenal itu penting, apalagi dalam hubungan kita dengan Sang Pencipta. Alangkah bahayanya jika kita tidak mengenal Allah. Dan itu bukan mengenai rajin ke gereja dan berdoa semata. Mungkin kita mengira bahwa dengan rajin ke gereja, rajin berdoa itu secara otomatis membuat kita kenal dengan pribadi Allah. Benar, itu adalah sarana yang sangat baik untuk mengenal Dia, tetapi kenyataannya ada banyak orang yang melakukan itu semua bukanlah atas dasar kerinduan untuk mengenal Allah secara mendalam melainkan sekadar menjalankan rutinitas, karena disuruh orang tua, karena kebiasaan dan tradisi, hanya karena takut masuk neraka atau takut mengalami kesusahan dalam hidup dan alasan lainnya. Hal-hal seperti ini jika tidak dicermati akan membuat kita tidak kunjung mengenal Allah, dan itu bisa berakibat sangat buruk dan fatal bagi kita.

Dalam kitab Hosea kita bisa melihat mengapa Israel jadi binasa. Kelakuan mereka yang buruk pada akhirnya mendatangkan murka Tuhan. Dari mana akar permasalahannya? Alasannya jelas dikemukakan disana. "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah" (Hosea 4:6a).

Tidak mengenal bagaimana? Kalau kita lihat Hosea pasal 4, perikopnya berjudul "Menentang imam dan bangsa yang tidak setia". Pasal ini dimulai dengan: "Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini." (ay 1). Tiga alasan penting yang membuat Tuhan marah diberikan Tuhan disini yaitu: tidak setia, tidak ada kasih dan tidak mengenal Allah. Apa yang dilakukan orang Israel pada masa itu sungguh keterlaluan, "hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah." (ay 2). Dalam ayat 6 dijelaskan juga bahwa para imam yang seharusnya jadi tulang punggung justru melupakan ajaran Tuhan. Kegagalan para imam tidak hanya berbicara mengenai para pendeta, pelayan Tuhan, tapi lebih luas lagi berbicara mengenai semua anak-anak Tuhan seperti yang tertulis dalam kitab Wahyu berikut ini. "dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya--dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin." (Wahyu 1:5-6). Semua ini membuat Israel akhirnya harus menanggung konsekuensinya.

Mengacu dari apa yang dialami bangsa Israel yang tegar tengkuk, kita bisa melihat bahwa menolak pengenalan akan Tuhan bisa mendatangkan bahaya besar. Ada banyak orang yang hanya mengandalkan pendeta atau pelayan Tuhan saja tanpa keinginan untuk mengenal Allah lebih jauh dalam hidupnya. Ada banyak yang menunda-nunda karena masih mau "menikmati" hidup, ada yang menganggap bahwa urusan kerohanian hanya urusan orang yang tua saja. Ada yang hanya menjalankan liturgi saja tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Apa  yang dialami bangsa Israel pada masa itu secara jelas menunjukkan konsekuensi berat yang harus dialami akibat kesalahan mereka sendiri yang tidak menganggap penting pengenalan yang benar akan Tuhan. Itu bisa mendatangkan masalah besar dalam hidup kita.

Hanya mengandalkan tata cara peribadatan dan tradisi serta kebiasaan dan rutinitas dalam menjalankan ibadah belumlah mencerminkan usaha kita yang benar untuk mengenal Allah. Yesus menyinggung hal ini dengan keras. "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21). Hanya rajin berseru tapi tidak mencerminkan terang dalam hidup itu artinya tidak mengenal Tuhan. "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?" (ay 22). Bahkan jika kita berpikir bahwa kita sudah melakukan banyak pekerjaan Tuhan, tapi hati kita sebenarnya tidak tulus melakukan itu dan bukan berbuat itu demi kemuliaan Tuhan, jika kita rajin beribadah namun sebatas dibibir saja tanpa aplikasi nyata dalam hidup, maka kita pun akan kehilangan kesempatan untuk beroleh keselamatan. "Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (ay 23).

Pengenalan akan Tuhan bisa kita dapati dengan mengenal diriNya melalui firman-firman Tuhan yang terdapat di dalam Alkitab. Alkitab bukanlah buku usang yang ketinggalan jaman dan membosankan untuk dibaca. Ada banyak tuntunan hidup dan rahasia-rahasia keselamatan di dalamnya yang mampu membuat kita semakin dekat mengenal pribadi Tuhan. Jangan berhenti hanya sampai membaca, tapi renungkan dan perbuatlah apa yang telah kita baca itu dalam kehidupan nyata. "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."(Yakobus 1:25) Lantas ingat pula bahwa kita bisa mengenal Bapa lewat Yesus. "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:7). Tanpa mengenal Kristus, kita tidak akan pernah bisa mengenal Tuhan, dan dengan demikian kita tidak akan pernah bisa datang menghampiriNya dan menerima janji-janjiNya. Yesus berkata : "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (ay 6).

Mari renungkan, sudahkah kita serius untuk lebih mengenal Allah? Teruslah kenali pribadiNya baik lewat Alkitab, kotbah, bacaan-bacaan rohani dan sumber lainnya, dan tentu saja, miliki pengenalan yang benar tentang Kristus. Jangan berhenti disana, tapi kemudian aplikasikanlah semua yang telah kita baca, dengar dan tahu itu ke dalam hidup kita sehari-hari. Kenali Dia, kenali suara hatiNya, keinginanNya dan kerinduanNya.

Mengenal Allah akan membuat kita hidup bahagia dan penuh sukacita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, October 7, 2010

Curhat

Ayat bacaan: Mazmur 142:3
=====================
"Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya."

curhatApakah anda termasuk orang yang hobi curhat? Jika ya, anda termasuk salah satu dari banyak orang yang tidak suka memendam masalah di dalam hati. Saya pun termasuk orang yang demikian. Ketika ada masalah yang mengganggu pikiran, maka sayapun akan segera membicarakannya dengan orang-orang terdekat, seperti kepada istri saya misalnya, atau sahabat yang bisa saya percaya. Setelah dibicarakan, ada solusi atau tidak biasanya hati akan terasa lebih lapang. Psikolog pun menggunakan cara seperti ini untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan pikiran atau perasaan. Curahan hati dan perasaan biasanya tidak kita tumpahkan kepada semua orang, karena biasanya menyangkut masalah pribadi. Cukuplah orang-orang yang kita percaya dan kenal sangat dekat saja yang mendengar. Jika kita sembarangan bercerita, bukan saja respon yang datang malah bisa melemahkan, atau bisa pula semua yang kita ceritakan akan disebarkan kemana-mana. Bukannya melegakan malah menambah masalah. Kepada orang terdekat pun sebenarnya curhat tidaklah 100% efektif. Bisa jadi mereka tengah sibuk, pikirannya sedang fokus kepada hal lain, atau mereka sedang kecapaian dan sedang tidak mood untuk mendengar keluh kesah kita. Bagaimana pula dengan orang yang tidak mempunyai sahabat dekat? Apakah tidak ada satupun lagi yang bisa diharapkan untuk mendengar keluh kesah kita?

Tentu saja ada. Jangan lupa bahwa kita punya Tuhan yang sangat mengasihi kita dan sangat setia akan kasihNya. Kepada Tuhan kita bisa dengan aman menceritakan segalanya, yang paling rahasia sekalipun tanpa harus takut dipermalukan. Selain itu, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. Dia tidak akan pernah menolak, Dia tidak akan memojokkan kita. Dia tidak membatasi tema atau latar belakang permasalahan yang kita alami yang ingin kita utarakan kepadaNya. Tidak itu saja, Tuhan pun pasti punya solusi atas masalah apapun yang kita alami, bahkan sudah berjanji untuk memberikan kelegaan kepada setiap kita yang berbeban berat. (Matius 11:28).

Daud tahu betul bahwa ia punya Tuhan yang akan dengan senang hati menampung segala keluh kesahnya. "Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya." (Mazmur 142:3). Ini ia katakan ketika ia sedang berada dalam pengejaran dan tengah bersembunyi di dalam gua. Dalam keadaan kalut seperti itu, Daud tentu tidak memiliki siapa-siapa untuk diajak bicara atau dimintai pertolongan. Tapi Daud tahu bahwa ia punya Tuhan yang selalu ada bersamanya. Bagi Daud demikian, bagi kita pun tentu sama. Kita bisa datang kapanpun kepada Tuhan untuk menyampaikan keluh kesah kita tentang apapun. Masalah mungkin tidak langsung selesai saat itu juga, tetapi bukankah rasanya sangat melegakan memiliki Sosok yang sangat bisa dipercaya, punya kuasa mengatasi apapun, dan yang selalu siap menampung ungkapan hati kita kapan saja dan dimana saja?

Seperti halnya kepada sahabat kita, membangun kedekatan dengan Tuhan merupakan satu faktor mutlak yang akan membuat kita selalu ingat untuk datang kepada Tuhan ketika kita menghadapi persoalan apapun. Daud kita kenal sebagai orang yang memiliki hubungan sangat dekat dengan Tuhan sejak kecil. Saya yakin sejak kecil ia sudah mempercayakan Tuhan sebagai Sosok terdekat untuk diajak curhat mengenai apapun. Dan Daud pun telah merasakan segala manfaatnya secara langsung. Karena itulah ia bisa berkata "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Berbagai pengalaman pribadinya dalam hal berbagi dengan Tuhan jelas banyak, dan kita bisa melihat semua itu dalam Alkitab. Bukan hanya Daud saja, tetapi banyak tokoh-tokoh lain dalam Alkitab pun mengalami hal itu, bahkan ada banyak orang dari masa ke masa hingga hari ini sekalipun memiliki kesaksian mereka tersendiri mengenai hal ini. Pemazmur mengatakan: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Sejak jaman dulu kepedulian Tuhan sudah sangat terbukti, hingga hari ini pun kita masih terus melihat buktinya lewat banyak kesaksian orang lain atau kesaksian kita sendiri.

Tuhan tahu bahwa curhat merupakan kebutuhan penting bagi manusia. Dia tidak pernah terlalu sibuk atau malas untuk mendengarkan suara anak-anakNya. Dia adalah Bapa yang setia, Bapa yang baik, Bapa yang penuh kasih yang selalu ada bersama kita dalam setiap saat. Ada kalanya kita tidak bisa berkata apa-apa akibat beratnya beban yang menimpa kita, dan Tuhan pun tahu bahwa keadaan seperti ini bisa menimpa kita kapan saja. Dan lihatlah bagaimana kepedulian Tuhan akan hal ini. Ada Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita yang akan sangat membantu ketika kita berada dalam situasi seperti itu. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26). Baik secara langsung maupun lewat Roh, Tuhan akan selalu siap mendengarkan kita, memberi kelegaan bahkan jawaban atau solusi atas masalah seberat apapun.

Apapun masalah yang menimpa anda, ingatlah bahwa ada Tuhan yang selalu menyediakan diriNya sebagai tempat kita menumpahkan curahan hati kita. Tuhan bisa kita percaya dan tidak akan pernah gagal untuk diandalkan. Dia siap mendengarkan anda hari ini. Maukah anda datang kepadaNya dan menceritakan apa yang anda alami hari ini?

Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anakNya berbeban berat sendirian

Monday, August 27, 2012

Tuhan Sumber Keselamatan

Ayat bacaan: Mazmur 28:8
================
"TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"

Jika anda termasuk orang yang aktif di dunia maya, anda tentu tahu bahwa tidak akan pernah ada jaminan 100% aman disana. Virus, spam, spyware dan berbagai hal lainnya bisa setiap saat mengancam keamanan komputer kita. Kita bisa meminimisasinya dengan menggunakan antivirus yang baik, tetapi itupun tidak menjamin keamanan sepenuhnya. Jika anda menggunakan flashdisk dan sering menggunakannya di komputer yang berbeda, maka tingkat kerawanannya pun akan semakin besar. Jika itu kita refleksikan ke dalam kehidupan di dunia ini, adakah sesuatu yang bisa ditawarkan dunia ini untuk menjamin kita 100% aman? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segala hal dari kita, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, membangun tembok super tebal yang sangat tinggi, menyewa banyak penjaga, memasang CCTV disetiap sisi, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Dimana anda merasa paling aman menyimpan uang? Bank mungkin pilihan yang paling masuk akal, tetapi itupun tidak serta merta menjamin keamanannya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti, apalagi memberi jaminan keselamatan untuk kehidupan kekal. Seberapa besarpun kita berusaha, pada suatu ketika kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.

Daud ternyata sudah sampai pada kesimpulan seperti itu sejak dahulu kala. Berulang kali kita mendapati kesimpulan dari hasil perenungan Daud lewat tulisan-tulisannya yang dengan pasti menyatakan bahwa keselamatan dan kekuatan yang sebenarnya hanyalah berasal dari Tuhan. Salah satunya berbunyi "TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:8). Hanya Tuhan sumber kekuatan dan benteng keselamatan bagi umatNya, orang-orang yang diurapiNya. Ini diucapkan oleh sosok raja Israel yang nyatanya sering mengalami situasi sulit bahkan yang mengancam nyawanya dalam begitu banyak kesempatan. Kita tahu bahwa apa yang dialami Daud sungguh penuh gelombang. Berada dalam kejaran Saul, lalu kelak lari dari makar yang dilakukan anak kandungnya sendiri, Absalom dan lain-lain. Sebelum ia menjadi raja pun hidupnya tidaklah mudah. Ia harus berhadapan dengan cakar singa dan beruang yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan. Kemudian ia pun harus menghadapi raksasa Goliat yang bersenjata lengkap. Tetapi semua itu tidaklah membuatnya surut. Dalam hal menghadapi cakar singa dan beruang serta Goliat, Daud dengan tegas berkata "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:36). Daud punya pengalaman segudang mengenai yang namanya situasi sulit atau berbahaya, dan ia punya bukti konkrit mengenai bagaimana dahsyatnya kuasa Tuhan bagi umatNya.

Jika kita membaca proses perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan, kita akan mendapatkan bukti nyata akan betapa luar biasanya penyertaan Tuhan itu. Pergantian nama Hosea yang artinya "keselamatan" menjadi Yosua yang berarti "Tuhan adalah keselamatan" atau "Tuhan menyelamatkan" oleh Musa (Bilangan 13:16) menunjukkan penegasan secara langsung dari Tuhan akan hal ini. Dan lihatlah bagaimana Yosua kemudian sukses menjadi penerus Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah yang dijanjikan Tuhan. Yosua memang menjadi pemimpin pada saat itu, tetapi sesungguhnya penyertaan Tuhanlah yang membawa keselamatan bagi mereka. Tuhan sendirilah yang sebenarnya merupakan Sosok yang memimpin bangsa Israel menuju Kanaan. Saya percaya Daud mengetahui persis seluruh catatan sejarah mengenai bukti nyata keselamatan dan kekuatan dari Tuhan yang mampu membawa bangsa Israel, dan berbagai pengalaman pribadinya pun sesuai akan hal itu. Tidaklah mengherankan jika Daud bisa berkata "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mazmur 62:2). Dan penegasan kuat pun kita temukan dalam Mazmur, ketika Daud dengan lantang berseru bahwa perlindungan dan kekuatan dari Allah itu bukanlah sebatas wacana saja tetapi sudah sangat terbukti. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (46:2).

Jika Tuhan merupakan sumber kekuatan dan benteng keselamatan yang paling terjamin, dan semua itu sudah terbukti, mengapa kita harus terus berusaha mencari alternatif-alternatif keselamatan dari segala yang ditawarkan oleh dunia dan malah melupakan Tuhan sama sekali? Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya kuasa Tuhan berada di atas segalanya, dan bagi Dia tidak ada satupun hal yang mustahil? Lihatlah apa kata Tuhan seperti yang terdapat dalam kitab Yeremia. "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" (Yeremia 32:27). Hidup bisa saja bertambah sulit, bisa saja penuh gejolak, bahkan himpitan persoalan bisa saja membuat kita susah, tetapi ingatlah bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir akan hal itu. Percayakan semuanya ke dalam tangan Tuhan yang berkuasa di atas segalanya. Jika Tuhan sudah membuktikan bagaimana Dia sanggup menjadi Tempat Perlindungan, Sumber Kekuatan dan Penolong kepada Daud dan bangsa Israel di jaman Musa, Dia tentu sangat-sangat bisa melakukan yang sama bagi kita hari ini.

