=================
"Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku."
Bagi orang yang sibuk, kata perhentian akan sangat indah terdengar. Bayangkan setelah bekerja keras dalam jangka waktu tertentu, dimana kita tidak mendapat waktu yang cukup untuk beristirahat, kita kemudian ditawarkan waktu dimana kita bisa dengan tenang menikmati istirahat dengan nyaman, tanpa gangguan, tanpa harus memikirkan pekerjaan, tanpa harus lelah. Bayangkan jika anda ditawarkan untuk berlibur ke sebuah resor yang indah di tepi pantai, pohon nyiur melambai dan anda bisa berenang atau berlayar di laut yang jernih dan tenang, melihat ikan-ikan berenang bebas tepat di bawah anda. Semua orang ingin itu bukan? Bagi saya yang sudah seminggu ini kecapaian akibat menumpuknya pekerjaan, mendengar kata perhentian ini terasa begitu nikmat. Kita harus bekerja untuk hidup. Dan pekerjaan itu seringkali tidak mudah. Ada banyak persoalan, ada banyak tugas yang harus diselesaikan, ada banyak tanggungjawab dan sebagainya, yang biasanya punya batas waktu tertentu. Tidak jarang kita stres memikirkan pekerjaan, sehingga tidak saja tubuh yang lelah, tapi pikiran pun sama lelahnya. Berat? Memang, tapi itu harus kita lakukan agar mampu menghidupi diri sendiri dan keluarga. Kalau mau sukses kita memang harus rela bersusah-payah. Itu sudah menjadi kewajiban yang harus dilewati semua orang. Mungkin ada yang hidup tenang, tidak harus bekerja karena mendapat subsidi lebih dari cukup dari orang tua,tapi bukankah mereka pun harus bekerja keras untuk membuat anak-anaknya nyaman? Bagi pekerja keras, kata perhentian, istirahat, alias waktu yang diberikan kepada kita untuk bebas dari tekanan dan beban hidup tentu sangat berarti. Jika kita bekerja keras untuk mencari nafkah, dan setelahnya kita akan sangat menikmati liburan yang penuh kenyamanan, dalam menjalani hidup pun demikian. Hidup ini sungguh tidak mudah. Selalu ada masalah yang muncul silih berganti, ada kesedihan, duka lara dan penderitaan yang terkadang hadir dalam hidup kita. Hidup memang melelahkan. Di saat yang sama kita seringkali harus menghadapi beberapa persoalan sekaligus dalam berbagai aspek kehidupan kita. Tapi seperti halnya liburan yang menyenangkan, kepada kita pun disediakan Tuhan sebuah tempat sebagai perhentian kita. Sebuah tempat dimana kita tidak lagi harus setengah mati bekerja, tidak lagi harus mengalami penderitaan hidup. Tempat dimana tidak ada lagi ratap tangis dan sakit. Ini sebuah tempat yang luar biasa nyaman, lebih dari tempat liburan terindah manapun yang pernah anda datangi di dunia ini. Alkitab menggambarkannya demikian: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahyu 21:3-4). A place where all the problems and sadness have dissapeared. Wow, what a place! Dan itu bukan hanya impian, tapi tempat seperti itulah yang disediakan Tuhan kepada kita. Semua orang bisa masuk kesana. Tuhan memang menyediakan tempat perhentian, sebuah hari dimana semua penderitaan dan kesulitan hidup akhirnya lenyap. Tapi perhatikan, tidak semuanya akan berhasil mencapai tempat perhentian itu dan masuk di dalamnya.
