======================
"Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!"
Dalam perjalanan pulang beberapa hari yang lalu saya mendengar sebuah ayat disebutkan berulang-ulang dalam hati saya. Sesampainya di rumah pun saya segera bergegas membaca apa yang tertulis pada ayat itu. Ayat yang saya dengar itu menjadi ayat bacaan hari ini. Ini pesan Tuhan bagi kita semua untuk menyambut 2009.Tahun ini dimulai dengan kondisi sulit dan krisis yang terjadi di mana-mana. Sejak dua bulan terakhir, setidaknya, kita melihat betapa kondisi dunia menjadi memprihatinkan. Tidak saja di negara kita, tapi krisis ekonomi kali ini sifatnya global. Negara kuat seperti Amerika sekalipun tidak mampu mencegah krisis global ini. Imbasnya menjalar kemana-mana, termasuk apa yang kita alami hari-hari ini. Begitu banyak karyawan yang dirumahkan, ancaman PHK ada dimana-mana, banyak perusahaan bangkrut, dan sebagainya. Hidup yang sudah sulit menjadi semakin sulit, dan ada banyak orang mulai putus asa dan tidak tahu harus bagaimana untuk bertahan hidup. Ada beberapa teman saya pengusaha berkata bahwa krisis yang terjadi ini sudah di luar nalar, tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisa lagi dengan logika. Situasi kacau. Salah seorang dari mereka menggambarkannya dengan sebuah kiasan menarik: "kalau di lapangan bola, ini seolah-olah pemain menendang bola tidak lagi terarah dan beraturan. Bola ditendang kemana-mana, kena kemana-mana tanpa arah." Inilah yang terjadi hari-hari ini. Bukan sebuah suasana menyenangkan tentunya memasuki sebuah tahun baru yang secara logika kita akan terlihat begitu suram dan bagi sebagian besar orang, tanpa harapan.
Tuhan mau kita belajar dari apa yang terjadi pada masa pelayanan Mikha. Mikha ini adalah seorang nabi dari desa terpencil yang pelayanannya ada dalam rentang masa pemerintahan raja Yotam, Ahaz dan Hizkia. Situasi dan kondisi dunia saat ini sudah terjadi pula pada masa Mikha. Mari kita lihat apa saja yang terjadi pada masa itu dalam Mikha pasal 7. Kelaparan, gagal panen (ay 1), kemerosotan moral, hilangnya orang saleh dan jujur, saling jebak, saling tipu, bahkan saling menghancurkan (ay 2), sudah begitu terbiasa berbuat jahat, pejabat dan hakim korupsi dan menerima suap, pemimpin memaksakan kemauannya, hukum diputar balikkan (ay 3), orang yang terbaik sekalipun di dunia diibaratkan bagai semak duri yang tidak berguna dan menusuk (ay 4), tidak ada lagi yang bisa dipercaya (ay 5), kehancuran rumah tangga, permusuhan antara anggota keluarga (ay 6). Semua ini dikatakan Mikha seperti sebuah luka yang tidak dapat sembuh dan menular (Mikha 1:9).
Apa yang kita hadapi ke depan kurang lebih sama dengan situasi yang Mikha hadapi. Kita bisa belajar darinya bagaimana bersikap menghadapi kondisi sulit ke depan. Ayat hari ini menggambarkan penyerahan sepenuhnya pada Tuhan. "Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!" Jika Tuhan mampu menyelamatkan anak-anakNya di masa lalu, jika kita sudah berkali-kali melihat bahwa Tuhan mampu melakukan mukjizat lewat cara-cara yang ajaib, jika dulu Dia sanggup, sekarang pun Tuhan pun sanggup! Tuhan tidak pernah berubah, Dia selalu sama, dulu, sekarang sampai selamanya. (Ibrani 13:8) "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:2-8). Haleluya! Ini janji penyertaan Tuhan yang luar biasa, karenanya kita tidak perlu takut memasuki tahun baru yang secara manusia adalah suram dan penuh ketidakpastian. Dalam Ibrani selanjutnya kita baca sebagai berikut: "Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan." (Ibrani 12:26-27). Ayat selanjutnya berbicara mengenai apa yang harus kita lakukan. "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (ay 28).
Mikha tetap menanti-nantikan Tuhan, percaya penuh pada kuasa Tuhan yang akan selalu menyelamatkan dan mendengarkan doa anak-anakNya. Daud mengingatkan bahwa ada penyertaan Tuhan yang luar biasa bagi kita meski bumi hancur sekalipun. Dalam Ibrani kita juga membaca bahwa ada kita harus selalu bersyukur dan beribadah pada Allah karena Dia memberi janji buat kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, meski segala yang lain tergoncangkan. Yesus sendiri berkata: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Karena itu, memasuki tahun baru, 2009, mari kita semua tetap setia menantikan Tuhan, teruslah mengucap syukur dan berdoa, karena Tuhan akan meluputkan permasalahan bagi setiap yang percaya kepadaNya. Mari masuki tahun baru dengan penuh sukacita. Tidak perlu takut, khawatir dan ragu, karena Tuhan ada bersama kita! Selamat Tahun Baru 2009, Tuhan Yesus memberkati!