No need to fear when God is near

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, September 13, 2012

Rubrik Majalah

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 4:1
=========================
"Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."

Sebuah majalah berisi banyak kolom atau rubrik. Biasanya bagian-bagian penting itu diletakkan di bagian depan majalah dan bukan menjelang halaman terakhir. Dalam koran pun demikian. Tajuk atau berita utama tentu akan muncul di halaman paling depan dan mengambil bagian yang besar dari koran. Berita utama akan segera terlihat begitu kita melihat lembar awal koran. Alangkah janggal apabila tajuk yang penting itu justru diletakkan di halaman tengah atau paling belakang. Saya berpikir, betapa hidup kita pun seperti sebuah majalah. Ada begitu banyak "kolom" atau "rubrik" dalam perjalanan hidup kita, dimana kepingan-kepingan itu ketika disatukan menjadi utuh sebagai satu edisi majalah atau koran. Sebuah pertanyaan hadir di benak saya, dimanakah letak "kolom" hubungan kita dengan Tuhan? Apakah terletak di halaman utama, tajuk editorial, mengisi setiap lembar-lembarnya atau hanya berada pada satu halaman kecil saja, mungkin malah terletak kecil saja di halaman paling belakang?

Pada kenyataannya, ada banyak diantara orang percaya yang meletakkan Tuhan hanya selintas pada halaman belakang saja. Kita hanya berdoa pada saat kita punya waktu luang atau yang tersisa saja. Kita mendahulukan kesibukan-kesibukan pekerjaan, jadwal yang padat, deadline yang menumpuk dan aktivitas-aktivitas lainnya terlebih dahulu lalu mempergunakan waktu yang tersisa untuk Tuhan. Itupun dengan catatan kalau kita tidak keburu terlalu lelah dan memilih untuk langsung tertidur. Kehidupan kerohanian bagi sebagian orang hanya berlaku hari Minggu saja, selama kurang lebih dua jam. Setelahnya maka mereka kembali masuk ke dalam dunia masing-masing, dimana Tuhan kembali dicoret dari daftar mereka. Sekarang coba bayangkan, seandainya sebaliknya Tuhan berlaku seperti itu pada kita. Apa jadinya jika Tuhan hanya peduli kepada kita dua jam saja dalam seminggu? Tidakkah itu sangat mengerikan? Tidak satupun orang yang mau seperti itu. Kita ingin Tuhan selalu hadir dengan penyertaanNya setiap saat, tetapi mengapa kita membalasnya dengan memberikan hanya sedikit waktu yang tersisa saja untuk Tuhan? Kita menuntut yang terbaik dari Tuhan, tapi tidak mau memberikan yang terbaik kepadaNya. Adilkah itu? Jika kita tidak mau diperlakukan Tuhan seperti itu, kitapun seharusnya tidak boleh memperlakukan Tuhan dengan cara demikian.

Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika akan pentingnya sebuah kesungguhan untuk memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Sudah mulai berpikir untuk hidup berkenan kepada Allah itu tentu sangat baik. Tetapi hendaklah kita tidak berhenti mengusahakannya dan terus berupaya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi. Adalah baik jika kita sudah secara rutin beribadah di hari Minggu, juga bagus jika kita sudah meluangkan waktu untuk berdoa, apalagi disiplin dalam bersaat teduh, tetapi marilah kita terus meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sehingga pada suatu ketika kita bisa sampai kepada sebuah tahap yang tidak lagi dibatasi oleh waktu atau dirintangi oleh kesibukan-kesibukan kita sehari-hari.

Di dalam Alkitab kita bisa mendapati banyak kisah mengenai kedekatan para tokoh dengan Tuhan. Kita bisa melihat sebutan "bergaul karib dengan Tuhan" yang diberikan kepada Henokh (Kejadian 5:24), Nuh (Kejadian 6:9) dan Ayub (Ayub 29:4). Kita bisa melihat pula hubungan yang sungguh sangat dekat lewat pribadi Musa, Abraham, Yusuf, Daud, Daniel dan banyak lagi. Dan kita menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan mereka dibandingkan orang-orang lain yang hidup sejaman dengan mereka. Lewat para tokoh ini kita bisa melihat bagaimana sebuah kedekatan dengan Tuhan itu membawa pengaruh yang besar. Singkatnya, bagaimana kualitas hubungan kita dengan Tuhan akan sangat menentukan siapa diri kita sebenarnya.

Kembali kepada surat Tesalonika di atas, kita bisa melihat apa yang sebenarnya menjadi panggilan Allah kepada kita. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Pada ayat sebelumnya pun dikatakan "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu.." (ay 3). Panggilan ini bukanlah merupakan panggilan yang hanya singkat batas waktunya, seperti hanya dua jam dalam satu minggu, atau hanya beberapa menit dalam sehari saja. Ini adalah panggilan yang harus berlaku setiap saat kepada kita semua tanpa terkecuali. Kehidupan yang berkenan di hadapan Allah adalah sebuah kehidupan yang utuh dalam kekudusan. Dan hal ini akan sulit kita wujudkan apabila kita masih cenderung mementingkan kehidupan di dunia ini ketimbang membangun sebuah hubungan yang karib dengan Tuhan.

Tidak hanya Paulus, Petrus juga mengingatkan kita pula akan hal ini. "..hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Tuhan selalu menantikan kita untuk mau mulai membangun hubungan yang erat denganNya. Dan lihatlah apa yang dikatakan Tuhan: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Tuhan siap membuka mata hati kita untuk mengerti rahasia-rahasia dan rencana-rencanaNya, tetapi itu tidak akan bisa kita peroleh tanpa membangun sebuah hubungan yang erat dan karib terlebih dahulu.

Jika hidup ini diibaratkan sebagai sebuah majalah, maka penting bagi kita untuk memperhatikan dimana posisi hubungan kita dengan Tuhan di dalamnya. Sudahkah Tuhan mengisi lembar demi lembar hidup kita, menempati posisi-posisi utama atau letak Tuhan masih sangat terbatas bahkan berada di posisi belakang? Hari ini marilah kita mulai membangun hubungan yang berkualitas dengan Tuhan dan menjadikannya sebagai sesuatu yang mendapat perhatian khusus. Hiduplah dalam kekudusan, bangunlah hubungan yang akrab, sehingga kita tidak gampang goyah dalam menghadapi hari-hari sulit ke depan. Teruslah bangun itu hingga kita bisa mencapai garis akhir sebagai pemenang. Tuhan sudah menganugerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, Dia rindu untuk benar-benar dekat dengan kita, sekarang giliran kita untuk menjawab kerinduan Tuhan. Teruslah berusaha sungguh-sungguh untuk hidup berkenan kepada Allah dan mari sama-sama untuk terus meningkatkan usaha kita. 

Ijinkan Tuhan mengisi setiap lembar dalam kehidupan kita, bangunlah hubungan yang berkualitas dengan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, December 24, 2010

Seperti Majalah

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 4:1
=========================
"Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."

seperti majalahMembalik-balik sebuah majalah hari ini membuat saya berpikir betapa hidup kita pun seperti sebuah majalah. Ada begitu banyak "kolom" atau "rubrik" dalam perjalanan hidup kita, dimana kepingan-kepingan itu disatukan menjadi utuh seperti halnya satu jilidan majalah. Sebuah pertanyaan hadir di benak saya, dimanakah letak "kolom" hubungan kita dengan Tuhan? Apakah terletak di halaman utama, tajuk editorial, mengisi setiap lembar-lembarnya atau hanya berada pada satu halaman kecil saja, mungkin malah terletak di paling belakang?