Kitab Ibrani menjelaskan panjang lebar mengenai tempat perhentian ini dan bagaimana agar kita tidak ketinggalan untuk mendapat bagian di dalamnya. Disana dikatakan "Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku." (Ibrani 4:1). Perhentian itu masih berlaku dan tetap akan berlaku bagi orang percaya. Apa yang harus kita lakukan adalah terus waspada, terus menjalani hidup dengan ketaatan yang sungguh-sungguh agar kita tidak sampai ketinggalan kereta untuk mencapai tempat yang penuh sukacita dan damai sejahtera itu. Kitab Ibrani mengingatkan kita agar jangan sampai melakukan kesalahan fatal seperti halnya bangsa Israel yang gagal mencapai tempat perhentian mereka, sebuah tanah terjanji yang berlimpah susu dan madunya. Bacalah Ibrani 3:7-19 untuk mendapatkan gambaran jelas. 40 tahun lamanya mereka ditempa dalam perjalanan memasuki sebuah tempat perhentian yang indah, namun mereka tidak mampu memanfaatkan kesempatan yang ada. Mereka terus saja menyakiti hati Tuhan, melakukan berbagai kesalahan dan pada akhirnya mereka pun luput dari tempat itu. "..nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (ay 9-11). Belajarlah dari kegagalan bangsa Israel pada jaman itu agar kita tidak ikut-ikutan terperosok dan kehilangan kesempatan untuk masuk ke tempat perhentian yang sudah disediakan Tuhan itu. Janji itu tetap sama berlaku, "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (ay 14).
Apa yang dapat membuat kita gagal mendapatkannya? "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." (ay 12). Murtad dari Tuhan, memiliki hati yang jahat dan tidak percaya. Itu hal yang akan merintangi kita dan mengarahkan kita ke sudut yang salah, dimana masalah tidak saja terus berlangsung, malah intensitasnya semakin mengerikan. Dalam ayat 14 yang sudah saya kutip di atas kita melihat pula bahwa kita harus terus berpegang teguh kepada iman kita. Memulainya sudah baik, jangan sampai kita terjatuh di tengah jalan. Adalah penting bagi kita untuk terus berpegang kepada iman. Iman yang kuat, iman yang teguh, iman yang percaya penuh, iman yang penuh pengharapan, iman yang mampu melemparkan gunung ke laut. Secara jelas Penulis Ibrani mengatakan kategori orang yang akan tidak akan diikutsertakan untuk masuk ke dalam tempat perhentianNya. "Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka." (ay 18-19).
Bagi semua orang tempat ini disediakan. Kepada semua orang pula telah diberitakan kabar gembira seperti halnya kepada kita. Tapi bagi sebagian orang berita itu dibiarkan berlalu sia-sia, sehingga bagi mereka kesempatan untuk beroleh tempat itu akan berlalu di depan mata. "Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya." (Ibrani 14:2). Dikalangan orang percaya sekalipun, jika hidup tidak dengan iman yang taat dan percaya, mereka tidak akan bisa mencapainya. (ay 6). Bagaimana cara kita hidup saat ini akan sangat menentukan kemana kita akan masuk seterusnya. Apakah ke tempat perhentian yang penuh damai sukacita tanpa ratap tangis penderitaan, sakit penyakit dan sebagainya, atau ke tempat dimana penderitaan akan milyaran kali lipat lebih parah. Oleh karena itu Penulis Ibrani mengingatkan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (ay 7)
Tempat perhentian telah disediakan bagi kita. Tapi hanya orang-orang yang memiliki iman teguh hingga akhirlah yang bisa mendapatkannya. Jika hidup ini diibaratkan sebagai perlombaan, mari kita semua berlomba dengan baik untuk mencapai garis akhir sebagai pemenang (Ibrani 12:1). Anda rindu tempat peristirahatan seperti resor yang penuh nyiur melambai, angin sepoi-sepoi, langit biru berawan dan lautan yang jernih seperti kaca? Apa yang disediakan Tuhan jauh lebih indah dari itu, bahkan kekal sifatnya. Hiduplah dengan iman dan ketaatan penuh hingga akhir, agar tempat perhentian itu bisa menjadi milik anda.
Tuhan menyediakan tempat perhentian yang penuh sukacita kepada orang percaya yang beriman hingga akhir
Selama beberapa tahun mengajar, saya menemukan fakta bahwa ada banyak orang yang belum mengetahui seberapa besar potensi mereka sebenarnya. Ada banyak diantara siswa-siswi saya yang tidak mengetahui dimana letak kekuatan mereka, apa yang mereka miliki yang sebenarnya akan sangat berguna jika diasah. Maka salah satu kebiasaan saya adalah mencoba mengenali mereka lebih dalam dan menggali potensi mereka. Disamping itu mereka pun biasanya membutuhkan dorongan moril. Saya selalu memotivasi mereka dalam setiap pertemuan, karena itu merupakan salah satu masalah terbesar untuk sukses. Jika ditanya mereka ingin jadi apa, biasanya mereka kesulitan untuk menjawab. Padahal peluang sebenarnya ada banyak, bahkan di depan mata sekalipun. Tapi seringkali kita membuang-buang kesempatan itu tanpa sadar. Sebuah penelitian menyatakan bahwa rata-rata peluang yang hadir setiap harinya berjumlah 4000. Tapi bisa jadi kita tidak melihatnya, atau kita sering terlalu fokus kepada hambatan ketimbang peluang itu sendiri. Kita merasa tidak sanggup, pekerjaan itu terlalu besar, tidak berani untuk memulai, terlalu tinggi untuk dicapai dan sebagainya. Kita terlalu sering menilai diri kita terlalu kecil. Padahal kesuksesan bisa jadi ada di depan mata. Tapi kita melewatkannya lagi dan lagi, sehingga kesempatan selalu berlalu sia-sia di depan mata. Hidup akhirnya hanya berisi keluhan. Kita hanya melihat bahwa antara jumlah pelamar kerja dan lowongan pekerjaan tidaklah sebanding, dan kita menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak juga mulai melakukan sesuatu. Padahal jika penelitian di atas berkata ada 4000 peluang secara rata-rata per hari, masa satupun tidak ada yang bisa kita lakukan?
Sungguh unik menyaksikan laron yang mengerubungi lampu teras rumah saya dan tetangga malam ini. Saya mengamati betapa mereka bergerombol di lampu-lampu yang menyala, saling berebutan untuk lebih dekat. Mereka tidak peduli walaupun jika mereka bertabrakan, sayapnya bisa patah dan laron itu pun akan jatuh. Meski demikian mereka tidak peduli dan terus berebutan mendekati cahaya. Jika jendela anda terbuka dan di dalam rumah lampu menyala? Siap-siaplah untuk sedikit repot membersihkan laron yang memenuhi rumah anda, terbang kesana kemari di sekitaran lampu. Cara paling mudah untuk mengusirnya adalah dengan mematikan lampu. Begitu ruangan menjadi gelap, laron-laron itu akan segera pergi menuju sumber cahaya yang terdekat. Jika anda melewati jalan tol tengah malam hingga subuh, anda juga sering mendapati begitu banyak laron mengerubungi lampu mobil anda. Tidak hanya laron, tapi ada beberapa jenis serangga lainnya yang selalu tertarik kepada cahaya. Saya tidak tahu mengapa laron tertarik kepada cahaya. Tapi yang saya tahu, ketertarikan mereka sungguh amat besar.
Ada seekor induk ayam yang tengah mengasuh 10 anaknya lalu lalang di depan rumah saya beberapa hari ini. Saya memperhatikan betapa telatennya si ibu melindungi anak-anaknya. Anak-anak ayam itu semuanya bergerombol di dekat ibunya. Setiap ada yang lewat, si ibu akan memasang badannya di depan si anak, dan baru akan menyingkir jika anak-anaknya sudah terlebih dahulu menjauh. Hari ini ketika saya berada di luar rumah, saya mendengar ada suara truk memasuki jalan. Dan dari pandangan saya, di sudut jalan anak-anak ayam ini berada tanpa ibunya! Bagaimana jika truk melindas mereka? Saya pun segera bergerak ingin menghalau anak-anak ayam itu. Tapi ketika saya mendekat, ternyata ibunya ada di belokan bersama mereka. Dari sudut pandangan yang berasal dari rumah, saya tidak bisa melihat keberadaan induk ayam, tapi ternyata ia tetap ada di sana melindungi anak-anaknya.