Bersukacitalah dan bersyukurlah dalam tahun yang sulit, karena Tuhan ada bersama kita
Menjelang Tahun Baru, di Gereja saya ada dua Pendeta dalam kesempatan berbeda menyampaikan sebuah pesan yang sama. Saya menangkap ini pesan profetik yang menjadi pesan Tuhan bagi kita semua untuk memasuki tahun yang baru. Tahun 2009 dipercaya banyak orang sebagai tahun yang sukar. Ada ancaman PHK besar-besaran sebagai akibat dari krisis global yang tengah melanda dunia. Efek PHK itu akan membawa efek domino yang bakal membuat begitu banyak orang menderita. Dan terpaan krisis itu sudah mulai dirasakan orang saat ini. Ada banyak orang yang mulai merasa kesulitan. Di sebuah harian di kota saya menyebutkan jumlah penderita stress disini meningkat pesat beberapa bulan terakhir. Krisis boleh saja terjadi, dan memang tidak pernah dijanjikan bahwa kehidupan Kristiani berarti lepas 100% dari masalah. Setiap saat badai bisa boleh menerpa kita, setiap saat "kapal" kehidupan kita bisa "bocor" dan terancam karam. Tapi jangan lupa, kita punya Allah yang luar biasa yang jauh lebih besar dari semua masalah dunia, sebesar apapun.
Sebagian orang merasa geli pada sosok cicak, bahkan ada yang merasa jijik. Kita semua pasti sepakat menyimpulkan bahwa cicak adalah binatang yang sangat lemah. Tidak seperti ular yang bisa menggigit dan berbisa, cicak tidak mempunyai sistem pertahanan yang memadai untuk melindungi dirinya dari hewan yang lebih besar atau manusia. Maka manusia pun bisa menangkap cicak dengan tangan tanpa bantuan senjata apapun, memegang cicak tanpa resiko apapun, bahkan dengan mudah bisa membunuh cicak. Tapi lihatlah betapa Tuhan menciptakan segala sesuatu itu bukan tanpa sebab. Tuhan tidaklah menciptakan cicak asal-asalan dan menjadikan cicak hanya sebagai mangsa atau santapan empuk predator saja. Cicak dilengkapi dengan ekor yang sanggup ber-regenerasi alias tumbuh lagi jika terputus. Ekor cicak ini akan terputus ketika cicak merasa sedang dalam bahaya. Ekornya akan terus bergerak-gerak sehingga pemangsa akan terfokus pada ekor yang putus dan akibatnya cicak bisa berlari jauh-jauh untuk menyelamatkan diri. Cicak juga dibekali dengan kemampuan beradaptasi tingkat tinggi. Coba lihat, mereka ada dimana-mana, mulai dari lingkungan kotor, kumuh hingga lingkungan mewah. Cicak ada di rumah, di sekolah, di kantor hingga istana-istana raja.
Pepatah "ada gula ada semut" agaknya kurang tepat saat ini. Kenapa demikian? Karena saya melihat semut tetap hadir dimana-mana dengan aktif meski ada gula atau tidak. Di atas meja, di lantai, bahkan semut masuk ke dalam dispenser yang isinya hanya air mineral. Mungkin anda pernah juga merasa kesal dengan keberadaan semut di mana-mana, dan mungkin anda juga pernah membunuh semut-semut itu saking kesalnya. Semut memang binatang yang sangat kecil dan tidak sebanding dengan kita, tetapi ada begitu banyak hal positif yang dapat kita pelajari lewat perilaku dan kebiasaan semut.
Pelanduk adalah sejenis hewan menyusui yang berukuran kecil. Masih tergolong keluarga rusa, tapi ukuran pelanduk dewasa kira-kira sama dengan kelinci. Hewan ini kecil dan lemah. Bayangkan jika hewan berukuran kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara. Pelanduk akan dengan mudah menjadi santapan hewan-hewan lain yang lebih besar darinya. Burung elang misalnya, akan dengan mudah menyambar pelanduk dan memangsanya. Begitu pula ular, dan hewan-hewan buas lainnya. Bagaimana pelanduk mampu melindungi dirinya? Ternyata pelanduk cukup bijaksana untuk membuat rumahnya di bukit batu. Pelanduk melindungi dirinya dari keganasan rimba dengan cara berlindung di balik bebatuan. Jika tidak demikian, rasanya mustahil bagi pelanduk untuk dapat bertahan hidup. Alkitab Perjanjian Lama pun menyebutkan bahwa gunung tinggi dan bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. (Mazmur 104:18).