Ada banyak diantara kita orang percaya yang meletakkan Tuhan hanya pada halaman belakang saja. Kita hanya berdoa pada saat kita punya waktu luang saja. Kita mendahulukan kesibukan-kesibukan pekerjaan, jadwal yang padat, deadline yang menumpuk dan aktivitas-aktivitas lainnya terlebih dahulu lalu mempergunakan waktu luang yang tersisa untuk Tuhan. Itupun jika kita tidak terlalu lelah dan memilih untuk tidur langsung. Kehidupan kerohanian bagi sebagian orang hanya berlaku hari Minggu saja, selama kurang lebih dua jam. Setelahnya maka mereka kembali masuk ke dalam dunia masing-masing, dimana Tuhan tidak lagi ada dalam daftar mereka. Sekarang coba bayangkan, seandainya Tuhan berlaku seperti itu pada kita. Apa jadinya jika Tuhan hanya peduli kepada kita dua jam saja dalam seminggu? Tidakkah itu sangat mengerikan? Tidak satupun orang yang mau seperti itu. Kita ingin Tuhan selalu hadir dengan penyertaanNya setiap saat, tetapi mengapa kita membalasnya dengan memberikan hanya sedikit waktu yang tersisa saja untuk Tuhan? Betapa tidak adilnya jika kita tidak mau diperlakukan Tuhan seperti itu tetapi sanggup berbuat demikian kepada Tuhan.

Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika akan pentingnya sebuah kesungguhan untuk memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Adalah baik jika kita sudah mulai berpikir untuk hidup berkenan kepada Allah, tetapi hendaklah kita tidak berhenti mengusahakannya dan terus berupaya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi. Adalah baik jika kita sudah secara rutin beribadah di hari Minggu, juga bagus jika kita sudah meluangkan waktu untuk berdoa, apalagi disiplin dalam bersaat teduh, tetapi marilah kita terus meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sehingga kita bisa sampai kepada sebuah tahap yang tidak lagi dibatasi oleh waktu.

Alkitab menceritakan banyak kisah mengenai kedekatan para tokoh dengan Tuhan. Kita bisa melihat sebutan "bergaul karib dengan Tuhan" yang diberikan kepada Henokh (Kejadian 5:24), Nuh (Kejadian 6:9) dan Ayub (Ayub 29:4). Kita bisa melihat pula hubungan yang sungguh sangat dekat lewat pribadi Musa, Abraham, Yusuf, Daud, Daniel dan banyak lagi. Dan kita menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan mereka dibandingkan orang-orang lain yang hidup sejaman dengan mereka. Sebuah kualitas hubungan dengan Tuhan akan sangat menentukan siapa diri kita sebenarnya.

Kembali kepada surat Tesalonika di atas, kita bisa melihat apa yang menjadi panggilan Allah kepada kita. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Pada ayat sebelumnya pun dikatakan "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu.." (ay 3). Panggilan ini bukanlah merupakan panggilan yang hanya terbatas berlakunya, seperti hanya dua jam dalam satu minggu, atau hanya beberapa menit dalam sehari saja. Ini adalah panggilan yang harus berlaku setiap saat kepada kita semua tanpa terkecuali. Kehidupan yang berkenan di hadapan Allah adalah kehidupan dalam kekudusan. Dan hal ini akan sulit kita wujudkan apabila kita masih cenderung mementingkan kehidupan di dunia ini ketimbang membangun sebuah hubungan yang karib dengan Tuhan.

Petrus mengingatkan kita pula akan hal ini. "..hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Tuhan selalu menantikan kita untuk mau mulai membangun hubungan yang erat denganNya. Dan lihatlah apa yang dikatakan Tuhan: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Tuhan siap membuka mata hati kita untuk mengerti rahasia-rahasia dan rencana-rencanaNya, tetapi itu tidak akan bisa kita peroleh tanpa membangun sebuah hubungan yang kokoh terlebih dahulu.

Jika hidup ini diibaratkan sebuah majalah, maka penting bagi kita untuk memperhatikan dimana dan bagaimana posisi hubungan kita dengan Tuhan di dalamnya. Sudahkah Tuhan mengisi lembar demi lembar hidup anda, atau posisi Tuhan masih sangat terbatas bahkan berada di posisi belakang? Memasuki hari Natal tahun ini dimana kita memperingati kelahiran Kristus, hendaklah kualitas hubungan kita dengan Tuhan menjadi sesuatu yang mendapat perhatian khusus. Hiduplah dalam kekudusan, bangunlah hubungan yang akrab, sehingga kita tidak gampang goyah dalam menghadapi hari-hari sulit ke depan sekaligus mampu mencapai garis akhir sebagai pemenang. Tuhan sudah menganugerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, Dia rindu untuk benar-benar dekat dengan kita, sekarang giliran kita untuk menjawab kerinduan Tuhan. Teruslah berusaha sungguh-sungguh untuk hidup berkenan kepada Allah dan tingkatkan terus usaha anda.

Biarkan Tuhan mengisi setiap lembar dalam kehidupan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, March 11, 2015

Posisi Tuhan dalam Rubrik Hidup Kita

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 4:1
=========================
"Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."

Sebuah harian atau majalah biasanya memiliki tajuk utama alias headlines, berita-berita penting dan berita/artikel tambahan yang dijadikan pelengkap dari sebuah edisi. Sebuah tajuk utama biasanya akan menempati posisi penting pada bagian cover dan terletak pada bagian strategis dari majalah. Bisa di halaman depan, bisa pula agak ke tengah. Tentunya janggal kalau sebuah berita diletakkan di halaman belakang. Kalau hidup diibaratkan sebuah majalah atau harian, maka ada begitu banyak "kolom" atau "rubrik" dalam setiap periode perjalanan hidup kita dengan masing-masing kepingan. Ada yang menjadi tajuk utama, ada bagian penting dan ada pula bagian-bagian pelengkap. Kalau begitu, dimana letak kolom Tuhan dalam hidup kita? Apakah itu terletak di halaman utama, mengisi setiap lembar atau hanya berada pada satu halaman kecil saja? Jangan-jangan kolom tersebut malah terletak kecil saja di halaman paling belakang.

Secara logika dan kepantasan, orang percaya seharusnya sudah pasti menempatkan Tuhan pada rubrik utama. Sayangnya pada kenyataannya ada banyak diantara orang percaya yang meletakkan Tuhan hanya selintas pada kolom kecil, bahkan diletakkan pada halaman belakang saja. Kita hanya berdoa pada saat kita punya waktu luang atau yang tersisa saja. Kita mendahulukan kesibukan-kesibukan pekerjaan, jadwal yang padat, tugas-tugas yang menumpuk dan aktivitas-aktivitas lainnya bahkan untuk bermain terlebih dahulu lalu mempergunakan waktu yang tersisa untuk Tuhan. Itupun dengan catatan kalau kita tidak keburu terlalu lelah dan langsung ambruk tertidur. Kehidupan kerohanian bagi sebagian orang hanya berlaku hari Minggu saja, selama kurang lebih dua jam. Setelahnya maka mereka kembali masuk ke dalam dunia masing-masing. Setelah dua jam yang dianggap hanya kewajiban liturgi itu, Tuhan kembali dipinggirkan atau dicoret dari daftar mereka. Sekarang coba bayangkan, seandainya Tuhan yang berlaku seperti itu pada kita, kalau Tuhan hanya peduli kepada kita dua jam saja dalam seminggu. Bukankah kita tidak mau itu terjadi? Tidak satupun orang yang mau seperti itu. Kita ingin Tuhan selalu hadir dengan penyertaanNya setiap saat, tetapi mengapa kita membalasnya dengan memberikan hanya sedikit waktu yang tersisa saja untuk Tuhan? Kita menuntut yang terbaik dari Tuhan, tapi tidak mau memberikan yang terbaik kepadaNya. Apakah itu adil dan pantas?

Dalam sebuah kesempatan Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika akan pentingnya sebuah kesungguhan untuk memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Sudah mulai berpikir untuk hidup berkenan kepada Allah itu tentu merupakan awal yang baik. Tetapi hendaklah kita tidak berhenti mengusahakannya dan terus berupaya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi. Adalah baik jika kita sudah secara rutin beribadah di hari Minggu, juga bagus jika kita sudah meluangkan waktu untuk berdoa, apalagi disiplin dalam bersaat teduh, tetapi marilah kita terus meningkatkan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sehingga pada suatu ketika kita bisa sampai kepada sebuah tahap yang tidak lagi dibatasi oleh waktu atau dirintangi oleh kesibukan-kesibukan kita sehari-hari.