Semua orang berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Kata layak disini seringkaliberbicara secara luas, bukan saja sekedar mampu memenuhi kebutuhan hidup tapi bisa lebih dari itu. Mungkin bisa memiliki uang untuk berlibur, untuk membeli mobil, rumah, ditabung dan sebagainya. Jika bisa memilih, rasanya tidak ada orang yang bermimpi untuk membanting tulang dan hanya mendapatkan upah pas-pasan. Semua ingin sukses, semua ingin mendapatkan penghasilan yang tinggi. Tapi bagaimana jika pekerjaan hari ini hanya mendapatkan imbalan ala kadarnya, atau malah tidak sebanding dengan jerih payah yang dikeluarkan? Kenyataannya ada banyak orang yang memilih untuk meninggalkan pekerjaannya dan lebih baik menganggur sambil menunggu datangnya pekerjaan lain. Sebagian lagi akan bersungut-sungut, atau malah mengasihani diri berlebihan, mengalami depresi dan kehilangan harga diri. Saya bertemu dengan banyak pria yang hanya duduk-duduk di rumah sementara istrinya bekerja, hanya karena mereka tidak mau bekerja dan diperintah oleh orang lain. Ini fakta yang telah saya jumpai pada beberapa pria. Ingin menjadi pemimpin, tapi tidak ada modal, daripada diperintah orang, lebih baik diam di rumah. Itu yang diucapkan salah seorang bapak yang hingga hari ini tidak mau bekerja sama sekali. Dalam contoh lain, ada pula seorang bapak yang karena tinggi hatinya akhirnya membuat istrinya harus pergi ke negara lain untuk bekerja demi menafkahi keluarga, sementara ia hanya menunggu uang kiriman, makan dan tidur. Memang kita semua mendambakan pekerjaan yang memberi jaminan kehidupan yang baik, tidak hanya pas-pasan, tapi itu bukan berarti bahwa kita harus memandang rendah sebuah pekerjaan. Saya sendiri memulai pekerjaan saya dari gaji yang mungkin terlihat tidak masuk akal, hanya 200 ribu sebulan,itupun tidak tetap karena terkadang justru dibawah itu. Tapi hari ini saya bersyukur pernah mengalami hal itu, karena ternyata Tuhan memberkati pekerjaan saya secara luar biasa sehingga hari ini kami bisa hidup tanpa kekurangan, bahkan sebuah rumah yang indah sudah hadir sebagai satu dari berkat-berkat Tuhan. Siapa bilang dari pekerjaan kecil itu kita tidak akan bisa sukses? Seringkali sesuatu yang besar justru dimulai dari hal yang kecil atau mungkin rendah di mata manusia.
Bagi teman-teman yang sudah membangun hubungan dengan pasangan hidup atau kekasihnya dalam rentang waktu yang cukup lama, masih ingatkah anda bagaimana indahnya hubungan itu berkembang? Saya masih ingat betul bagaimana ketika saya pertama kali bertemu dengan istri saya. Dari hanya mengenal sedikit, perlahan-lahan saya semakin jauh dan semakin dalam mengenalnya. Kepribadiannya, kebiasaannya, siapa dirinya, itu tidak mungkin saya ketahui langsung ketika pertama kali bertemu. Layaknya sebuah hubungan, untuk bisa mengenal seseorang secara lebih dekat selalu membutuhkan waktu dan usaha.
Baru pindah rumah di hari pertama, ternyata pompa airnya macet. Semalaman kami tidak bisa memakai air, bahkan saya harus menumpang mandi ke rumah teman sebelum melayani di gereja keesokan harinya. Ini masalah yang sepele, tapi keesokan harinya seorang teman yang baru saya kenal menelepon saya dan menanyakan apakah air di rumah sudah jalan lagi atau belum, berikut menawarkan tukang yang ia kenal untuk mereparasi pompa airnya. Saya sungguh terharu atas perhatiannya. Masalah yang kecil saja, ketika kita mendapat perhatian dari seseorang rasanya bisa membuat kita terharu. Apa yang ia lakukan sederhana saja, ia hanya menelepon, dan menanyakan sekiranya saya butuh bantuan maka ia akan mengirimkan seorang teknisi ke rumah. Tapi hal sederhana yang ia lakukan itu menyentuh hati saya. Tidakkah kita merasa sangat senang ketika memiliki teman yang peduli?