Ada beberapa orang yang saya kenal memutuskan untuk tidak mau bekerja untuk orang karena tidak mau disuruh-suruh atau bekerja di bawah perintah. Bagi mereka daripada bekerja untuk orang lebih baik duduk diam di rumah. Dan itulah yang terjadi. Mereka hanya mau bekerja wiraswasta, seperti membuka usaha, tapi modal tidak pernah kunjung datang. Istri mereka lah akhirnya yang bekerja, dan sampai pada satu titik tertentu, usia mereka tidak lagi memadai untuk mencari pekerjaan. Dalam beberapa contoh kasus yang saya saksikan sendiri, mereka ini bukan saja menganggur, tapi kerap merepotkan dengan sikap mereka. Rasa minder atau rendah diri membuat mereka tampil penuh emosi dan sindiran untuk menutupi perasaan rendah diri yang mereka rasakan. Kalau sudah begini, dimana lagi letak keharmonisan dan kebahagiaan rumah tangga? Mereka tidak kekurangan, karena istri mereka bekerja, namun sukacita dalam rumah tangga tidak lagi mereka rasakan. Maka tepatlah apa yang dikatakan sebuah peribahasa terkenal: "Money can't buy happiness."
"Go tell it on the mountain, 
Sudah seminggu saya mendengar sebuah kalimat yang tidak asing lagi di dalam hati saya. Joy To The World, kalimat ini kita kenal sebagai judul dari salah satu lagu natal yang paling terkenal di dunia. 
Salju yang putih seringkali dikaitkan dengan keindahan Natal. Tidak heran ketika ada lagu White Christmas, yang menjadi populer ketika dibawakan oleh Bing Crosby dalam film "Holiday Inn" tahun 1942, kemudian menjadi lagu legendaris dan lagu natal wajib terlebih setelah tampil dalam film berjudul sama tahun 1954. Kartu-kartu Natal pun banyak yang menggambarkan keindahan pohon atau rumah yang ditutupi putihnya salju.Hiasan pohon natal pun demikian. Ada banyak orang yang menambahkan kapas untuk menciptakan kesan salju memenuhi hiasan pohon natal mereka. Selain dari keindahan yang tercipta lewat turunnya salju, warna putih yang menjadi warna salju pun sering dijadikan sebuah lambang akan sesuatu yang bersih bahkan kesucian. 
 Ketika mendekati bulan Desember biasanya ada beberapa musisi yang membuat album Natal. Dari Filipina, seorang musisi terkenal bernama Sitti, tahun ini mengeluarkan album Natalnya yang pertama. Sehubungan dengan peluncuran albumnya, saya berkesempatan melakukan sebuah sesi wawancara. Salah satu pertanyaan yang saya ajukan kepadanya adalah: Apa makna hari Natal buat anda? Ia kemudian menjawab dengan serangkaian kalimat yang sangat indah.
Ada seorang teman yang bercerita betapa kantornya penuh dengan orang-orang munafik. Mereka rajin ke Gereja, bahkan sebagian besar dari mereka melayani, selalu berdoa panjang lebar, namun perilaku mereka tidaklah mencerminkan Kristus. Teman saya bercerita bahwa mereka hanya peduli terhadap kelompoknya, mereka membeda-bedakan karyawan, dan yang lebih parah, sogok menyogok dan korupsi pun merajalela disana. "business is business.." kata atasannya suatu kali sambil tertawa. Di sisi lain, ada banyak anak-anak Tuhan yang mengalami kemuliaan Tuhan dalam hidupnya, mereka sudah melihat sendiri bahwa bagi Tuhan tidak ada satu hal pun yang mustahil, ada banyak kesaksian dalam hidup mereka, tapi mereka bersikap apatis dan merasa bahwa belum saatnya bagi mereka untuk "menyibukkan" diri buat Tuhan. "ah.. pendeta aja deh... aku kan cuma orang biasa.." atau: "sekarang ini saatnya kerja dulu.. kerja aja belum benar udah ngomongin melayani Tuhan.." Ada banyak orang yang berpikir demikian. Kita sering lihat, dan mungkin kita sendiri juga sama, bahwa ada banyak pendapat yang menyatakan rohani dan sekuler itu adalah dua hal yang berbeda. Rohani adalah ketika kita rajin ber-saat teduh, rajin ke Gereja, rajin membaca firman Tuhan, rajin berdoa.. sementara sekuler adalah saat kita bekerja, dalam pergaulan bersama teman-teman, di kampus, di sekolah, di mal dan lain-lain. Artinya seolah-olah kita punya "switch" yang bisa memprogram kita untuk "rohani mode on", atau "sekuler mode on". Ketika sedang dalam "mode sekuler", kita memberi toleransi pada banyak hal yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Dan bertobatnya nanti ketika "switch" dipindahkan ke "mode rohani".Padahal, segala tingkah laku dan perbuatan kita ada dalam pengamatan banyak orang disekitar kita. 
