Saturday, August 1, 2009

Kesatuan Keluarga

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Kejadian 6:22
======================
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."

kesatuan keluarga, keluarga bahagiaDalam perjalanan saya membina rumah tangga bersama istri tercinta, ada satu faktor yang bagi saya sungguh menjadi penekanan penting. Faktor itu adalah bagaimana agar saya dan istri bisa tetap seiring dan sejalan dalam keluarga dalam pengambilan keputusan dan lain-lain. Hal ini penting, namun tidak selalu mudah dilakukan mengingat kita manusia memiliki kepribadian dan sifat yang berbeda-beda yang mungkin bisa membuat pengaruh yang berbeda kepada pengambilan keputusan. Karena perbedaan itulah maka perlu dicari sebuah titik temu, agar semua keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi keluarga, didasarkan pada kesepakatan bersama dan sesuai dengan firman Tuhan. Dengan menekankan hal itu dalam keluarga saya, saya membuktikan sendiri betapa suasana dalam rumah tangga terasa damai dan bahagia. Masalah tetap ada, namun apapun itu kami hadapi bersama-sama, seiring dan sejalan. Frekuensi perselisihan bisa berkurang secara drastis. Ada atau tidak masalah, kami percaya ada Tuhan bertahta di atas segalanya. Biarlah semua berjalan seijin Tuhan. Berdoa, berdoa dan berdoa, untuk mencari jalan yang terbaik sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Karena itulah walaupun terkadang keputusan secara pribadi berbeda, namun titik temu pasti selalu ada, dan itulah yang kami pilih untuk dijadikan dasar dalam memutuskan sesuatu.

Malam ini mari kita melihat kisah Nuh ketika ia disuruh membangun bahtera. Pada masa itu manusia dikatakan benar-benar telah rusak di hadapan Allah (Kejadian 6:11). Isi dunia hanyalah kejahatan. Dikatakan "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi." (ay 12). Karena itulah Tuhan memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk di bumi, kecuali Nuh, yang dikatakan sebagai orang benar, tidak bercela, dan hidup bergaul dengan Allah. (ay 1). Tuhan menyuruh Nuh yang sudah tua untuk membangun bahtera super besar. Ingat pada waktu itu hujan belum pernah turun, sehingga orang-orang yang hidup pada masa itu belum pernah melihat banjir. Sebuah pesan yang mungkin lucu bagi orang-orang di sekitar Nuh, bahwa Nuh harus membangun sebuah bahtera raksasa yang mungkin belum pernah terbayangkan sebelumnya. Apa yang saya bayangkan adalah betapa Nuh dan keluarga mungkin diolok-olok begitu banyak orang ketika membangun bahtera itu. Tapi Alkitab mencatat ketaatan Nuh yang terus mengerjakan hingga selesai. "Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." (ay 22). Menghadapi olok-olok dan menjadi bahan tertawaan selama sekian lama tentu tidak gampang. Apa yang membuat Nuh tegar untuk menyelesaikan itu semua? Selain Nuh percaya penuh pada Tuhan, saya melihat pula sebuah dukungan atau support dari keluarganya. Tanpa itu semua, niscaya Nuh akan mudah patah semangat menghadapi tekanan. Dari mana saya melihat dukungan keluarganya? Tidak ada ayat yang menyatakan mereka berbantah-bantah. Mereka semua patuh dan taat untuk masuk ke dalam bahtera setelah selesai dibangun. Melihat kepatuhan mereka, saya yakin ketiga anaknya dan istrinya pasti mendukung penuh apa yang dilakukan Nuh. Mereka sepakat, seiring dan sejalan. Bukan tidak mungkin pekerjaan Nuh dalam membangun kapal yang luar biasa besar itu pun tidak sendirian, melainkan dibantu oleh seluruh anggota keluarganya. Dan ketika air bah turun, keluarga Nuh pun selamat, kemudian diberkati Tuhan. (9:1).

Bersepakat dalam segala hal dalam keluarga akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini tidak jarang kita melihat suami ke kiri, istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan ini bisa membahayakan kelanggengan keluarga. Padahal Yesus jelas berkata: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Itulah kuasa yang bisa ditimbulkan dari kesepakatan dan kebersamaan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Ini janji Tuhan. Alangkah sayangnya jika dalam sebuah rumah tangga tidak lagi ada kesepakatan.

Kesepakatan bisa diibaratkan sebagai sebuah teamwork atau kerjasama tim yang harmonis, saling dukung, saling bantu, saling support. Dari kisah Nuh, kita melihat bahwa teamwork bukan saja terjadi antara suami-istri dan anak, namun ada campur tangan Tuhan pula di dalamnya. Ketika Nuh disuruh membangun bahtera, perhatikan Tuhan memberitahukan secara rinci mengenai bagaimana membangun bahtera tersebut. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa untuk memperoleh keselamatan, sebuah kerjasama tim juga harus melibatkan Tuhan. Dalam pengambilan keputusan, atau doa-doa permohonan, adakah Tuhan tetap berbicara pada kita? Ya, ada Roh Kudus yang selalu mengingatkan dan membimbing kita. Namun seringkali kita mengabaikan peringatan Roh Kudus dalam mengambil keputusan, dan cenderung lebih memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Ini jelas bukan teamwork yang baik. Kerjasama tim yang baik seharusnya melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memecah belah kita, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah? Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Suami istri bukan lagi dua, melainkan satu. Satu bukan saja dalam pengertian jasmani, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam berbagai hal. Contoh yang paling kecil saja sudah saya buktikan sendiri: betapa damai dan sejuknya keluarga ketika suami dan istri selalu ada dalam kesepakatan bersama. Ketika suami melibatkan istri, ketika istri mengambil bagian dalam keputusan-keputusan rumah tangga. Untuk yang sudah punya anak pun, mereka perlu diajak untuk bersepakat bersama-sama. Bangunlah mesbah keluarga yang kokoh sejak dini. Tanamkan keteladanan kepada anak-anak anda, saling mengasihilah, dan bersepakatlah dalam segala hal. Build a strong teamwork, unite with your family, and God will definately be there among you.

Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker