Sunday, November 24, 2013

Sela

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Mazmur 3:9
=======================
"Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! S e l a"

Kerja, kerja dan kerja. Itu ada dipikiran banyak orang hari-hari ini karena kebutuhan yang terus meningkat, baik dari segi jumlah barang maupun harga. Selain kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, pakaian, rumah, pendidikan anak, jaman ini manusia punya beban-beban tambahan yang seringkali malah menempati ranking lebih tinggi di atas apa yang dahulu kita kenal sebagai kebutuhan primer. Lifestyle of the rich and famous alias gaya hidup glamor, gadget, fashion, merek-merek mewah dan sebagainya terus mendominasi hidup banyak orang sebagai akibat dari penetrasi iklan-iklan yang terus membombardir kita dengan janji-janji kebahagiaan, dan semua ini membuat manusia memilih untuk bekerja ekstra agar bisa memenuhi semuanya. Kerja siang sampai sore, lanjut kerja lain sampai malam. Nonstop. Seperti seekor kuda yang tanpa rehat terus berlari membawa beban berat agar bisa sampai kepada sebuah tujuan yang sebenarnya tidak ada ujungnya. Sekuat-kuatnya manusia, semuanya punya batas.

Banyak orang yang terus bekerja seperti kuda yang dipaksa terus berlari sambil memanggul beban berat di pundaknya tanpa jeda. Semua dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang saat ini tidak lagi hanya mengacu kepada sandang, pangan dan papan, tetapi sudah dilampaui oleh banyak hal lain seperti lifestyle of rich and famous, gadget keluaran terbaru, fashion trend dan barang-barang bermerek. Itu masih diluar biaya pendidikan anak-anak yang harganya terus melambung gila-gilaan. Kebutuhan primer terus mengalami peningkatan harga dan pemerintah seperti tak berdaya mengatasi gejolak-gejolak seperti itu. Sayangnya, banyak orang yang kemudian mengalihkan pandangan kepada sebuah susunan prioritas yang keliru. Mereka lupa bahwa untuk mengejar dan memperoleh sesuatu, mereka harus membuang/mengorbankan sesuatu. In order to get something we have to sacrifice something. Kerja diletakkan diatas, kemudian keluarga dikorbankan. Jika keluarga saja sanggup dikorbankan, apalagi waktu-waktu bersama Tuhan. Semakin lama semakin sedikit orang yang mau duduk diam di kaki Yesus seperti Maria seperti yang tertulis dalam Lukas 10:38-42. Semua terlalu sibuk untuk itu, mengira bahwa hasil kerja keras lah yang mendatangkan semua kemampuan pemenuhan kebutuhan dan bukan Tuhan. Tuhan dikesampingkan, keluarga dikorbankan. Jika seekor kuda terus dipacu berlari dengan beban berat tanpa henti, apa yang akan terjadi? Benar, kuda akan mati. Jika anda menghidupkan mesin tanpa henti, maka mesin bisa rusak, berhenti bahkan meledak. Manusia yang terus bekerja tanpa jeda pun akan mengalami hal yang sama. Mati, tanpa bisa membawa semua yang fana yang mati-matian ia kumpulkan dengan mengorbankan prioritas-prioritas yang sesungguhnya lebih penting. Ada seorang yang saya kenal bercerita mengenai kekeliruan seperti itu. Ia terus bekerja, tidak lagi punya waktu untuk istri dan anaknya, apalagi untuk Tuhan. Pada suatu kali ia sakit dan terbaring di rumah sakit. Dalam kesendirian ditengah kesunyian, hanya ditemani bunyi mesin pengukur detak jantung yang khas. Disanalah ia kemudian menyadari kekeliruannya selama ini. Itu menjadi titik baliknya, dan hari ini ia menjalani kehidupan yang penuh kebahagiaan dengan susunan prioritas yang benar. Kita memang harus bekerja keras dengan sebaik-baik yang kita sanggup, tetapi ada kalanya kita harus mengambil waktu jeda.

Ayat bacaan yang saya ambil hari ini merupakan satu dari sekian banyak ayat kitab Mazmur yang diakhiri dengan kata Sela. Sela banyak diartikan orang sebagai selingan musik, atau banyak pula orang yang tidak menganggap penting kata ini dalam rangkaian kalimat dimana ia muncul.  Tetapi saya percaya bahwa tidak ada kata yang sia-sia apabila ditulis di dalam Alkitab. Sebuah pause dalam bermusik, atau selingan dalam mazmur-mazmur? Mungkin ya. Namun kata Sela ini juga bisa merujuk pada waktu jeda, istirahat, diam sejenak, memberi penekanan pada menutup bagian lagu. Dalam versi bahasa Inggris amplified kata Sela diterjemahkan sebagai "pause and calmly think of that". Ada pula yang menyebutnya sebagai "stop and listen". Selain pada Mazmur, Sela juga beberapa kali kita jumpai dalam Habakuk 3. Begitu seringnya kata ini dipakai, sehingga saya menyadari bahwa ada pesan penting yang sebenarnya terkandung di dalam kata ini.

Rutinitas dari segala aktivitas kita sehari-hari, semua kesibukan kita juga memerlukan waktu Sela. Dalam hal melayani pun sama. Ada banyak anak-anak Tuhan yang begitu sibuk dengan pelayananNya hingga tidak sempat lagi mengambil saat teduh untuk menikmati kasih Tuhan dalam hadiratNya. Apapun yang kita kerjakan dan menyita waktu kita selalu butuh jeda, butuh sela. Sebuah saat dimana bukan saja fisik, tapi jiwa dan roh kita bisa beristirahat, menikmati keintiman hanya bersama Allah. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazmur 42:2-3) Waktu sela adalah waktu yang kita pakai dimana kita melepaskan segala atribut dunia dengan segala permasalahannya, dan datang menghampiri tahta kudus Tuhan dengan tangan menyembah, berserah sepenuhnya dan membawa pujian yang terbaik penuh rasa syukur hanya untuk Allah. Sebuah waktu sela adalah saat yang indah untuk introspeksi, merenung, mengkaji ulang hal-hal yang telah kita lakukan sehari penuh, apakah semua yang kita lakukan adalah sesuai dengan kehendakNya atau belum. Memeriksa kembali langkah kita apakah sudah seturut rencanaNya atau masih menurut pemikiran kita. Apakah kita sudah berserah penuh atau masih memaksakan kehendak kita untuk disetujui Tuhan.  Sela menjadi saat yang indah dimana Tuhan bisa terasa begitu dekat, begitu nyata. Waktu sela sebaiknya bukan lagi doa-doa berisi segudang permintaan akan sesuatu dan terus menangis meminta tolong tapi akan sangat baik apabila dipakai sebagai saat-saat dimana kita diam, duduk di kakiNya, mencari wajahNya, mendengar suaraNya, merasakan pelukan Tuhan dan merasakan kedamaian di hadiratNya.

Perenungan Daud tentang Allah dalam kitab Mazmur demikian panjang, termasuk di dalamnya waktu Sela. Apakah anda saat ini terlalu sibuk bekerja sehingga melupakan saat-saat kedamaian bersama Tuhan dan melupakan istri dan anak yang merindukan anda? Apakah anda saat ini tengah kelabakan menghadapi tumpukan masalah berat sehingga mulai panik, sibuk berbuat segalanya tanpa hasil? Jika ya, itu waktunya untuk anda mengambil waktu diam sejenak. Tuhan berkata: "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Dengarkan pesanNya, kata-kataNya, teguranNya jika ada, tanyakan kepadaNya apa yang harus anda lakukan. Duduk dikakiNya, pandang wajahNya dan rasakan kedamaian. Tenang dalam waktu sela atau jeda, sebelum anda kembali beraktivitas, melakukan sesuatu yang bukan lagi menurut anda tetapi menjalankan kehendak Tuhan. Ini penting, sebab apabila anda melakukan sesuatu yang tidak dalam rencanaNya, maka itu semua akan habis sia-sia dan bisa jadi membawa kerugian besar yang sulit anda tutupi.  Baik ketika anda sedang dalam keadaan tenang terlebih saat anda tengah mengalami pergumulan, ambillah waktu sela agar anda disegarkan kembali, merasakan kedamaian, ketentraman, ketenangan dan kemenangan ketika Allah hadir di dekat kita.

Beri waktu Sela dalam kehidupan sehari-hari untuk kembali fokus kepada rencana Tuhan dalam hidup kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker