===================
"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran."
Seorang teman bercerita bahwa salah satu yang paling membuatnya bahagia adalah ketika anaknya berlari menyambutnya sepulang kerja. Seorang ayah tentu akan merasa sangat bahagia ketika anak-anak mereka menyambut kepulangan mereka dengan tersenyum, memeluk, atau malah membuatkan secangkir teh hangat dan memijati pundak sang ayah sambil bercerita tentang hari-harinya di sekolah. Tentu hal itu sangat menyenangkan bukan? Saya yakin tidak ada satupun ayah yang tidak merasa bahagia ketika anak-anak menunjukkan kasih sayang mereka dengan penuh sukacita. Apa yang dialami oleh teman saya itu pernah saya alami juga, tapi dalam posisi yang berbeda, di posisi sebagai seorang anak ketika saya masih kecil. Mungkin sebagian dari kita pun pernah bereaksi seperti si anak ketika kita kecil. Saya ingat pada saat saya kecil, saya sering disebut anak papa, karena kedekatan saya dengan ayah saya. Selalu ada raut bahagia di wajahnya meski ia sedang lelah ketika saya menyambutnya. Ia akan segera menggendong saya dan langsung bermain. "Anak itu benar-benar obat lelah.." kata teman saya sambil tertawa. Ya, begitu mereka dengan riangnya menyambut kita, seketika itu pula rasa lelah dan beban masalah di pekerjaan menguap. Anak bahagia, ayah bahagia. Betapa indahnya.Jika menyenangkan hati ayah biologis kita saja sudah begitu rasanya, apalagi hati Tuhan yang begitu mengasihi kita. Tentu kita pun sebagai anak-anak Tuhan ingin bisa menyenangkan hatiNya. Masalahnya banyak orang yang tidak tahu bagaimana caranya. Bagaimana membuatkan secangkir teh hangat buat Tuhan? Atau memijat pundakNya? memelukNya? Bukankah itu tidak bisa kita lakukan karena Tuhan tidak berada secara fisik di dekat kita seperti halnya ayah kita di dunia? Lalu bagaimana caranya? Alkitab menyebutkan apa yang bisa menyenangkan hati Tuhan.
Dalam Hosea dikatakan bahwa "..Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6). Kasih setia kita yang tidak lekang dimakan jaman, tidak gampang pudar karena godaan duniawi, dan kerinduan kita tanpa henti untuk semakin mengenal pribadi Bapa, itulah yang menyenangkan Tuhan, lebih dari segala perbuatan baik kita atau amal kita. Hal yang sejalan pula disampaikan oleh Pemazmur. Dalam Mazmur dikatakan "TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya." (Mazmur 147:11). Menyenangkan hati Tuhan bisa kita lakukan dengan hidup takut akan Tuhan dan terus percaya penuh kepadaNya tanpa putus harapan. Hal-hal seperti inilah yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Lewat pengenalan akan Tuhan, mengasihiNya dengan setia, menyadari dan percaya sepenuhnya kasih setia Tuhan dalam kondisi apapun yang kita alami, dan terus menjalani hidup dengan rasa takut akan Tuhan, itulah yang bisa kita perbuat untuk mengetuk pintu hati Tuhan dan menyenangkanNya.
Memberikan puji-pujian, bermazmur bagiNya, itu pun menyenangkan Tuhan jika kita lakukan dengan hati yang tulus. Sebelum Pemazmur menuliskan hal yang membuat Tuhan senang di atas, kita dapati ayat yang berbunyi "Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi!" (ay 7). Tuhan tentu akan senang apabila kita memiliki gaya hidup yang senantiasa memuji dan menyembahNya, bermazmur bagiNya baik dalam keadaan suka maupun duka, baik dalam keadaan senang maupun susah, dan melakukan itu semua dengan hati yang tulus sepenuhnya karena mengasihi Tuhan lebih dari segalanya.
