=====================
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman."
Karena mengalami sakit pada pinggang saya kemarin memutuskan untuk dipijat. Ini adalah sesuatu yang sangat jarang saya lakukan, karena sejak kecil saya tidak terbiasa untuk dipijat secara teratur seperti kebanyakan orang. Tidaklah heran ketika si tukang pijat tertawa dan mengatakan bahwa ada banyak otot dan urat yang sudah mengeras, yang rasanya sakit ketika ditekan apalagi dipijat olehnya. "Mobil saja butuh tune up pak, coba mobil dipakai terus tanpa di service, bakalan gimana.." katanya sambil tertawa. Dan hari ini seluruh badan saya rasanya remuk redam karenanya. Tukang pijat pun menganjurkan agar saya melakukannya secara berkala agar urat-urat di tubuh saya bisa lebih terjaga dan tidak harus terlalu sakit lagi ketika dipijat. Ya, tubuh kita memang butuh pemeliharaan seperti halnya mobil yang dicontohkannya. Kita terus sibuk setiap hari sehingga jika kondisi tidak dijaga, kita bisa mengalami "turun mesin" dan harus masuk "bengkel" seperti halnya mobil. Tidak hanya tubuh, tapi kondisi spiritual pun sama. Setiap hari kita terus berperang baik melawan berbagai keinginan daging dari diri sendiri maupun berbagai godaan iblis yang terus berusaha untuk menjatuhkan kita. Kondisi ini kita hadapi setiap hari, dan jika tidak dijaga, keadaan rohani kita pun bisa kehabisan energi, drained out. Betapa berbahayanya jika kita membiarkan jiwa kita mengalami kekeringan. Tidak lagi punya daya tahan kuat untuk menghadapi berbagai tantangan yang bisa melemahkan bahkan menghancurkan kondisi spiritual kita. Just like our body, our spirit needs to be restored and refreshed as well.
Tidak berlebihan jika Daud sudah mengatakan bahwa orang yang mencintai Taurat Tuhan dan mau merenungkannya siang dan malam akan "seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Tidak akan layu, terus berbuah dan berhasil dalam segala yang dilakukan. Kondisi tubuh kita bisa kita jaga dengan menjaga pola makan, berolahraga atau mungkin pijat teratur, tetapi untuk menjaga kebugaran rohani kita butuh asupan firman Tuhan setiap hari. Firman Tuhan akan selalu menguatkan, meneguhkan, memberi kelegaan... dan menyegarkan. Menyegarkan? Ya, menyegarkan. Dan jiwa kita, seperti halnya tubuh kita butuh penyegaran setiap saat. Seperti yang tertulis dalam Mazmur: "Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman." (Mazmur 19:8). Firman Tuhan mampu menjawab kebutuhan akan kesegaran jiwa. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "The law of the Lord is perfect, restoring the whole person."
Hidup di dunia yang sulit ini akan membuat stamina rohani kita terus terkuras. Karenanya kita sangat membutuhkan a splash of fresh water, percikan air yang akan mengembalikan kesegaran jiwa kita. Dalam Yesaya kita bisa melihat janji Tuhan yang begitu indah buat kita: "Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu. Mereka akan tumbuh seperti rumput di tengah-tengah air, seperti pohon-pohon gandarusa di tepi sungai." (Yesaya 44:3-4). Pengenalan yang kontinu, terus menerus akan Tuhan pun akan memberikan kita kesegaran seperti ini. Dalam Hosea kita bisa membaca: "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3) Betapa menyegarkannya hujan yang turun di saat kemarau, dan itulah janji Tuhan untuk kita yang mau bersungguh-sungguh mau mengenalNya.