Di dalam Alkitab kita bisa mendapati banyak kisah mengenai kedekatan banyak tokoh dengan Tuhan. Kita bisa melihat sebutan "bergaul karib dengan Tuhan" yang diberikan kepada Henokh (Kejadian 5:24), Nuh (Kejadian 6:9) dan Ayub (Ayub 29:4). Kita bisa melihat pula hubungan yang sungguh sangat dekat lewat pribadi Musa, Abraham, Yusuf, Daud, Daniel dan banyak lagi. Dan kita menyaksikan sendiri bagaimana perbedaan mereka dibandingkan orang-orang lain yang hidup sejaman dengan mereka. Lewat para tokoh ini kita bisa melihat bagaimana sebuah kedekatan dengan Tuhan itu membawa pengaruh yang besar. Singkatnya, bagaimana kualitas hubungan kita dengan Tuhan akan sangat menentukan siapa diri kita sebenarnya, bagaimana pencapaian dalam hidup kita dan kemana kita mengarah selanjutnya.

Kembali kepada surat Tesalonika di atas, kita bisa melihat apa yang sebenarnya menjadi panggilan Allah kepada kita. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Pada ayat sebelumnya pun dikatakan "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu.." (ay 3). Panggilan ini bukanlah merupakan panggilan yang hanya singkat batas waktunya, seperti hanya dua jam dalam satu minggu, atau hanya beberapa menit dalam sehari saja. Ini adalah panggilan yang harus berlaku setiap saat kepada kita semua tanpa terkecuali. Kehidupan yang berkenan di hadapan Allah adalah sebuah kehidupan yang utuh dalam kekudusan. Dan hal ini akan sulit kita wujudkan apabila kita masih cenderung mementingkan kehidupan di dunia ini ketimbang membangun sebuah hubungan yang karib dengan Tuhan.

Tidak hanya Paulus, Petrus juga mengingatkan kita pula akan hal ini. "..hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Tuhan selalu menantikan kita untuk mau mulai membangun hubungan yang erat denganNya. Dan lihatlah apa yang dikatakan Tuhan: "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Tuhan siap membuka mata hati kita untuk mengerti rahasia-rahasia dan rencana-rencanaNya, tetapi itu tidak akan bisa kita peroleh tanpa membangun sebuah hubungan yang erat dan karib terlebih dahulu.

Jika hidup ini diibaratkan sebagai harian atau majalah, maka penting bagi kita untuk memperhatikan dimana posisi Tuhan di dalamnya dan seberapa besar porsinya. Sudahkah Tuhan mengisi lembar demi lembar hidup kita, menempati posisi-posisi utama atau letak Tuhan masih sangat kecil, atau berada di posisi belakang atau malah tidak ada dalam setiap edisinya sama sekali? Hari ini marilah kita mulai membangun hubungan yang berkualitas dengan Tuhan dan menjadikannya sebagai sesuatu yang mendapat perhatian khusus. Hiduplah dalam kekudusan, bangunlah hubungan yang akrab, sehingga kita tidak gampang goyah dalam menghadapi hari-hari sulit ke depan.

Teruslah bangun itu hingga kita bisa mencapai garis akhir sebagai pemenang. Tuhan sudah menganugerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, melimpahi kita dengan segala berkat dan rahmatNya yang baru setiap pagi, berjalan bersama kita meski saat kita berada dalam lembah kekelaman. Dia rindu untuk benar-benar dekat dengan kita dan rindu untuk melihat kita menjadi lebih dari pemenang hingga memasuki garis akhir dengan gemilang. sekarang giliran kita untuk menjawab kerinduan Tuhan. Teruslah berusaha sungguh-sungguh untuk hidup berkenan kepada Allah dan mari sama-sama untuk terus meningkatkan usaha kita.

Hendaknya Tuhan berada pada posisi penting dan mengisi setiap lembar dalam kehidupan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, November 3, 2009

Mengenal Allah

Ayat bacaan: Hosea 4:6a
===================
"Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah"

mengenal AllahDalam ujian pembuatan SIM, apabila kita melakukannya dengan benar, tidak melewati calo, maka kita akan dihadapkan pada sebuah ujian mengenai pengenalan akan rambu-rambu lalu lintas. Ujian ini sesungguhnya sangat penting. Bayangkan apabila kita tidak mengetahui rambu, maka akan sangat riskan bagi kita untuk mengemudi di jalan raya. Selain membahayakan diri sendiri, kita pun bisa membayahakan nyawa orang lain. Belajar mengemudi memang penting, tapi tidak cukup hanya bisa mengoperasikan kendaraan saja. Pengetahuan umum mengenai rambu dan tata cara berkendara lainnya pun wajib kita ketahui jika kita mau selamat di jalan. Pengenalan yang benar akan menghindarkan kita dari kecelakaan dan berbagai musibah lainnya.

Dalam hal kerohanian pun demikian. Alangkah bahayanya jika kita tidak mengenal Allah. Mungkin kita berkata, kita sudah ke gereja, kita sudah berdoa, tapi ada banyak orang yang melakukan itu semua bukanlah atas dasar yang benar melainkan sekadar menjalankan rutinitas, karena disuruh orang tua, karena kebiasaan dan tradisi dan alasan lainnya. Hal-hal seperti ini jika tidak dicermati akan membuat kita tidak kunjung mengenal Allah, dan akibatnya bisa mengarahkan kita kepada kebinasaan.

Dalam Hosea kita bisa melihat mengapa Israel jadi binasa. Kelakuan mereka akhirnya mendatangkan murka Tuhan. Alasannya jelas dikemukakan Tuhan. "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah" (Hosea 4:6a). Tidak mengenal bagaimana? Hosea pasal 4 berjudul "Menentang imam dan bangsa yang tidak setia". Pasal ini dimulai dengan: "Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini." (ay 1). Tiga alasan penting yang membuat Tuhan marah diberikan Tuhan disini: Tidak setia, tidak ada kasih dan tidak mengenal Allah. Apa yang dilakukan orang Israel pada masa itu sungguh keterlaluan, "hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah." (ay 2). Dalam ayat 6 disebutkan pula bahwa para imam yang seharusnya jadi tulang punggung justru melupakan ajaran Tuhan. Kegagalan para imam tidak hanya berbicara mengenai para pendeta, pelayan Tuhan, tapi lebih luas lagi berbicara mengenai semua anak-anak Tuhan. "dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya--dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin." (Wahyu 1:5-6). Semua ini membuat Israel akhirnya harus menanggung konsekuensinya.

Berkaca dari apa yang dialami bangsa Israel yang tegar tengkuk, kita bisa melihat bahwa menolak pengenalan akan Tuhan bisa mendatangkan bahaya besar. Ada banyak orang yang hanya mengandalkan pendeta atau pelayan Tuhan saja tanpa keinginan untuk mengenal Allah lebih jauh dalam hidupnya. Ada banyak yang menunda-nunda karena masih mau "menikmati" hidup, ada yang menganggap bahwa urusan kerohanian hanya urusan orang yang tua saja. Padahal Tuhan telah memperlihatkan bahwa tanpa keinginan untuk mengenal Dia akan membuat kita menuai bencana.

Hanya mengandalkan tata cara peribadatan dan tradisi serta kebiasaan dan rutinitas dalam menjalankan ibadah belumlah mencerminkan usaha kita yang benar untuk mengenal Allah. Yesus menyinggung hal ini dengan keras. "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21). Hanya rajin berseru tapi tidak mencerminkan terang dalam hidup itu artinya tidak mengenal Tuhan. "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?" (ay 22). Bahkan jika kita berpikir bahwa kita sudah melakukan banyak pekerjaan Tuhan, tapi hati kita sebenarnya tidak tulus melakukan itu dan bukan berbuat itu demi kemuliaan Tuhan, jika kita rajin beribadah namun sebatas dibibir saja tanpa aplikasi nyata dalam hidup, maka kita pun akan kehilangan kesempatan untuk beroleh keselamatan. "Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (ay 23).