Waspadalah dalam hidup ini, karena ada begitu banyak keinginan daging yang akan selalu berusaha untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Seringkali kita terjebak dan memberi toleransi kepada keinginan-keinginan kedagingan, dan mengira bahwa itu tidaklah apa-apa. Padahal Tuhan sama sekali tidak berkenan kepada orang-orang yang memilih untuk hidup dalam daging dan menomor duakan keinginan Roh! "Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah." (Roma 8:8). Kemudian, apakah kita sudah berkenan meluangkan waktu untuk berdoa bagi orang lain, untuk pemerintah, bangsa dan negara kita? Sudahkah kita menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur buat orang lain, buat pemimpin-pemimpin kita? Hal ini pun penting untuk kita cermati, karena firman Tuhan berkata "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita" (1 Timotius 2:3).
Kita tidak perlu membuat secangkir teh hangat buat Tuhan, kita tidak perlu memijiti Tuhan. Lebih dari korban bakaran, Tuhan lebih menyukai kasih setia kita dan usaha kita untuk semakin jauh mengenal pribadiNya. Tuhan rindu untuk dapat bergaul karib dengan kita. Kepada kita yang menyenangkan hatiNya, yang berkenan di hadapanNya, Tuhan tidak akan menahan-nahan berkatNya untuk tercurah. "Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." (Mazmur 84:11). Ini janji Tuhan kepada setiap anakNya yang selalu berusaha menyenangkan hatiNya semata-mata karena mengasihi Tuhan lebih dari segala sesuatu. Tuhan akan sangat senang jika kita menjadikan diriNya prioritas utama dalam hidup kita. Dia akan sangat bangga jika kita mempersembahkan ibadah sejati kita dengan mempersembahkan tubuh kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepadaNya. (Roma 12:1). Tetap percaya dan berpegang kepadaNya dalam kondisi dan situasi apapun, selalu melakukan kehendakNya dengan sepenuh hati, tetap bersukacita dan bersyukur meski dalam kesesakan sekalipun, dan tentunya tidak sekali-kali menomorduakan apalagi meninggalkan Tuhan demi kepentingan sesaat. Hari ini mari kita sambut Dia dengan penuh sukacita, mari kita sama-sama belajar untuk menyenangkan hati Bapa lebih lagi.
Sekarang saatnya bagi kita untuk menyenangkan Bapa
Haruskah kita malu kepada kelemahan kita? Dalam banyak hal kita selalu berusaha menyembunyikan kelemahan kita dan berlindung dibalik kelebihan kita. Kita cenderung untuk memamerkan kelebihan dan menutup rapat kelemahan kita agar kita tidak terlihat lemah di mata orang lain. Kita memang harus memaksimalkan talenta kita, harus terus meningkatkan kapasitas kita sesuai dengan apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Itu betul. Tapi terkadang kita lupa bahwa itu berasal dari Tuhan lantas kita bermegah berlebihan dan bersikap melebihi batas dengan apa yang kita miliki. Kita menjadi terlena dengan kehebatan kita, dan pada suatu ketika di saat kita dihadapkan pada kelemahan maka kita pun akan hancur berantakan. Fokus kepada apa yang bisa kita lakukan, pada spesialisasi kita masing-masing, itu bagus. Tapi di sisi lain kita pun harus mengakui dengan jujur bahwa kita bukanlah mahluk yang 100% sempurna. Di satu sisi kita kuat, di sisi lain kita lemah. Itu sangat wajar. Semua manusia pasti punya kelemahan sendiri-sendiri, baik secara fisik, emosi, kemampuan, intelegensia bahkan juga rohani.
"Capek melihat mukanya, cemberut terus.." demikian kata seorang teman mengenai teman lainnya. Tanpa kita sadari, seringkali air muka kita bisa mempengaruhi suasana di tengah-tengah lingkungan di mana kita berada. Bagaimana air muka kita di hadapan orang lain? Apakah ketika kita hadir suasana menjadi ceria, atau justru sebaliknya, kehadiran kita seolah membawa awan kelabu dan langsung membuat suasana menjadi kelam? Apakah orang lain menjadi bersemangat dan gembira lewat kehadiran kita, atau malah langsung membuat orang menjadi malas serta kehilangan gairah? Sadar atau tidak, air muka yang kita tunjukkan kepada lingkungan sekitar kita akan sangat berpengaruh terhadap suasana. Ramahkah, bersahabatkah, mudah tersenyum kah, atau angkuh, kaku dan tidak menunjukkan sikap bersahabat, semua itu bisa tergambar dari raut muka kita. Apakah bibir kita melengkung ke atas atau melengkung ke bawah, apa yang terlihat itu bisa menentukan situasi di sekitar kita. Ada banyak anak yang ketakutan melihat ayahnya karena setiap ayahnya pulang raut mukanya tidak pernah senyum. Mendengar suara mobil saja anak-anak sudah lintang pukang berlari ke kamarnya masing-masing. Di kantor pun demikian. Apa yang anda rasa jika pimpinan anda memiliki wajah yang ketus dan dingin? Bandingkan dengan pimpinan yang ramah, suka tersenyum dan mau menyapa bawahannya. Ini gambaran sederhana mengenai pengaruh air muka terhadap lingkungan sekitar. Sesuatu yang sepele, kita alami sehari-hari, tapi seringkali tidak kita sadari dampaknya kepada orang lain.
Ingat lagu lawas karya Koes Plus yang berjudul "Kolam Susu"? Lagu ini bercerita tentang kesuburan Bumi Pertiwi yang tersohor. Jika ada tempat-tempat di berbagai belahan dunia yang sulit untuk ditumbuhi, tanah di Indonesia yang beriklim tropis ini tergolong sangat subur dan ideal untuk ditanami berbagai jenis tanaman atau tumbuhan. "Orang bilang tanah kita tanah Surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman." Itu petikan lirik dari lagu Kolam Susu, menggambarkan betapa mudahnya tanaman untuk tumbuh subur di atas tanah di negara kita. Jangankan repot-repot menanam, cukup dengan melempar biji saja maka pohon bisa tumbuh. Jika kita menanam bibit mangga, tentu yang tumbuh adalah pohon mangga dan tidak akan pernah pohon jambu atau pohon lainnya. Bila kita menabur lalang, maka yang tumbuh adalah lalang dan tidak akan pernah rumput spesies lain. Semua tergantung dari kita, apa yang mau kita tanam. Apakah tanaman yang bermanfaat atau tanaman pengganggu seperti lalang dan sebagainya. Apa yang kita tabur ke atas tanah, maka itulah yang akan tumbuh. Tanah tidak bisa dan tidak akan pernah memilih. Tanah akan menumbuhkan apapun yang kita tabur ke atasnya, tanpa kecuali.
Bagi orang yang berkecimpung di dunia jazz seperti saya, tentu nama Duke Ellington bukanlah nama yang asing. Duke (1899-1974) adalah komposer, pianis dan band leader/konduktor/dirijen asal Amerika Serikat yang hingga kini diakui dunia sebagai salah satu tokoh penting musik jazz. Meski Duke sudah tiada sejak 35 tahun yang lalu, karya-karyanya banyak yang abadi, masih berulang kali dibawakan para penyanyi/musisi dari masa ke masa. Ambil contoh, lagu "Take the 'A' Train", yang aslinya bukan merupakan karangannya, tapi versinya adalah versi yang menjadi standar acuan para musisi di seluruh dunia. Lagu-lagu lain dari Duke yang menjadi klasik antara lain "In a Sentimental Mood", "Caravan", "It Don't Mean a Thing If I Ain't Got That Swing", "Sophisticated Lady", "Do Nothing Till You Hear From Me" dan banyak lagi. Menjelang kepergiannya tahun 1974, Duke sempat mengatakan demikian: "Music is how I live, why I live and how I will be remembered." Ia ingin dikenang selamanya sebagai sosok pemusik besar, seperti apa yang telah ia lakukan sepanjang hidupnya. Ia mendapatkannya. Hingga hari ini namanya tetap harum dan besar bagi musik dunia, terutama jazz.
"Dicari, cowok setia". Demikian status salah seorang teman di sebuah situs jejaring. Sebegitu sulitnyakah mencari cowok setia? Dari komentar-komentar yang ada ternyata ia baru saja putus karena pasangannya ketahuan selingkuh. Jika kita melihat perkembangan di jaman modern ini masalah kesetiaan memang menjadi barang yang semakin langka. Ketidaksetiaan semakin lama semakin dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Lewat berbagai lagu, film dan kejadian sehari-hari kita terus menemukan berbagai bentuk ketidaksetiaan sebagai sesuatu yang manusiawi dan lumrah. Tidak heran maka semakin lama semakin sulit saja menemukan sosok manusia yang bisa setia, baik dalam hubungan, pekerjaan dan sebagainya, termasuk tentunya pada Tuhan. Ada banyak alasan yang bisa dijadikan dasar untuk melegalkan ketidaksetiaan itu. Membesar-besarkan kekurangan pasangan, mencari-cari kejelekan misalnya, sampai kepada menyalahkan pihak ketiga. "Bukan saya yang mulai, tapi dia yang menggoda duluan.." itu contoh alasan klasik yang menyalahkan pihak ketiga, padahal setiap manusia punya pilihan apakah mau untuk tetap setia atau menyambut godaan itu.
Bagi sebagian orang, emas merupakan bukti kesuksesan dan kebahagiaan. Ada sebuah suku yang percaya akan hal itu. Jika mereka memiliki sejumlah uang, mereka lebih tertarik untuk menyimpannya dalam bentuk emas ketimbang menabung di bank. Salah seorang teman dari suku itu pernah menjelaskan alasannya. Selain tidak terkena potongan bulanan seperti di bank, kebiasaan menabung dalam bentuk emas itu pun sudah menjadi kebiasaan yang membudaya bagi suku tersebut jauh sebelum ada bank di negara ini. Karena itulah katanya emas menjadi penunjuk status seseorang. Semakin banyak emas yang menghiasi tubuh, itu artinya status orang itu pun semakin tinggi. Sebenarnya ini pun menjadi kepercayaan orang-orang duniawi. Dalam persepsi dunia, kekayaan harta menjamin kebahagiaan dan kemakmuran. Emas dan perak tentu termasuk di dalamnya, bersama-sama dengan berbagai bentuk lainnya seperti uang dan lain-lain. Tidak heran jika ada banyak orang yang tidak ada habisnya mati-matian menumpuk harta dengan berbagai cara, baik lewat bekerja nonstop dan menomorduakan keluarga hingga bentuk-bentuk kecurangan seperti korupsi dan sebagainya.
Jumlah pelari boleh banyak, namun pemenangnya hanya satu. Itu yang biasanya kita lihat dalam setiap perlombaan di berbagai gelanggang kejuaraan. Hitungan sampai kepada mili detik diberlakukan sehingga meski secara kasat mata kita mungkin melihat ada dua atau lebih pelari yang masuk finish secara bersamaan, tetap saja ada satu orang yang pasti berada paling depan dengan perbedaan waktu yang sangat tipis, hingga nol koma nol sekian detik.
Semboyan Pegadaian sungguh menarik perhatian. "Mengatasi masalah tanpa masalah", begitu bunyinya. Apa yang mereka tawarkan adalah proses yang lebih simpel bagi orang yang membutuhkan dana cepat. Dengan jaminan apa yang kita miliki, kita akan mendapatkan pinjaman dalam tempo singkat. Saya bukan hendak membahas mengenai benar tidaknya semboyan itu. Saya hanya ingin merefleksikan bentuk dari semboyan itu yang berdasar adanya kecenderungan manusia untuk semakin menambah masalah dalam menyelesaikan masalahnya. Ada banyak orang yang jatuh ke dalam obat-obatan atau mabuk-mabukan karena mengalami masalah dengan hidupnya. Ada yang merasa sulit bergaul lalu merasa perlu untuk ikut berpesta pora agar bisa diterima kelompok tertentu. Masalah dalam rumah tangga antara suami dan istri bukannya diselesaikan baik-baik namun perceraian dianggap menjadi solusi terbaik. Bahkan tidak jarang yang balik menyalahkan Tuhan dengan berkata bahwa itu sudah suratan takdir. Jika mendapat masalah keuangan? Atasi dengan korupsi atau bentuk-bentuk penipuan lainnya. Bagaimana jika sedang sakit atau mungkin sulit mendapat jodoh? Dukun pun jadi jawaban. Jika rasanya tidak tahan lagi menghadapi beban? Bunuh diri menjadi solusinya. Ini semua bentuk kecenderungan manusia yang seringkali justru menambah masalah ketika mereka mencoba mengatasi masalah mereka.
Takut menghadapi kesulitan hidup, itu dialami oleh banyak orang. Tidak ada satupun dari kita yang tidak pernah menghadapi masalah. Baik orang percaya atau tidak, kadangkala masalah menghampiri kita, dan seperti itulah jalannya kehidupan. Seringkali di balik permasalahan itu tersimpan berbagai masalah lainnya yang saling berkaitan bagai benang kusut yang tampaknya sulit sekali untuk diurai. Ada kalanya kita bak berjalan di terowongan gelap dan tidak kunjung melihat titik terang diujung sana. Ada yang goyah, ada yang lelah, ada yang kehilangan harapan, ada yang menjadi bimbang dan ragu akan keberadaan Tuhan, ada yang kemudian menyerah dan mencari alternatif-alternatif yang sebenarnya dianggap kejahatan di mata Tuhan, tetapi ada pula yang tahu pasti bahwa itu semua adalah bagian dari pendewasaan diri dan iman, sebab Tuhan sesungguhnya tidak pernah, dan tidak akan pernah meninggalkan kita.
Kepolosan dan keluguan anak kecil memang luar biasa. Ketika mereka berkata mereka punya cita-cita tinggi, menjadi dokter, pilot dan sebagainya, mereka tidak pernah dipengaruhi oleh logika-logika yang biasanya dimiliki orang dewasa mengenai mungkin dan tidaknya hal itu terjadi. Wajar ketika seorang teman pada suatu ketika tertawa melihat reaksi anak kecil seperti ini dan berkata bahwa mereka belum tahu bagaimana pahitnya hidup sehingga bisa semudah itu bercita-cita. Tapi justru keluguan anak-anak ini yang diminta Yesus sendiri untuk kita teladani. Kita bisa belajar dari mereka yang belum terkontaminasi berbagai logika dan pikiran manusiawi yang seringkali justru menghambat kita dalam mencapai keberhasilan.
Salah satu film seri TV yang dulu selalu saya ikuti adalah MacGyver. Seri yang cukup populer pada masanya dan sampai sekarang masih diingat banyak orang mengisahkan seorang agen rahasia yang lebih mengutamakan penyelesaian tanpa kekerasan dan selalu menolak untuk membawa pistol sebagai senjatanya. Yang selalu ia pakai adalah "swiss army knife", sebuah pisau lipat yang dilengkapi dengan pembuka botol, obeng kecil, gunting dan peralatan-peralatan lainnya dalam bentuk mini. Alat inilah yang dalam banyak kesempatan menolong MacGyver dalam menumpas penjahat, disamping dalam beberapa kesempatan kita melihat pula kepiawaian MacGyver dalam menggunakan berbagai benda yang bagi kita mungkin tidak berguna apa-apa namun di tangannya benda itu bisa sangat bermanfaat. Dalam tiap episode kita disuguhi kepintaran MacGyver dalam menggunakan benda-benda sederhana itu, mengkombinasikannya dan sebagainya, sehingga bisa menjadi peralatan pendukung untuk mengalahkan penjahat. Inilah yang selalu saya sukai karena begitu banyak ide yang muncul lewat benda-benda yang bagi kita hanyalah benda biasa.