Memilih cat untuk warna berbagai ruangan rumah sepertinya mudah. Namun ketika kita berhadapan dengan begitu banyak warna yang menarik, ternyata yang dikira sederhana menjadi lebih rumit dari perkiraan. Tidak saja memilih masing-masing warna untuk masing-masing ruangan, tapi memilih yang sepadan antara ruangan yang satu dengan berikutnya pun membutuhkan keseriusan tersendiri.Ini saya alami ketika saya merenovasi rumah baru sebelum ditempati beberapa bulan yang lalu. Mungkin tidak semua orang mau repot berpikir tentang cat, tapi bagi saya yang hidup di dunia desain, masalah keserasian warna merupakan aspek yang penting untuk membuat rumah terasa lebih nyaman. Jika salah pilih, rumah bisa kurang indah dipandang, dan ini bisa berakibat untuk waktu yang cukup lama, karena jarang sekali orang menukar-nukar catnya setiap saat.
Sulap dengan menggunakan koin merupakan salah satu sulap sederhana yang cukup populer. Sulap yang mengandalkan kecepatan tangan ini biasanya akan mampu mengecoh mata sehingga sulit bagi kita untuk memilih di tangan sebelah mana uang koin itu berada, di kiri atau di kanan. Salah atau benar, kita memang harus memilih untuk tahu apakah yang kita putuskan sebagai pilihan itu tepat atau tidak. Bicara soal pilih memilih di tangan kiri dan kanan, saya jadi ingat sebuah lagu yang sangat populer di tahun 80an, Madu dan Racun. Refrainnya berbunyi: "Madu di tangan kananmu, racun di tangan kirimu". Hidup ini berisi penuh dengan pilihan. Setiap hari kita akan berhadapan dengan pilihan-pilihan yang menunggu kita untuk mengambil keputusan. Apakah pagi ini anda ingin meneruskan tidur atau mulai bangun untuk memulai aktivitas anda. Apakah anda mau berdoa dan bersaat teduh dahulu atau langsung bersiap pergi kerja. Mau jujur atau curang dalam ulangan atau bekerja, dan sebagainya. Ada begitu banyak pilihan yang dihadapkan kepada kita, dimana sebagian di antara pilihan-pilihan itu bisa membawa dampak serius, apakah kita memilih madu yang manis dan menyehatkan atau racun yang pahit dan mematikan.
Suatu hari menjelang kebaktian saya berpapasan dengan teman persekutuan saya yang sudah sangat saya kenal dekat. Lucunya ia tidak menyadari bahwa saya tepat berada di depannya, meski menurut penglihatan saya matanya mengarah kepada saya. Saya pun berhenti tepat di depannya. Itupun ia masih butuh waktu untuk kemudian tersadar bahwa saya berdiri di situ. "Aduh sori, saya sedang berpikir sampai-sampai tidak sadar dan tidak melihat kamu" katanya tertawa. Kitapun sering mengalami hal ini. Ketika kita sedang banyak pikiran kita seringkali tidak memperhatikan sekeliling kita, sehingga orang yang kita kenal pun bisa jadi luput dari penglihatan kita meski mereka berada begitu dekat dengan kita. Bagaikan matahari yang sinarnya begitu kuat bisa tidak terlihat jika sedang ditutupi awan tebal.
Apakah anda termasuk orang yang bisa bersabar menunggu sesuatu atau seseorang? Bagi kebanyakan orang, menunggu seringkali menjadi masalah tersendiri. Saya telah bertemu dengan begitu banyak orang yang mengomel, jengkel bahkan marah ketika mereka harus menunggu. Agaknya masalah kesabaran di Indonesia ini masih menjadi sesuatu yang harus ditingkatkan. Lihat saja ada begitu banyak orang yang memotong antrian seenaknya tanpa merasa bersalah. Apakah itu di depan kasir, di toko/supermarket, di depan loket karcis bioskop, di depan toilet umum dan sebagainya. Sebaliknya orang yang dipotong ketika sedang mengantri pun akan langsung marah baik secara terang-terangan atau setidaknya memasang wajah masam atau ngomel kecil. Ada banyak orang pula yang emosinya meningkat ketika ia harus menunggu lama dalam antrian dan segera mulai mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. Di jalan raya? Sama saja. Seorang musisi dari luar negeri yang pernah saya wawancarai berkata bahwa ia kaget melihat semrawutnya jalan di ibu kota. Masih lumayan kalau cuma macet, tapi tentu saja seperti yang sering kita lihat masalah di jalan masih harus ditambah dengan orang-orang yang dengan berbuat sesuka hatinya tanpa mengindahkan rambu atau peraturan lainnya. Si musisi tadi berkata, meski dibayar sekalipun ia tidak akan pernah mau mengemudi di kota Jakarta. "It looks scary and dangerous..they looked so impatient." katanya. Saya rasa masalah kesabaran ini merupakan sesuatu yang benar-benar masih harus dilatih dan diupayakan secara serius di negara kita.
Seorang bapa tua duduk di kursi roda dan dibawa ke depan pada sebuah altar call. Saya merasa sedih melihat bapa yang mungkin terkena stroke tidak lagi bisa bergerak, bahkan tidak bisa menyeka air liurnya yang meleleh keluar. Usia memang tidak bisa kita lawan. Seiring bertambahnya usia, tenaga dan kemampuan maupun daya tahan kita akan menurun. Dalam dunia olah raga ketika atlit sudah mencapai usia di atas 31, mereka sudah dikategorikan tua dan harga transfernya akan menurun karena prestasi mereka dianggap sudah melewati masa puncak. Menjelang usia 40, saya pun sudah merasa penurunan stamina yang cukup lumayan jika dibandingkan 5-6 tahun yang lalu. Well, that's life. Tubuh kita memang punya usianya sendiri. Ada banyak orang yang mengira bahwa usia yang bertambah itu pun mengarah pada berkat Tuhan yang menurun pula. Padahal alkitab tidak pernah berbicara demikian. Tenaga memang menurun, tapi itu hanyalah daging kita. Pada kenyataannya Tuhan menjanjikan berkat dan kasihNya senantiasa dan tidak terpengaruh usia.
Sewaktu saya masih sekolah, ada kalanya saya mendapatkan kesulitan untuk mengerti beberapa mata pelajaran yang termasuk sulit. Saya ingat sulitnya menghafal perkalian dan belajar pembagian. Tapi meski demikian saya tidak khawatir, karena saya tahu ada ibu saya yang akan selalu meluangkan waktunya untuk mengajarkan saya hitung menghitung. Tidak hanya mengajarkan, ia memberi contoh dengan membelah buah jeruk untuk mengajarkan pembagian, ia membeli sekantong untuk mengajarkan saya perkalian. Ia dengan telaten melatih saya untuk menghafal, termasuk berbagai "tenses" dalam bahasa Inggris. Jika saat ini saya bisa menjadi seperti siapa saya hari ini, itu semua tidak lepas dari peran besar ibu saya sejak kecil, yang rela meninggalkan profesinya secara total untuk membimbing anak-anaknya. Demikianlah kehidupan kita yang tidak pernah bisa sendiri. Kita selalu butuh orang-orang yang kita tahu peduli terhadap kita, dan kita tahu kita akan baik-baik saja jika mereka ada di dekat kita. Bayangkan bagaimana hidup ini seandainya kita hanya sendirian menghadapi segudang permasalahan. Terhadap manusia kita sering seperti itu, ironisnya kita malah seringkali lupa tentang keberadaan Tuhan. Kita sering menjadikanNya sebagai tembok pertahanan terakhir, atau malah tidak sama sekali. Tidak heran jika ada banyak orang yang kemudian menyerah ketika tidak ada siapapun lagi di dunia ini yang bisa diandalkan. Mereka lupa bahwa di atas segalanya ada Tuhan yang berkuasa penuh. Tuhan itu ada.
Salah satu yang saya sukai dari profesi saya sebagai pengajar adalah saya bisa terus selalu mempraktekkan ilmu yang telah saya pelajari dahulu secara rutin. Setiap kali mengajar, saya akan terus mempergunakan ilmu itu sehingga saya tidak akan lupa. Ada beberapa murid yang telah lulus tapi lama tidak mempergunakan ilmunya, dan ketika saya bertemu dengan mereka, mereka berkata bahwa banyak yang telah mereka lupa dari apa yang pernah mereka pelajari. Apapun yang kita pelajari jika tidak kita aplikasikan secara langsung secara terus menerus maka kita pun akan lupa. Tidak heran ada pepatah yang mengatakan "practice makes perfect". Ilmu yang hanya kita dengar atau hafalkan tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak dipraktekkan atau dilakukan secara nyata.