========================
"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."
Urusan melayani tidaklah gampang. Apalagi bagi orang yang bukan melayani full time seperti saya. Ada pekerjaan sehari-hari yang harus dijalankan, ada urusan-urusan rumah tangga yang perlu ditanggulangi, terkadang rasanya waktu 24 jam masih kurang untuk bisa melakukan semuanya dengan baik. Jika stamina menurun, jatuh sakit pun menjadi salah satu masalah yang harus diwaspadai. Kemarin untuk pertama kalinya saya melakukan pelayanan pelepasan, dan ternyata hal itu sungguh melelahkan. Bukan hanya yang dilepaskan yang terkulai lemah dan muntah, tapi saya yang melakukannya pun merasa letih. Saya merasa bersyukur bahwa Tuhan mau pakai saya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan demi kerajaanNya di dunia ini, disamping itu saya juga bersyukur dikaruniai istri yang mendukung segala yang saya kerjakan dan hidup berbahagia bersamanya, juga pekerjaan-pekerjaan sehari-hari yang diberkati Tuhan luar biasa. Padahal saya hanyalah tamatan SMA, yang menurut hukum alam di Indonesia tidak akan bisa mendapat porsi yang baik seperti halnya sarjana, S2, S3 dan sebagainya. Tapi lihatlah Tuhan yang bisa memakai dan memberkati siapa saja, termasuk saya yang secara logika manusia ini tidak ada apa-apanya. Semua itu patut disyukuri, dan saya sendiri tidak ada habis-habisnya mensyukuri segala yang Tuhan beri. Ketika hidup, pekerjaan, rumah tangga, termasuk pelayanan mengalami peningkatan dan mulai mencapai keberhasilan demi keberhasilan, saya menganggap sangat penting untuk tidak terlena dan menjadi lupa bahwa semua itu adalah hasil karya Tuhan, dan bukan karena kehebatan diri saya sendiri. Ya, saya bekerja dengan sungguh-sungguh dan serius seperti bekerja untuk Tuhan, tapi saya tahu, tanpa kasih karuniaNya, tidak akan ada yang dapat saya kerjakan, dan tidak akan ada pencapaian-pencapaian luar biasa yang penuh berkat. Adakah sesuatu yang bisa saya banggakan terhadap diri saya sendiri tanpa penyertaan dan campur tangan Tuhan? Tidak ada sama sekali. I'm nothing without God.Paulus mengakui hal ini. Dalam keadaan apapun, jika kita mampu bertahan hidup, jika kita mengalami peningkatan pencapaian dalam berbagai aspek kehidupan dan pelayanan, meskipun dunia melihat kerja keras kitalah yang membuahkan hasil, namun semua itu sia-sia adanya tanpa kasih karunia Allah. "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (1 Korintus 15:10). Dalam kesempatan lain Paulus berkata: "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." (2 Korintus 4:7). Bukankah semangat, kekuatan, kemampuan, kepintaran dan talenta-talenta lainnya juga berasal dari Tuhan? Dan, bukannya semua itu bisa mengarah pada kesia-siaan jika tidak ada kasih karunia Tuhan menyertai setiap yang kita lakukan? Saya pernah mengalami masa-masa dimana saya berada di luar Tuhan dan mengandalkan kekuatan saya sendiri dan orang lain, dan saya sudah mengalami sendiri bagaimana semuanya berakhir sia-sia. Paulus begitu tulus mengakui bahwa semua keberhasilan yang ia alami, semua pekerjaan dan pelayanannya dari kota ke kota bukanlah karena kehebatan dirinya. Bukan karena kepintaran, kekuatan dan kesanggupannya semata, namun semua itu adalah hasil karunia Allah yang menyertainya. Semua berasal dari Tuhan, maka kemuliaan adalah milik Tuhan juga.
Yesus mengingatkan demikian: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Di dalam Kristus, kita akan berbuah banyak, dan hanya karena penyertaanNya lah kita mampu berbuat sesuatu dan mencapai keberhasilan dan peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Maka ingatlah bahwa tidak ada alasan apapun bagi kita untuk memegahkan diri, merasa hebat dan menjadi sombong ketika kita mengalami keberhasilan dalam apa saja yang kita lakukan. Dalam Mazmur kita membaca hal yang sama, bahwa orang yang suka melakukan firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam mendapat janji Tuhan agar apapun yang diperbuatnya menjadi berhasil. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Jika kita mundur ke kitab Kejadian, kita pun melihat bagaimana Yusuf bisa tetap keluar dari masalah, meskipun berbagai masalah luar biasa menjerumuskan dia ke dalam penderitaan berkali-kali. Semua itu bukan karena kehebatannya, melainkan karena Tuhan menyertai dia. "..karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil." (Kejadian 39:23b). Roh Tuhan yang memampukan semuanya dalam kehidupan kita. Dalam Zakharia kita membaca "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6).
Ada banyak orang terjatuh ketika mereka mulai mencicipi keberhasilan. Bahkan ada banyak diantaranya anak-anak Tuhan dan para hamba Tuhan yang juga terjatuh karena menyombongkan keberhasilannya. Jangan sampai kita mencuri hak Tuhan beserta kemuliaanNya dengan menganggap bahwa semua itu adalah hasil usaha keras kita semata, dengan menjadi sombong membanggakan kehebatan, kepintaran dan kekuatan kita. Semakin tinggi kita naik, hendaklah kita semakin rendah hati. Ingatlah bahwa Roh Kudus hanya bisa bekerja dengan leluasa dalam sebentuk hati yang tetap penuh dengan kerendahan dan terus berserah sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Paulus menyadari bahwa tanpa campur tangan Tuhan, ia tidak akan pernah bisa berbuat apa-apa. Mari kita teladani hal ini. Tetaplah bersyukur, lakukan yang terbaik, dan jangan pernah lupa untuk memuliakan Tuhan atas segala yang kita peroleh hari ini.
Kasih karunia Tuhan memampukan kita mencapai keberhasilan, tanpa itu kita bukanlah apa-apa
Menjelang Pemilihan Presiden yang akan datang sebentar lagi, saya teringat akan perjalanan panjang bangsa ini dalam berdemokrasi. Sudah 11 tahun kita menjalani masa reformasi. Masa-masa dimana kebebasan berpendapat dikekang oleh rezim lama sudah berlalu. Orang bebas menyampaikan unek-uneknya, keluhannya, bahkan berdemo pun sepanjang tidak mengarah pada tindak anarkis sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Kebebasan, kemerdekaan, adalah sesuatu yang patut disyukuri. Tapi sayang, ada banyak orang yang terlena dengan kemerdekaan di era reformasi, sehingga mereka menyikapi kemerdekaan dengan salah kaprah. Mereka menganggap mereka boleh bebas berbuat apa saja tanpa batas. Memaksakan kehendak dengan kekerasan adalah salah satunya, bahkan ada kelompok-kelompok yang berani mengatasnamakan Tuhan untuk menindas saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri. Salah seorang teman pernah berkata bahwa tampaknya negara kita belum siap untuk dihadiahi kemerdekaan dan kebebasan. "Belum saatnya kita reformasi. Jauh lebih baik keadaannya ketika kita masih dikekang. Kita ternyata masih bangsa yang harus diikat, dicambuk dan disuapi agar aman.." katanya. Terdengar agak berlebihan memang, but he got a point. Ada banyak orang yang terlena dalam sebuah kemerdekaan sehingga tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah kemerdekaan itu. 
Hidup bermasyarakat dalam kemajemukan tidaklah mudah. Apalagi ketika kita menjadi kaum minoritas. Apa yang kita lakukan, bagaimana kita bertingkah laku, semua akan menjadi bahan pengamatan banyak orang. Karena itulah saya selalu berusaha, terutama selama setahun terakhir ini, untuk menjaga diri dari berbagai kelakuan yang buruk. Berhasil atau gagal? Saya tahu masih banyak yang harus dibenahi, karena sebagai manusia saya tidak akan bisa 100% sempurna. Namun setidaknya saya terus berusaha untuk terus menjadi lebih baik lagi. Itu tekad saya, may God keeps on helping me on that. Adalah sangat penting bagi saya untuk terus berproses lebih baik, menjaga setiap langkah saya, agar saya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Malam ini hp saya tiba-tiba berdering. Ternyata saya mendapatkan telepon dari seorang penyanyi legendaris jazz Indonesia yang usianya sudah lebih setengah abad. Beliau ini memang luar biasa. Di usianya yang sudah tidak lagi muda itu, bukannya melemah, malah vokalnya semakin luar biasa. Dia masih sanggup mengisi panggung selama berjam-jam. Ketika banyak artis yang hanya separuh dari usianya sudah mulai merasakan menurunnya kemampuan mereka, ketika ada banyak penyanyi yang kualitas vokalnya semakin menurun seiring perjalanan waktu, beliau justru mengalami peningkatan. Jika saya bandingkan kemampuan olah suara beliau saat ini dengan saat ia baru memulai karirnya lebih dari 30 tahun yang lalu, maka jelaslah bahwa kualitasnya jauh lebih baik saat ini dibanding dulu. Beliau sempat mengalami musibah patah kaki akibat terjatuh, tapi sekarang hal tersebut seolah-olah tidak membekas sama sekali. Beliau justru semakin lincah. Setelah berbincang-bincang, dia bercerita tentang sebuah wawancara yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Si wartawan bertanya, apa rahasia beliau untuk bisa menjaga kualitas vokal dan kondisi tubuh tetap prima? Apa yang ia makan? Jenis vitamin apa yang ia konsumsi? Jawaban dari sang legenda adalah, "kuncinya cuma satu, yaitu Yesus. Tuhan Yesus lah yang memberi kekuatan, sehingga saya masih bisa seperti saat ini." Ini sebuah kesaksian yang luar biasa, yang beliau ucapkan dengan berani di depan orang yang mungkin belum mengenal Kristus. Beliau kemudian melanjutkan, "saya percaya pada Yesus, saya alami begitu banyak mukjizat, Dia tidak pernah berhenti memberi saya kekuatan. Dan itulah yang saya sampaikan kepada mereka dengan jujur." Saya pun kemudian teringat akan ayat bacaan hari ini.
Ada banyak kehancuran keluarga diawali dari hilangnya fungsi ayah di dalamnya. Ketika seorang ayah tidak lagi berfungsi sebagai kepala keluarga, tidak lagi mempedulikan istri dan anak-anaknya, ketika seorang ayah terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan karirnya, atau malah terjerumus dalam dosa, maka tiang penyangga keluarga pun goyah. Kondisi broken home akan memicu anak-anak untuk mengalami kehancuran masa depan mereka. Banyak dari korban obat-obat terlarang ternyata berasal dari keluarga yang hancur. Anak perempuan remaja banyak yang jatuh ke tangan pria hidung belang karena mereka rindu belaian kasih, pujian dan perhatian yang seharusnya mereka dapatkan dari ayah mereka. Tidak mudah memang peran seorang ayah. Disamping tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, mereka juga diserahi tanggung jawab untuk menjaga keutuhan rumah tangganya, menjadi tulang punggung dan tiang yang menentukan kokoh tidaknya sebuah keluarga berdiri di atasnya. 
Nada cuma ada 7, tapi lagu tidak pernah mati. Dalam menekuni dunia jurnalisme di bidang musik selama beberapa waktu, saya selalu melihat kenyataan ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Bayangkan cuma 7 nada, tapi ada berapa trilyun atau jutaan trilyun jumlah lagu yang pernah ada hingga kini? Ada begitu banyak corak dan ragam dari ratusan genre yang berbeda dari masa ke masa. Ketika kita mendengarkan karya musik klasik Johann Sebastian Bach, rock and roll ala Elvis Presley, lagu-lagu The Beatles yang merubah corak musik dunia modern, hingga saat ini ketika anda mendengarkan lagu Michael Buble misalnya, semua itu dibentuk dari tatanan komposisi yang terdiri dari 7 not. Tapi dengarlah hasil  yang begitu jauh berbeda dari nama-nama yang saya sebutkan di atas. Dalam dunia musik dituntut adanya sebuah kreativitas dalam menciptakan sebuah lagu, atau lama-lama band yang tidak kreatif akan tersingkir di tengah persaingan ketat sesama musisi. Ini baru bicara soal lagu. Sebenarnya di semua lini kehidupan kita tetap dituntut untuk bisa berpikir kreatif, baik dalam menciptakan sesuatu yang baru, yang innovatif, ataupun dalam menyelesaikan persoalan-persoalan. Allah adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka kreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia. 
Perubahan arah jalan di kota besar memang bisa membingungkan. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan dan ruas jalan yang masih itu-itu saja bisa membuat jalanan semakin padat. Jalan tidak lagi cukup menampung jumlah kendaraan yang melintasinya, dan akibatnya kemacetan pun terjadi. Untuk mengatasi hal itu, salah satu cara adalah merubah ruas jalan, mengalihkan sebagian kendaraan ke jalan alternatif yang mungkin relatif lebih sedikit dilalui kendaraan. Mungkin dengan membuat jalan menjadi satu arah. Jalan satu arah bisa membuat kita harus berputar sedikit lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan. Seringkali arahnya terlihat berlawanan, karena kita harus berputar terlebih dahulu, namun pada akhirnya kita akan mencapai tujuan. Seandainya kita mengambil jalur tercepat dan melanggar peraturan? Kita bisa terkena tilang dan akibatnya hanya akan menambah masalah, malah akibatnya kita bisa lebih lama untuk mencapai tujuan. 
Saya ingat sebuah kebiasaan untuk saling berkirim parcel pada perayaan hari besar kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Ketika itu, untuk menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan selamat dan sebagainya, orang mengirimkan berbagai bentuk parcel kepada teman/keluarga/atasan/kolega/rekanan bisnis mereka dan sebagainya. Parcel itu disusun sedemikian rupa sehingga terlihat indah, berisikan berbagai macam produk atau benda di dalamnya, dan dibungkus dengan rapi dan indah. Paketnya pun bermacam-macam. Bisa parcel produk makanan/minuman, parcel peralatan, aksesoris, produk kecantikan atau buah-buahan. Saya pernah berbisnis parcel bersama beberapa teman saya ketika masih kuliah, dan saya tahu bahwa merangkai produk-produk itu agar terlihat indah tidaklah semudah yang diperkirakan. Yang pasti, pemberian itu tidak boleh terlihat asal-asalan, dan yang paling penting lagi, jangan sampai isi di dalamnya mengandung barang kadaluarsa, jika isinya adalah produk snack, minuman atau produk-produk yang dikonsumsi. Tidak ada satupun orang yang mau memberikan parcel berisi produk kadaluarsa, atau benda-benda yang sudah retak atau sompel. Maka ketika saya dan teman-teman membeli, merangkai hingga mengantar, kami harus benar-benar memastikan bahwa paket-paket parcel itu masih berada dalam kondisi baik dan layak untuk diterima orang yang dituju.
Kesuksesan tentu didambakan semua orang. Tidak ada manusia yang tidak ingin sukses. Tapi sayangnya, sebuah kesuksesan jika tidak disikapi hati-hati bisa mendatangkan kesombongan. Terlalu meninggikan atau membanggakan diri sendiri, selain tidak enak di dengar orang, tapi juga menunjukkan kesombongan. Padahal semua itu datangnya dari Tuhan. Memang, mungkin kesuksesan hadir atas kerja keras kita, tapi tanpa seijin Tuhan, tidak akan ada kesuksesan yang mungkin hadir. Selain itu, Tuhan jugalah yang memberikan talenta dan kemampuan ke dalam diri kita sehingga kita mampu berusaha untuk menghasilkan suatu keberhasilan. Semakin tinggi tingkat keberhasilan kita, semakin banyak pula orang yang mengamati gerak gerik dan tingkah laku kita. Maka saya merasa pepatah yang berbunyi: "Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk" adalah sangat tepat. Kita harus semakin rendah hati ketika kita semakin menapak naik. Meskipun demikian, terkadang sulit bagi manusia untuk tidak menyombongkan diri ketika mereka mencapai sesuatu yang membanggakan. Secara spontan terkadang kesombongan bisa mencelat keluar tanpa direncanakan. Ayat hari ini memberikan tips menarik yang mudah untuk diterapkan. 
Memang ada banyak artis yang bagaikan kacang lupa kulit. Tenar sedikit saja, perilakunya berubah dan menjadi angkuh. Dalam dunia media yang saya jalani, saya mendapatkan banyak kisah dari para kuli tinta lainnya atau para promotor mengenai perilaku artis-artis yang bisa begitu menjengkelkan. Tapi tidak semua artis punya perilaku negatif. Di antara mereka yang tersesat akibat glamor dan popularitas yang mereka alami, masih banyak pula yang rindu untuk terus memberkati dan melayani. Ada yang aktif di berbagai bidang. Menyumbangkan uangnya untuk riset-riset medis, membuat berbagai foundation, aktif di bidang sosial atau kegiatan kemanusiaan, lingkungan hidup, atau tetap aktif dalam pelayanan. Dalam perjalanan saya menekuni salah satu karir di bidang media, puji Tuhan, saya masih mendapati banyak artis yang punya komitmen tinggi untuk memberkati sesamanya. Artinya mereka sadar betul bahwa berkat berlimpah yang mereka terima dari Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa mereka simpan sendiri saja, melainkan harus dipakai untuk memberkati sesamanya pula. Menjadi saluran berkat. Tidak perlu takut untuk itu, karena Tuhan sanggup memberkati lebih lagi kepada orang-orang yang selalu memegang prinsip teguh dan memiliki kerinduan untuk memberkati orang lain. Saya sendiri juga mengalami itu semua. Kesimpulan saya adalah seperti ini: ketika kita memberi dengan niat tulus, dimana Tuhan dipermuliakan dan bukan dengan motivasi-motivasi yang salah, tidak ada yang berkurang ketika kita memberi berkat, malah yang ada kita akan ditambahkan lebih, lebih dan lebih lagi.
Menggenapi kehendak Bapa. Melakukan berbagai pekerjaan seperti yang diperintahkan Bapa. Mukjizat kesembuhan, membangkitkan orang mati dan banyak mukjizat lainnya. Menebus dosa manusia secara lunas lewat kematianNya di atas kayu salib. Bangkit di hari ketiga mengalahkan maut. Berulang-ulang menampakkan diri di hadapan murid-muridNya dan berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah selama 40 hari seperti yang tertulis pada Kisah Para Rasul 1:3. Lalu setelah memberikan Amanat Agung, Yesus pun terangkat naik ke surga, dan secara perlahan menghilang dari pandangan para murid menembus awan. (ay 9). Demikian ringkasan singkat dari perjalanan kehidupan Yesus selama berada di dunia dalam tubuh manusia. Hari ini kita merayakan kenaikan Yesus ke surga, dan ayat bacaan di atas adalah ayat bacaan yang saya peroleh hari ini.
Seorang teman pernah bercerita bahwa ia tidak tahu apa tujuan hidupnya. Apa yang harus ia lakukan agar berhasil. Imannya berjalan seperti rollercoaster, yang akan menukik tajam apabila permintaanNya tidak dikabulkan Tuhan. Kita sering merasa lebih tahu apa yang terbaik buat kita dibanding menyerahkan itu sepenuhnya kedalam keputusan Tuhan. Dalam permintaan-permintaan yang kita utarakan kepada Tuhan kita tidak melihat hal-hal lain selain memenuhi kepuasan kita di dunia, yang seringkali hanyalah sebuah permintaan untuk memuaskan kedagingan semata. Salah seorang siswa saya berkata dia sudah berdoa minta diberikan Blackberry, karena semua teman-teman sudah memilikinya, tapi belum mendapatkannya. "katanya Tuhan maha adil... kalau adil, saya dapat Blackberry juga dong.." demikian katanya sambil tersenyum kecut. Itulah yang terjadi bila kita hanya fokus pada sebuah permintaan akan kemewahan yang memuaskan daging semata, lupa bahwa penyertaan Tuhan dalam hidup kita jauh lebih penting ketimbang sekadar Blackberry.
Selama saya mengajar, saya melihat bahwa seni berbicara memegang peranan penting dalam mengajar. Seberapa hebat kita memiliki ilmu, namun ketika kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya dengan baik, maka semua ilmu yang kita miliki itu tidak akan bisa sampai secara baik kepada para murid. Tapi bukan itu saja. Ada satu hal lagi yang sangat penting, yaitu seni mendengar. Sebagai pengajar, saya harus meluangkan waktu untuk mendengar kesulitan atau keluhan anak-anak didik saya. Itu perlu, supaya saya tahu apa yang harus saya perbaiki atau bantu dari kelemahan mereka. Masing-masing orang pasti berbeda masalahnya, dan saya harus meluangkan waktu mendengar mereka satu persatu. Mungkin karena mereka tahu saya mau mendengar, banyak diantara mereka yang malah curhat mengenai hidup mereka, keluar dari konteks belajar. Akhirnya saya bisa melihat betapa banyaknya masalah di dalam kehidupan ini, dan tiap orang punya problema yang berbeda. Sesampainya di rumah, saya pun harus meluangkan waktu untuk mendengar istri saya. Bagi saya, saya tidak akan bisa menjadi suami/kepala rumah tangga yang baik jika saya tidak menyempatkan diri untuk mendengar istri saya. Mungkin ada masalah, mungkin bertanya ini itu, atau mungkin cuma menyempatkan diri ngobrol santai walaupun sebentar, itu semua adalah sangat penting. Lelah atau tidak, saya akan selalu berusaha meluangkan waktu untuknya. 
Sebuah perintah Tuhan untuk mengasihi tanpa syarat mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Apalagi jika kita dihadapkan kepada berbagai corak dan ragam sifat, kepribadian maupun perilaku manusia yang terkadang sulit kita terima. Untuk tidak bereaksi negatif saja mungkin sudah sulit, apalagi mengasihi. Padahal kita tahu dua perintah yang paling utama dari Yesus, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, lalu mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-40), bahkan lebih lanjut kita diperintahkan untuk mengasihi tidak hanya seperti mengasihi diri sendiri, melainkan seperti Kristus sendiri telah mengasihi kita. (Yohanes 13:34). Yesus juga mengingatkan demikian: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (15:13). Hal ini sudah dipraktekkan langsung oleh Yesus, yang mengorbankan nyawaNya demi menebus diri kita. Semua ini sudah kita ketahui, namun prakteknya tidaklah mudah. Kekecewaan demi kekecewaan bisa membuat kita menjadi tawar hati bahkan antipati terhadap orang lain. 
Mungkin teman-teman masih ingat, saya pernah bercerita bahwa saya terlahir sebagai orang yang mudah stres. Dulu saya selalu menghadapi sesuatu secara berlebihan, artinya yang belum jelas sekalipun mudah membuat saya stres. Padahal seringkali setelah dihadapi, hasilnya tidak se"menakutkan" apa yang saya pikir sebelumnya. Tapi namanya sifat, tetap saja saya berulang-ulang mengalaminya. Saya selalu takut melakukan hal baru. Bayangkan betapa capainya diteror perasaan stres, cemas, khawatir dan sebagainya seperti itu, padahal apa yang dihadapi terkadang tidak serius-serius amat. Ditambah lagi saya adalah tipe orang yang perfeksionis, maka semakin bertambah-tambah lah tekanan bagi saya dalam melakukan atau menghadapi apapun dalam perjalanan hidup. Yang seperti itu jelas tidak baik. Tidak hanya membuat lelah diri sendiri, namun juga bisa menjadi pintu masuk berbagai macam penyakit. Stroke,darah tinggi, depresi, jantung, atau kanker, seringkali muncul akibat stres yang berlebihan. Untunglah, puji Tuhan, saya mengenal Yesus beberapa tahun yang lalu, dan sejak saat itu saya secara perlahan diubahkan. Dulu dan sekarang, bahkan nanti, yang namanya masalah, kesulitan dan lain-lain tidak akan pernah berhenti datang. Apakah saya sekarang sibuk? ya. Apakah sekarang saya saat ini bebas dari kesulitan dan masalah 100%? Sama sekali tidak. Seperti anda juga, saya punya banyak masalah dalam hidup ini. Apakah ada hal-hal yang sulit dihadapi dalam pekerjaan? Banyak. Namun sikap saya menghadapi itu semua berbeda antara dulu dan sekarang. Saat ini ditengah banyaknya tekanan, masalah dan kesulitan, saya punya damai sejahtera, bahkan sukacita. Itu ada di dalam diri saya, yang membuat saya bisa jauh lebih tenang menghadapi kendala apapun dalam hidup. Saya tidak perlu khawatir, sebab ada Tuhan yang selalu ada bersama saya dalam setiap masalah yang saya hadapi. Bagaimana saya tahu Tuhan itu ada bersama saya? Sebab saya merasakan ketenangan pikiran dan damai sejahtera di hati. Haleluya!