Pentingkah bagi kita untuk berjaga-jaga? Ada banyak orang yang merasa masih terlalu muda untuk itu. Ada yang menganggap bahwa belum saatnya untuk hidup kudus, selagi masih muda, waktu yang ada sebaiknya dipakai untuk bersenang-senang sepuasnya. Urusan hidup kudus adalah urusan orang dewasa atau tua yang secara umum punya waktu yang lebih singkat dibandingkan anak-anak muda. Tapi sesungguhnya tidak ada yang tahu kapan waktu kita tiba. Bisa 50 tahun lagi, bisa setahun lagi, bisa pula sedetik lagi. Itu adalah rahasia Tuhan yang tidak akan pernah bisa kita ketahui dengan pasti. Saya terharu melihat anak-anak muda di gereja tempat saya bertumbuh. Mereka sungguh berapi-api bahkan aktif dalam berbagai kegiatan, memakai segala kreativitas mereka untuk memuji Tuhan bahkan sejak usia belia. Sementara saya di usia mereka masih berkubang dosa, sungguh indah melihat mereka yang giat dan bersemangat berkumpul memuji Tuhan sementara mereka tinggal di kota besar yang berisi penuh godaan dan ancaman dari berbagai arah.
Sebagai manusia kita sering diliputi kebimbangan dalam hidup. Kita terbiasa mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk melakukan sesuatu, dan mengandalkan logika kita yang padahal terbatas ini untuk menilai segala sesuatu. Tidak heran ketika kita mendapatkan pesan dari Tuhan untuk melakukan sesuatu, yang mungkin secara logika kita terlihat diluar kemampuan kita, kitapun serta merta merasa ragu untuk melakukannya. Kita ragu karena yang kita pakai sebagai pertimbangan utama adalah logika dan kemampuan kita sendiri yang terbatas. Kita lupa bahwa Tuhan mampu melakukan segalanya, dan jika Tuhan berkehendak, Dia sendiri pula yang akan mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk mempersiapkan kita yang ditugaskan. Lalu kemudian kita pun akan terlalu sibuk tenggelam dalam keraguan kita dan lupa bertanya kepada Tuhan. Padahal kita tahu pasti bahwa rencana atau rancangan Tuhan itu selalu yang terbaik. Bagaimana kita bisa tahu apa yang terbaik kalau kita tidak bertanya kepadaNya?
Masih ingat kehebohan yang terjadi ketika kedok duo terkenal Milli Vanilli terbongkar? Saat itu menjelang akhir 80'an dan memasuki awal tahun 1990 grup ini begitu merajai trend musik dunia. Siapa yang tidak kenal mereka pada waktu itu. Dimana-mana kita mendengar lagu mereka yang menjadi hits dimana-mana. Hal itu pula yang mengantar mereka memperoleh Grammy Award di tahun 1990. Beberapa tahun setelahnya kedok mereka pun terbongkar. Ternyata mereka bukanlah penyanyi yang sebenarnya. Ada orang lain yang menyanyi, sementara mereka yang dari penampilan luar terlihat menarik tampil di depan mengecoh seluruh fans dan penggemar musik secara luas. Istilah lipsync pun menjadi populer, menggambarkan sebuah usaha mensinkronisasikan gerak bibir mengikuti lagu yang diputar dibelakangnya. Artinya, penyanyi yang melakukan lipsync ini tidaklah benar-benar menyanyi secara langsung melainkan hanya komat-kamit saja mengikuti lagu yang diputar. Gara-gara kasus Milli Vanilli ini dunia musik pun gempar. Mereka pun mendapat hukuman publik, ketenaran hilang seketika. Penyanyi aslinya mencoba tampil, namun penggemarnya sudah tidak lagi peduli . Begitu pula ketika duo Morvan dan Pilatus mencoba tampil dan menyanyi sendiri, usaha itu pun gagal total.