Adalah sangat penting bagi kita untuk terus membekali jiwa kita dengan firman Tuhan. Daud tahu bagaimana bahagianya jika ia tetap berada dekat dengan firman Tuhan yang penuh dengan kuasa. Bacalah Mazmur 119 dimana Daud mendeskripsikan dengan panjang lebar dan lengkap mengenai bahagianya orang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berkali-kali pula Daud memberikan testimoni dari pengalamannya hidup dekat dengan firman Tuhan. Salah satunya berbunyi seperti ini: "Aku mendapatkan kebahagiaan dalam mentaati perintah-perintah-Mu." (Mazmur 119:55). Dalam bahasa Inggrisnya lebih detail: "This I have had [as the gift of Your grace and as my reward]: that I have kept Your precepts [hearing, receiving, loving, and obeying them]." Jangan biarkan jiwa kita mengalami kekeringan. Tetaplah dekat dengan firman Tuhan agar jiwa kita tetap segar dengan daya tahan yang kuat sehingga kita bisa menghadapi segala tantangan dan kesulitan setiap hari dengan teguh.
Seperti halnya tubuh, jiwa kita pun butuh disegarkan
Pantaskah kita menyombongkan diri dengan apa yang kita miliki hari ini? Ada begitu banyak orang yang berubah menjadi sombong ketika mereka diberkati. Kemarin di jalan saya melihat seorang pemuda yang turun dari mobil dan memukul supir angkot sembari berteriak-teriak bahwa ia adalah anak seorang aparat. Di mobilnya memang tergantung lambang kepolisian. Ternyata kemarahannya muncul karena tersinggung ketika merasa disalip di jalan. Memang supir angkot terkadang sembrono dalam mengemudi, tetapi apakah itu pantas dijadikan alasan bagi kita untuk menyakiti mereka baik secara fisik maupun mental? Perlukah kita meneriakkan siapa diri kita, mengancam orang lain untuk menunjukkan siapa yang lebih berkuasa? Bukankah Tuhan berkuasa lebih dari siapapun kita hari ini? Kalaupun kita termasuk beruntung memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain pada umumnya, perlukah kita menyombongkan diri karenanya?
Betapa seringnya kita melihat orang-orang yang tidak disangka-sangka kemudian dipakai Tuhan secara luar biasa. Bisa jadi mereka dulunya orang-orang jahat, pendosa dengan catatan masa lalu yang sangat kelam, bahkan yang tadinya begitu erat dengan kuasa kegelapan dan okultisme, yang secara logika tidak akan mungkin bisa berbalik 180 derajat dalam waktu relatif singkat. Tetapi ternyata kita terkejut melihat transformasi yang terjadi atas mereka. Bisa jadi pula mereka tadinya kita kenal sebagai orang yang penuh kelemahan. Tidak berani tampil di muka umum, tidak pandai berbicara, bukan orang yang peduli, punya inisiatif, dan sebagainya, tetapi kemudian mereka tampil melayani Tuhan dengan hebat. Manusia memang sering mengukur dari kemampuan individu. Dalam dunia pekerjaan pun orang-orang yang dipilih kerja biasanya adalah orang-orang yang dianggap punya kemampuan menonjol, punya pengalaman segudang atau punya gelar bertumpuk. Tetapi anehnya Tuhan justru memilih orang-orang yang biasa, orang-orang yang mungkin tidak menonjol bahkan mungkin tidak berguna dalam pandangan manusia untuk dipakai secara luar biasa. Kita menemukan begitu banyak orang-orang seperti ini dalam alkitab, dan inipun masih berlaku hingga hari ini.