Pengenalan akan Tuhan bisa kita dapati dengan mengenal diriNya melalui firman-firman Tuhan yang terdapat di dalam Alkitab. Alkitab bukanlah buku usang yang ketinggalan jaman dan membosankan. Ada banyak tuntunan hidup dan rahasia-rahasia keselamatan di dalamnya yang mampu membuat kita semakin dekat mengenal pribadi Tuhan. Jangan berhenti hanya sampai membaca, tapi renungkan dan perbuatlah apa yang telah kita baca itu dalam kehidupan nyata. "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."(Yakobus 1:25) Kemudian ingatlah bahwa kita bisa mengenal Bapa lewat Yesus. "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:7). Tanpa mengenal Kristus, kita tidak akan pernah bisa mengenal Tuhan, dan dengan demikian kita tidak akan pernah bisa datang menghampiriNya dan menerima janji-janjiNya. Yesus berkata "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (ay 6).

Sudahkah kita serius untuk lebih mengenal Allah? Teruslah kenali pribadiNya baik lewat Alkitab, kotbah, bacaan-bacaan rohani dan sumber lainnya, dan tentu saja, miliki pengenalan yang benar tentang Kristus. Jangan berhenti disana, tapi kemudian aplikasikanlah semua yang telah kita baca, dengar dan tahu itu ke dalam hidup kita sehari-hari. Temukan apa yang menjadi kehendakNya hari ini.

Mengenal Allah akan menghindarkan kita dari kebinasaan

Thursday, December 31, 2009

New Dawn, New Hope

Ayat bacaan: Ratapan 3:23
======================
"selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"

tahun baru 2010, harapan baru, janji TuhanBegitu cepatnya waktu berlalu. Ini adalah hari terakhir tahun 2009, dan besok kita akan disambut sinar mentari pagi di tahun 2010. Bagaimana pandangan anda menyambut tahun yang baru? Tahun 2009 dimulai dalam kondisi yang sulit. Krisis global menimpa dunia. Banyak perusahaan besar yang tadinya dianggap sangat kuat ternyata tumbang. Banyak orang yang semakin kesulitan dalam hidup yang terus semakin berat. Harga meningkat naik sementara pendapatan masih sama, jika tidak menurun. Dan itu berlanjut sepanjang tahun 2009. Berkaca dari pengalaman sepanjang tahun 2009, mungkin mudah bagi kita untuk berkata bahwa 2010 tidak akan menjadi lebih baik malah kemungkinan besar akan semakin sulit. Apakah anda berpikir seperti itu? Jika ya, berhentilah segera. Pikiran pesimis seperti itu bukanlah realita karena kita belum bisa melihat apa yang terjadi di depan. Pikiran seperti itu hanyalah akan membuat kita menjadi lemah, akan menyurutkan semangat kita dan akhirnya kehilangan sukacita. Bentuk pandangan demikian tidak akan membawa manfaat apapun yang baik buat kita. Hari ini saya diingatkan oleh sebuah ayat yang sungguh sangat indah. "selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"(Ratapan 3:23).

The new dawn is coming. Pagi nanti ketika kita membuka mata, kita akan disambut oleh secercah cahaya matahari di tahun yang baru. Bagi saya, tahun baru adalah awal yang baru. New dawn, new hope. Mengapa demikian? Sebab Tuhan sendiri menjanjikan bahwa kasih setia Tuhan, His compassion, mercy and loving-kindness, akan selalu baru setiap pagi. His tender compassions never fail, always more than enough for us all. Bersama terbitnya matahari pagi Tuhan menyapa kita dengan kasih setia dan rahmatNya yang melimpah. Dan itu terus Dia lakukan setiap pagi tanpa henti. Jika demikian, mengapa kita harus takut menatap datangnya tahun yang baru? Kasih Tuhan yang baru akan pula menyertai kita memasuki tahun yang baru ini.

Apa yang membuat kita gampang patah semangat sesungguhnya adalah ketika kita mengarahkan pandangan hanya kepada hal-hal buruk yang terjadi sepanjang tahun kemarin. Jika kita terus mengisi pikiran kita dengan hal-hal buruk seperti itu, tidaklah heran jika kita akan khawatir pula memasuki tahun yang baru. Padahal Tuhan sudah mengingatkan kita sebaliknya, agar selalu memusatkan pikiran kepada "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji." (Filipi 4:8). Tapi seringkali kita lebih suka menenggelamkan diri kita kepada hal-hal yang akan mudah menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan dalam hidup kita. Seringkali orang akan lebih mudah untuk melihat hal negatif sebaliknya sulit menangkap hal positif dari apapun yang mereka lihat, alami atau rasakan. Jauh sebelumnya Tuhan sudah mengingatkan bahwa "orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Dunia pada kenyataannya memang akan semakin sulit dan semakin jahat. Dan jika kita berhenti sampai disitu, memusatkan pikiran kita kepada semua itu, maka ketakutanlah yang akan menguasai kita. Jika anda terus membaca berita-berita kriminal, ekonomi dan lainnya yang cenderung negatif, mengapa tidak menggantinya dengan membaca firman Tuhan yang mengandung kebenaran dan keselamatan?

Pemazmur sudah mengetahui kuncinya sejak dahulu kala. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Pemazmur kemudian melanjutkan "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (ay 6). Kita hanya bisa tenang ketika kita dekat dengan Allah, sebab dariNyalah keselamatan dan harapan itu datang. Bukan dari kehebatan, kekuatan atau ketangguhan diri kita sendiri. Karena semua itu berasal dari Tuhan, jelas kita harus dekat kepadaNya agar bisa terus meletakkan harapan dan keselamatan, dan bisa hidup tenang meski situasi di dunia semakin sulit. Dunia boleh gonjang ganjing, tapi Tuhan akan bertindak seperti gunung batu dan keselamatan, kota benteng dan perlindungan. Rock and Salvation, Defense and Fortress, sehingga kita tidak akan goyah. (ay 7). Pemazmur tahu itu. Dan ia mengingatkan kita "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita." (ay 9).

Memasuki tahun yang baru, mulailah merubah pola hidup sejak sekarang. Mendekatlah lebih lagi kepada Tuhan, Sang Pemberi segalanya. Luangkan waktu yang cukup untuk bersekutu denganNya, mendengar suaraNya dan menikmati hadiratNya yang kudus. Jangan malah sebaliknya, semakin mati-matian berjuang dengan kekuatan sendiri dan menomorduakan hubungan dengan Tuhan karena terlalu sibuk dan tidak lagi punya waktu. Jika Pemazmur dahulu kala sudah mengetahui kuncinya, hari ini kita pun bisa menikmati apa yang ia nikmati pada masa itu dengan kunci yang sama pula. Sebab sesungguhnya Tuhan tidak pernah berubah. Dia selalu sama dulu, sekarang dan sampai selamanya. (Ibrani 13:8). Dan inilah kata Pemazmur: "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5). Ya, Tuhan itu baik dan setia dari generasi ke generasi. Jika Pemazmur mengalaminya, kita pun bisa mengalaminya hari ini.

Sekalipun hidup menjadi lebih sulit kelak, itu bukan berarti bahwa kita harus kehilangan sukacita maupun kedamaian kita. Kuncinya, dekatlah senantiasa dengan Tuhan. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:2-8). Bumi boleh jungkir balik, dunia boleh terguncang dan bergejolak, namun Tuhan menjanjikan bahwa siapapun yang berada dekat dengan Allah tidak akan terguncangkan. Dan ini janji Tuhan. Apa yang kita terima sebagai anugerah dari Tuhan sesungguhnya adalah kerajaan yang tidak tergoncangkan. "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28).

Mari kita sambut tahun yang baru dengan penuh ucapan syukur. Mari kita songsong hari depan yang penuh harapan. Mari kita bersukacita menyambut datangnya hari baru, dimana berkat Tuhan yang baru pagi nanti pun tercurah buat kita semua. Buanglah semua rasa pesimis, khawatir, ragu atau takut untuk memasuki tahun yang baru dan gantilah dengan kepercayaan penuh dengan janji-janji Tuhan. Teruslah lebih dekat padaNya dan terimalah pertolongan dan keselamatan seperti yang telah Dia janjikan kepada kita semua. Selamat Tahun Baru buat teman-teman semua, Tuhan akan selalu bersama anda dengan kasih setiaNya.