Setiap kali saya melakukan perenungan terhadap perjalanan hidup yang sudah saya lalui, saya selalu menemukan betapa luar biasanya Tuhan dalam melakukan perencanaan dan persiapan terhadap hidup saya. Saya tidak tahu mengapa sejak balita saya senang mendengarkan lagu lebih dari apapun, terutama lagu-lagu jazz. Saya tidak tahu mengapa saya tidak hanya senang mendengarkan, tetapi juga senang menghafal liriknya meski dalam bahasa Inggris sekalipun, malah ketika mulai dewasa saya suka mendalami sejarah penyanyi atau pengarangnya termasuk latar belakang sebuah lagu ketika diciptakan. Saya senang mengamati dan mempelajari setiap album yang saya dengar. Saya tidak tahu mengapa saya kemudian tertarik untuk mempelajari teori musik lebih daripada memainkan instrumen. Saya tidak tahu mengapa kemudian saya keluar dari kuliah di teknik lalu mengambil jurusan desain, terutama desain web yang menjadi "passion" lainnya selain musik. Saya tidak tahu mengapa saya kemudian menjadi seorang dosen, dari seorang yang malu berdiri di hadapan orang banyak hingga lama-lama terbiasa dan tidak lagi punya masalah dengan tampil di muka umum. Saya juga tidak tahu mengapa setelah itu saya tertarik untuk menulis review-review gratisan di web, dan itu ternyata melatih saya dalam hal tulis menulis. Ternyata semuanya bermuara jadi satu di kemudian hari. Saya menjadi pengelola situs web musik khusus jazz yang gaungnya sampai hingga ke luar negeri. Untuk tulis menulis juga ternyata menjadi salah satu panggilan pelayanan saya dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah.
"Dunia ini kejam, jadi kalau mau sukses kita harus lebih kejam dari dunia." Kata-kata itu keluar dari seorang tetangga saya yang sempat membuat saya kaget. Ia tidak sendirian, karena semakin hari semakin banyak orang yang berpikir seperti itu. Ketika tekanan dalam kehidupan semakin keras, kebanyakan orang akan menuju kepada dua arah: menyerah atau mulai kehilangan akal sehatnya untuk hidup dengan benar. "Dengan cara apapun kita harus bisa mendapatkan uang. Soal jujur atau tidak itu nanti sajalah.." sambung tetangga saya itu lagi. Betapa berbahayanya jika orientasi kita sudah mengerucut hanya kepada kebutuhan materi semata. Mereka melupakan kenyataan bahwa hidup di dunia ini sangatlah singkat jika dibandingkan sebuah kehidupan atau destinasi yang akan kita tuju setelah periode di dunia ini. Berapa umur manusia? Bisa mencapai 80 tahun saja sudah merupakan sesuatu yang istimewa. Tapi apalah artinya 80 tahun dibanding sebuah kekekalan? 
Pada suatu kali saya berkunjung ke sebuah persekutuan teman saya dan saya diberkati denganapa yang saya dapati disana. Anggota persekutuannya sungguh beragam. Mulai dari pimpinan perusahaan besar, yang sudah mapan, dewasa, hingga yang masih kuliah. Bukan hanya dari pekerjaan atau status, tetapi juga terdiri dari suku atau etnis yang berbeda. Latar belakang mungkin berbeda, tingkat kedewasaan dan sebagainya juga berbeda. Tantangan hidup yang dihadapi berbeda, namun disana semuanya menjadi satu, sebagai saudara seiman, menjadi satu keluarga, bersama-sama memuji dan menyembah Tuhan, berbagi firman, kesaksian, pengalaman. Begitu akrab, begitu erat, sesuatu yang sangat jarang kita dapati dalam pola kehidupan masyarakat secara umum yang cenderung berkelompok dengan orang-orang yang memiliki persamaan baik dari segi usia, pekerjaan, status sosial dan sebagainya. Di sana mereka mengedepankan sebuah persamaan yang jauh lebih penting, dan dipandang indah di mata Tuhan, yaitu sama-sama saling bersaudara di dalam Kristus.