New dawn, new hope, with God's loving kindness and compassions that are always new every morning

Monday, April 8, 2013

Mengenal Tuhan

Ayat bacaan: Hosea 4:6a
===================
"Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah"

Bagi anda yang bekerja di pabrik dengan banyak mesin, anda tentu perlu mengenal terlebih dahulu bagaimana cara kerja masing-masing mesin, begitu juga dengan proses pengerjaannya mulai dari satu mesin ke mesin lain hingga akhirnya menjadi produk jadi. Tanpa mengetahui itu semua bukan saja kita tidak bisa bekerja dengan baik, tapi juga riskan karena bisa menimbulkan kecelakaan dalam bekerja. Dalam menjaga hubungan dengan orang lain pun demikian. Kita perlu mengetahui banyak hal tentang mereka agar tidak salah bersikap atau salah kata. Ada yang cepat tersinggung, ada yang suka bercanda, ada yang serius, ada yang sensitif perasaannya, sehingga kita perlu benar-benar tahu terlebih dahulu tentang mereka agar bisa menjadi teman yang baik.

Dalam hal kerohanian pun demikian. Alangkah ruginya atau bahkan bisa riskan juga apabila kita tidak mengenal Allah. Mungkin kita berpikir bahwa semuanya sudah cukup kalau kita sudah ke gereja, sudah berdoa, tapi ada banyak orang yang melakukan itu semua bukanlah atas dasar yang benar melainkan sekadar menjalankan rutinitas, karena disuruh orang tua, karena kebiasaan dan tradisi dan alasan lainnya. Bisa saja ketika kita berdoa atau di gereja sebenarnya pikiran kita sedang berada diluar sana. Hal-hal seperti ini jika tidak dicermati akan membuat kita tidak kunjung mengenal Allah dan itu akan sangat merugikan bagi diri kita, bahkan bisa mendatangkan kebinasaan. 

Dalam Hosea kita bisa melihat mengapa Israel jadi binasa. Kelakuan mereka yang tidak baik akhirnya mendatangkan murka Tuhan. Alasannya jelas tertulis dalam Alkitab. "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah" (Hosea 4:6a). Tidak mengenal bagaimana? Mari kita lihat Hosea pasal 4 yang diberi judul "Menentang imam dan bangsa yang tidak setia". Pasal ini dimulai dengan: "Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini." (ay 1). Tiga alasan penting yang membuat Tuhan marah disebutkan dengan jelas disini, yaitu:
- Tidak setia
- tidak ada kasih
- tidak mengenal Allah

Apa yang dilakukan orang Israel pada masa itu memang sudah keterlaluan, Mereka "hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah." (ay 2). Dalam ayat 6 disebutkan pula bahwa para imam yang seharusnya jadi tulang punggung justru ikut jadi orang-orang yang melupakan ajaran Tuhan. Kegagalan para imam tidak hanya berbicara mengenai para pendeta, pelayan Tuhan, tapi lebih luas lagi berbicara mengenai semua anak-anak Tuhan seperti yang tertulis dalam Wahyu 1:5-6. "Dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya--dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin." (Wahyu 1:5-6). Perilaku tidak terpuji tersebut membuat Tuhan marah kepada mereka. Dan itu sangat wajar, mengingat betapa besarnya kasih Allah kepada mereka dari generasi ke generasi berikutnya yang ternyata sama sekali tidak mereka hargai. Sikap-sikap itu membuat Israel akhirnya harus menanggung konsekuensinya.

Berkaca dari apa yang dialami bangsa Israel yang tegar tengkuk alias keras kepala dan tidak tahu berterimakasih, kita bisa melihat bahwa menolak pengenalan akan Tuhan bisa mendatangkan bahaya besar. Ada banyak orang yang hanya mengandalkan pendeta atau pelayan Tuhan saja tanpa keinginan untuk mengenal Allah lebih jauh secara pribadi dalam hidupnya. Ada banyak yang menunda-nunda karena masih mau "menikmati" hidup, ada yang menganggap bahwa urusan kerohanian hanya urusan orang yang tua saja. Padahal Tuhan telah memperlihatkan bahwa tanpa keinginan untuk mengenal Dia akan membuat kita menuai bencana.

Hanya mengandalkan tata cara peribadatan dan tradisi serta kebiasaan dan rutinitas dalam menjalankan ibadah belumlah mencerminkan usaha kita yang benar untuk mengenal Allah. Yesus menyinggung hal ini dengan tegas. "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21). Hanya rajin berseru tapi tidak mencerminkan terang dalam hidup itu artinya tidak mengenal Tuhan. "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?" (ay 22). Bahkan jika kita berpikir bahwa kita sudah melakukan banyak pekerjaan Tuhan, tapi hati kita sebenarnya tidak tulus melakukan itu dan bukan berbuat itu demi kemuliaan Tuhan, jika kita rajin beribadah namun sebatas dibibir saja tanpa aplikasi nyata dalam hidup, maka kita pun akan kehilangan kesempatan untuk beroleh keselamatan. "Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (ay 23).

Pengenalan akan Tuhan bisa kita dapati dengan mengenal diriNya melalui Firman-Firman Tuhan yang terdapat di dalam Alkitab. Alkitab bukanlah sebuah buku usang yang ketinggalan jaman dan membosankan. Ada banyak tuntunan hidup dan rahasia-rahasia keselamatan di dalamnya yang mampu membuat kita semakin dekat mengenal pribadi Tuhan. Jangan berhenti hanya sampai membaca, tapi renungkan dan perbuatlah apa yang telah kita baca itu dalam kehidupan nyata. "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."(Yakobus 1:25) Kemudian ingatlah bahwa kita bisa mengenal Bapa lewat Yesus. "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:7). Tanpa mengenal Kristus, kita tidak akan pernah bisa mengenal Tuhan, dan dengan demikian kita tidak akan pernah bisa datang menghampiriNya dan menerima janji-janjiNya. Yesus berkata "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (ay 6).

Sekarang waktunya untuk lebih serius lagi dalam mengenal Allah. Teruslah berusaha untuk mengenal pribadiNya baik lewat Alkitab, kotbah, bacaan-bacaan rohani dan sumber lainnya, dan tentu saja, miliki pengenalan yang benar tentang Kristus. Jangan berhenti disana, tapi kemudian aplikasikanlah semua yang telah kita baca, dengar dan tahu itu ke dalam hidup kita sehari-hari. Temukan apa yang menjadi kehendakNya hari ini.

Mengenal Allah akan menghindarkan kita dari kebinasaan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, February 14, 2010

Mengasihi

Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:11
========================
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."

mengasihi, valentineSeberapa jauh kita peduli terhadap penderitaan orang lain? Boleh jadi kita memimpikan sebuah keadaan yang aman, tentram dan damai. Tidak ada peperangan, tidak ada kebencian, tidak ada kejahatan, tapi kita lupa untuk melihat ke sebelah. Pikiran kita pergi terlalu jauh padahal yang dekat kita lupakan. Mungkin tetangga di sebelah sedang butuh bantuan, mungkin teman kita ada yang butuh didengar, kita tidak menghiraukan mereka padahal keberadaan mereka begitu dekat dengan kita. Pengemis dan gelandangan di jalan yang setiap hari kita lewati tidak pernah kita hiraukan. Jika tidak memulai dari yang kecil, bagaimana kita bisa memimpikan yang besar? Tidak selalu butuh sesuatu yang besar untuk melakukan perubahan, karena lewat hal-hal sederhana pun sebenarnya kita bisa membuat sesuatu untuk itu. Kuncinya adalah kasih.

Bayangkan betapa gersangnya hidup tanpa cinta. Cinta atau kasih seringkali mampu membuat perubahan. Rasa cinta bisa membuat kita bertahan, membuat kita tetap tegar ditengah kesesakan, membuat kita lebih kuat menghadapi apapun. Seperti yang saya katakan kemarin, kita harus menyadari bahwa cinta atau kasih itu adalah sebuah anugerah yang sangat indah yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Kita ingin Tuhan selalu mengasihi kita, tapi kita sendiri merasa terlalu sibuk untuk mengasihi Tuhan. Dan kita lupa untuk menjadi saluran berkat mengasihi sesama kita.

Valentine Day is the day of love. Jika kemarin saya mengajak anda semua untuk memberikan sebuah perhatian khusus di hari kasih sayang kepada pasangan anda atau orang-orang terdekat yang anda sayangi, hari ini saya mengajak anda untuk melihat dari sudut yang lebih luas. Kasih yang dikaruniakan Tuhan kepada kita sesungguhnya begitu besar dan tidak terbatas. Betapa egoisnya kita jika semua itu hanya kita telan sendiri tanpa dibagikan kepada saudara-saudara kita yang lain. Kita seringkali terlalu sibuk menikmati berkat dan tidak mau membagikannya kepada orang lain. Kekristenan tidak mengajarkan hal seperti itu. Kita diberkati untuk memberkati, kita dikasihi untuk mengasihi, dan kita diselamatkan untuk menyelamatkan. Selalu ada keterkaitan yang erat antara hubungan vertikal antara kita dengan Tuhan dan hubungan horizontal antara kita dengan sesama. Bersyukurlah jika hari ini kita diberikan kebahagiaan setidaknya lewat kasih dan perhatian orang-orang yang dekat dengan kita. Tapi di luar sana, ada banyak orang yang begitu merindukan kasih dan perhatian. Hidup sebatang kara, tidak ada yang peduli atau bahkan tertolak. Tidakkah indah jika kita mau membagikan kasih itu kepada mereka, agar mereka pun bisa merasakan hangatnya dicintai?

Tuhan terus mencurahkan kasihNya kepada kita. Itu tidak akan pernah ada habisnya. Karena itu kita tidak perlu takut kehabisan dan hanya mau menyimpannya sendiri. Jika kita menyadari bahwa Allah mengasihi kita, maka tidak bisa tidak kita harus pula mengasihi orang lain. Seperti apa yang dikatakan Yohanes: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Dan hanya dengan saling mengasihilah Allah akan tetap berada di dalam kita, dengan kasihNya yang menjadi sempurna pula di dalam diri kita. (ay 12). Kasih merupakan inti dari kekristenan. Betapa ironisnya jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus tapi tidak menunjukkan kasih Kristus itu kepada orang lain lewat diri kita.

Mengapa kita harus menyatakan kasih? Sebab kasih merupakan wujud dari Allah sendiri. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (ay 8). Yohanes pun mengingatkan "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Pergunakanlah hari ini untuk memberikan perhatian khusus, ucapan atau ungkapan kasih kepada orang-orang yang anda kasihi. Tidak saja pasangan anda, tapi juga kepada orang lain. Orang tua, saudara, kakek/nenek dan sebagainya. Jangan berhenti sampai disitu, tapi perluaslah saluran kasih anda untuk menyentuh orang lain. Dalam bentuk perhatian, bantuan, kepedulian atau sekedar senyum tulus, itu semua akan sangat berharga bagi mereka. Ada banyak orang yang haus akan kasih sayang, ada banyak orang yang tidak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya, ada banyak keluarga berantakan, orang yang hidupnya susah dan sebagainya. Betapa baiknya jika hari kasih sayang tidak hanya dirayakan bersama orang-orang terdekat saja, tapi mampu pula menyentuh banyak orang secara luas. Seperti itulah Yesus mengharapkan kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34)

 Jangan berhenti hanya pada kekasih atau pasangan hidup saja, hanya pada keluarga, tapi keluarlah untuk menyalurkan kasih dan terang Kristus kepada sesama kita. Alangkah indahnya jika momen ini bisa dipakai untuk menyatakan kasih dan kepedulian kepada sesama kita secara luas. Alangkah indahnya jika hari spesial ini bisa dijadikan sebuah momentum untuk membagikan kasih yang telah kita terima dari Tuhan sendiri kepada orang lain. Selain itu, adalah baik pula jika kita memanfaatkan hari kasih sayang ini untuk memperbaiki hubungan dengan seseorang yang mungkin sedang mengalami keretakan. It's time to share the love, it's the right moment to give love. Let's celebrate the day of love by sharing God's love to each other.

Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. (1 Yohanes 4:7)

Wednesday, December 29, 2010

Sumber Kekuatan dan Keselamatan

Ayat bacaan: Mazmur 28:8
====================
"TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"

sumber kekuatan dan keselamatanAdakah keselamatan seratus persen di dunia ini? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segalanya, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, menyewa banyak penjaga, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti. Seberapa besarpun kita berusaha, namun pada akhirnya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.

Daud sudah sampai pada kesimpulan seperti itu sejak dahulu kala. Berulang kali kita mendapati kesimpulan dari hasil perenungan Daud lewat tulisan-tulisannya yang dengan pasti menyatakan bahwa keselamatan dan kekuatan yang sebenarnya hanyalah berasal dari Tuhan. Salah satunya berbunyi "TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:8). Hanya Tuhan sumber kekuatan dan benteng keselamatan bagi umatNya, orang-orang yang diurapiNya. Kita tahu bahwa apa yang dialami Daud sungguh berliku-liku. Ada banyak situasi yang pasti sangat merisaukan dirinya. Berada dalam kejaran Saul, lalu kelak lari dari makar yang dilakukan anak kandungnya sendiri, Absalom dan lain-lain. Sebelum ia menjadi raja pun hidupnya tidaklah mudah. Ia harus berhadapan dengan cakar singa dan beruang yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan. Kemudian ia pun harus menghadapi raksasa Goliat yang bersenjata lengkap. Tetapi semua itu tidaklah membuatnya surut. Dalam hal menghadapi cakar singa dan beruang serta Goliat, Daud dengan tegas berkata "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:36). Daud punya pengalaman segudang mengenai yang namanya situasi sulit atau berbahaya, dan ia punya bukti konkrit mengenai bagaimana dahsyatnya kuasa Tuhan bagi umatNya.

Perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan pun merupakan sebuah bukti nyata akan betapa luar biasanya penyertaan Tuhan itu. Pergantian nama Hosea yang artinya "keselamatan" menjadi Yosua yang berarti "Tuhan adalah keselamatan" atau "Tuhan menyelamatkan" oleh Musa (Bilangan 13:16) menunjukkan penegasan secara langsung dari Tuhan akan hal ini. Dan lihatlah bagaimana Yosua kemudian sukses menjadi penerus Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah yang dijanjikan Tuhan. Yosua memang menjadi pemimpin pada saat itu, tetapi sesungguhnya penyertaan Tuhanlah yang membawa keselamatan bagi mereka. Tuhan sendirilah yang sebenarnya merupakan Sosok yang memimpin bangsa Israel menuju Kanaan. Saya percaya Daud mengetahui persis seluruh catatan sejarah mengenai bukti nyata keselamatan dan kekuatan dari Tuhan yang mampu membawa bangsa Israel, dan berbagai pengalaman pribadinya pun sesuai akan hal itu. Tidaklah mengherankan jika Daud bisa berkata "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mazmur 62:2). Dan penegasan kuat pun kita temukan dalam Mazmur. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (46:2).

Jika Tuhan merupakan sumber kekuatan dan benteng keselamatan yang paling terjamin, dan semua itu sudah terbukti, mengapa kita harus terus berusaha mencari alternatif-alternatif keselamatan dari segala yang ditawarkan oleh dunia? Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya kuasa Tuhan berada di atas segalanya, dan bagi Dia tidak ada satupun hal yang mustahil? Lihatlah apa kata Tuhan seperti yang terdapat dalam kitab Yeremia. "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" (Yeremia 32:27). Ingatlah akan hal ini menjelang memasuki tahun baru yang akan hadir sebentar lagi. Kita tidak tahu pasti apa yang bakal terjadi, mungkin hidup bisa menjadi semakin sulit, namun tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir akan hal itu. Percayakan semuanya ke dalam tangan Tuhan yang berkuasa di atas segalanya, dan masukilah tahun yang baru dengan penuh sukacita, damai sejahtera dan ketenangan.

Put your trust fully  in God

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidur (10)

 (sambungan) Menghadapi masalah hanya memandang pada masalah, itu bahaya. Menghadapi masalah tanpa iman, itu pun bahaya. Iman seperti yang d...