Mengapa kita menerima Yesus sebagai Juru Selamat? Jika yang dicari hanyalah berkat duniawi, seperti keberhasilan, toko laris, jodoh dan sebagainya, maka kita akan cepat dingin, bahkan meninggalkan Tuhan ketika pada suatu ketika kita mengalami masalah. Tuhan menjanjikan segala berkat berkelimpahan, itu benar. Tapi itu bukanlah tujuan utama yang harus kita kejar. Kita tidak akan pernah bisa hidup selamanya dan sepenuhnya tanpa masalah. Menjadi pengikut Yesus bukanlah berarti bahwa kita akan seratus persen aman, bebas masalah, hidup nikmat tanpa kendala. Dan lihatlah betapa seringnya iman kita diuji. Adalah mudah untuk mengatakan "Tuhan sungguh baik" ketika hidup sedang aman-aman saja, tetapi mampukah kita berkata hal yang sama ketika tengah mengalami penderitaan atau permasalahan? Mampukah kita tetap setia dan taat meski badai sedang berkecamuk dalam hidup kita? Jemaat Smirna sanggup. Dan untuk itu mereka mendapat pujian dari Tuhan.
Rupa-rupa penyesatan terus terjadi di dunia ini. Parahnya, bentuk penyesatan ini seringkali bukan berupa sesuatu yang jelas terlihat salah secara kasat mata, tetapi bisa hadir lewat sesuatu yang dikemas secara rapi, seolah-olah baik namun ternyata dibaliknya tersimpan begitu banyak jebakan. Jika tidak hati-hati kita bisa masuk dan terjebak didalamnya. Inilah pekerjaan iblis yang kita kenal sebagai bapa segala dusta. (Yohanes 8:44). Banyak tipuan iblis yang seolah-olah menjanjikan pertolongan instan, dan betapa banyak orang percaya yang terjerat dengan tipuan ini. Bukan saja paranormal, dukun dan sebagainya, tetapi ada banyak pula pengajaran-pengajaran kemakmuran dan sejenisnya yang ternyata berorientasi menyimpang dari firman Tuhan.
Maukah anda meluangkan waktu sekitar setengah jam setiap hari untuk berolah raga? Kebanyakan orang mau meluangkan bahkan lebih dari itu. Menjaga penampilan, membentuk tubuh agar terlihat indah menjadi impian banyak orang, dan mereka pun rela menghabiskan waktu berjam-jam dan menghabiskan banyak biaya untuk memperindah penampilan mereka. Paginya jogging, sore fitness, malam futsal. Itu jadwal seorang teman saya disela-sela pekerjaannya yang dilakukan beberapa kali dalam seminggu. Itu belum termasuk waktu yang dihabiskan para wanita untuk mematut diri dengan make up dan sebagainya. Semua itu baik, karena penampilan yang baik dan kebugaran tubuh memang sangat diperlukan siapapun. Tetapi semua itu tidak akan pernah bertahan selamanya. Sehebat apapun kita membentuk otot,pada suatu saat nanti semuanya akan habis. Kita bisa memperlambat penuaan tapi kita tidak akan pernah bisa menghentikannya. Jika untuk itu kita mau meluangkan begitu banyak waktu setiap hari, mengapa seringkali sulit bagi kita meluangkan waktu untuk sesuatu yang akan berguna bukan saja dalam hidup sekarang, tetapi juga untuk kehidupan yang akan datang?
Belajar dari pengalaman selalu menjadi sesuatu yang sangat penting bagi saya. Dahulu saya pernah sukses besar mengelola sebuah usaha, tapi kemudian semua tidak berbekas sama sekali pada akhirnya. Apa yang terjadi? Ada satu kesalahan terbesar yang saya buat pada waktu itu. Saya terlena menikmati kesuksesan, menikmati uang yang masuk hingga lupa melakukan investasi dan perencanaan matang buat ke depan. Saya lupa bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal, termasuk pula kesuksesan. Dan ketika usaha saya menurun, saya pun tidak memiliki sesuatu yang bisa dipakai untuk mempertahankan dan menyelamatkannya. Bagai kapal karam, usaha itu pun tenggelam hingga akhirnya lenyap tak berbekas.
Iming-iming kekayaan memang seringkali bisa membutakan mata kita. Kemarin saya diundang seorang teman yang juga orang percaya untuk menawarkan sesuatu yang katanya kerjasama bisnis. Saya pun datang kesana, dan ternyata ia menawarkan sebuah bentuk networking. Presentasinya sejak awal mengarahkan kita kepada pemikiran bahwa kita bisa mendapatkan segalanya. Uang berlimpah, mobil dan rumah mewah, kapal pesiar, bahkan hingga pesawat terbang pribadi. "Mana yang kamu lebih suka, bekerja tapi dapatnya sedikit atau tanpa bekerja malah dapat kekayaan seperti ini?" katanya. Saya pun menolak dan menjawab bahwa bagi saya uang bukanlah segalanya. Apa yang penting bagi saya, penyertaan Tuhan dalam hidup jauh melebihi segalanya. Kemewahan dan harta berlimpah bukan menjadi impian saya, karena hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Saya lebih tertarik untuk kehidupan berikutnya yang kekal, dan saya tidak akan mau menukarkan kesempatan itu dengan kekayaan sehebat apapun di dunia ini. Ia pun terdiam dan tidak lagi melanjutkan tawarannya.
Dalam bekerja kita sering berhadapan dengan deadline, yaitu masa dimana apa yang kita kerjakan harus sudah rampung. Ini adalah realita yang akan dihadapi ketika seseorang masuk ke dalam dunia pekerjaan profesional, dan hal ini selalu saya tekankan kepada para siswa-siswi saya. Dan saya pun melatih mereka agar serius memandang deadline lewat syarat pengumpulan tugas yang tepat waktu, tidak molor sedikitpun. Tidak semua siswa patuh terhadap hal ini, karena seperti kebiasaan banyak manusia, mereka selalu bersantai-santai dahulu, kemudian kalang kabut mengerjakan ketika waktu sudah mepet. Akibatnya seringkali tugas itu belum rampung pada saatnya. Ketika seharusnya tugas itu sudah dikumpulkan, mereka kedapatan masih sibuk mengerjakan.
"Perusahaan X, Selamat siang, dengan A disini, ada yang bisa dibantu?" Ini sebuah jawaban standar yang akan selalu kita dengar ketika kita menghubungi costumer service lewat telepon. Ketika mereka mengatakan hal ini, artinya mereka siap melayani keluhan dari kita dan mencoba mencari solusi pemecahannya, minimal mencatat dan meminta kita menunggu dalam selang waktu tertentu untuk dibereskan. Jaman semakin maju, ada banyak perusahaan yang menyediakan costumer service di internet, yang bisa kita hubungi dalam jam kerja semudah kita melakukan chatting. Saya kerap berpikir, betapa kemajuan jaman ini memang memberikan banyak kemudahan, sebab ketika saya kecil dahulu, pelayanan seperti ini belumlah ada. Melihat perkembangan layanan purna jual yang terus dibenahi semakin baik dari jaman ke jaman membuat saya menyadari betapa manusia tidak pernah mampu hidup sendirian. Kita selalu butuh untuk terhubung dengan orang lain dalam hidup ini, minimal untuk mengurangi kesulitan yang akan timbul ketika melakukannya sendirian.
Kerja ya kerja, spiritual ya spiritual. Ada banyak orang yang membagi kedua hal ini menjadi bagian yang benar-benar terpisah dan berbeda. Bekerja itu murni dan mutlak untuk menyambung hidup, mencari nafkah, memenuhi kebutuhan keluarga dan diri sendiri. Artinya, tidak ada makna spiritual apapun yang bisa dikaitkan dengan pekerjaan atau profesi kita sehari-hari. Bicara soal spiritual beda lagi, yang dipikirkan adalah doa, pujian dan penyembahan, saat teduh dan kegiatan rohani lainnya. Menjadi pendeta, misionaris, diaken atau worship leader dan tim musik, itulah urusan rohani, sedangkan dalam bekerja tidak ada kaitan sama sekali dengan spiritual. Ini adalah sebuah misconcept, sebuah pemikiran yang keliru.