Gunung Merapi yang terletak di antara Jawa Tengah dan Yogyakarta adalah gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Gunung ini berdiri tegak dengan ketinggian 2968 m dan dinyatakan sebagai salah satu gunung berapi yang paling berbahaya di dunia. Sejarah mencatat sejak tahun 1548, gunung Merapi sudah meletus sebanyak 68 kali. Letusan kecil terjadi setiap 2-3 tahun sekali, dan yang lebih besar meletus dalam kisaran 10-15 tahun sekali. Karena bahayanya, sedikit saja gunung Merapi menunjukkan tanda-tanda mulai aktif, pemerintah pun akan segera mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi agar penduduk yang tinggal di lereng Merapi segera mengungsi pun akan segera dikeluarkan. Pada tahun 2006 gunung Merapi sempat mengeluarkan hujan abu vulkanik dan awan panas yang lebat. Hal ini membuat warga panik dan melarikan diri mencari tempat yang aman. Lava yang mencapai 4 juta meter kubik menutupi seluruh kapasitas kubah gunung Merapi, sehingga jika Lava kembali menyembur dari dalam, lava itu akan langsung keluar dari kubah dan menghancurkan daerah di sekitarnya. Ancaman gunung berapi memang mengerikan, begitu pula ancaman-ancaman yang diakibatkan dari berbagai bencana alam lainnya. Begitu menakutkan sehingga orang pun akan segera bergegas menyelamatkan diri ketika alam terlihat mulai menunjukkan tanda-tanda terjadinya bencana. 
Beberapa minggu yang lalu ada salah seorang siswa yang sudah berkeluarga berbincang-bincang dengan saya selepas kuliah. Obrolan akhirnya sampai kepada keluarga, dan dia bercerita bahwa ia menceraikan istrinya dan kemudian menikah lagi. Alasannya apa? "karena tidak bisa punya anak.." katanya ringan sambil tertawa kecil. Saya merasa kaget, tapi sebenarnya itu adalah sebuah potret kehidupan. Begitu banyak orang yang akhirnya mengalami kegagalan rumah tangga karena kekecewaan akan pasangannya yang belum juga mampu menghadirkan keturunan. Ketika usia terus bertambah, namun tidak juga mendapat keturunan, apalagi setiap hari ditanyai "kapan punya anak" dari keluarga atau teman-teman, mereka pun mulai berpikir bahwa pernikahan mereka telah gagal. Sebagian lagi akan memakai hal ini sebagai alasan untuk menikah lagi untuk kedua kalinya. Apakah saya merasa tidak butuh keturunan? Sama sekali tidak. Saya masih terus berdoa agar Tuhan berkenan memberkati kami dengan keturunan. Saya, sama seperti pasangan lainnya, tentu mengharapkan keluarganya dilengkapi dengan anak-anak. Wajar jika kita berharap akan lahirnya anak-anak dari pernikahan kita. Namun yang ingin saya sampaikan adalah, tujuan utama sebuah pernikahan bukanlah untuk mempunyai anak. Pernikahan bukanlah peternakan.
Ada seorang teman yang pernah bercerita mengenai kerinduan akan imannya untuk bisa bertumbuh, tapi dia merasa masih jalan di tempat selama bertahun-tahun. Ia sudah berdoa, tapi tetap saja ia tidak merasakan adanya hasrat kuat untuk mendalami Alkitab, secara teratur menyediakan waktu untuk saat teduh, bahkan kerinduan untuk beribadah bersama di gereja. "keinginan sih jelas ada... tapi tetap aja malas rasanya untuk berdoa apalagi baca Alkitab.." begitu katanya. Saya pun pernah mengalami hal-hal seperti itu. Ada masa dimana saya mengantuk di gereja, ada masa dimana saya begitu malas membuka Alkitab, bahkan malas berdoa kalau sedang tidak ada yang saya butuhkan. Tapi itu dulu, karena sekarang saya benar-benar merasakan betapa dekatnya Tuhan, dan Dia berbicara setiap hari dalam penyertaanNya yang luar biasa dalam hidup saya. Kita tidak akan bisa bertumbuh dengan instan, dan berharap bahwa dengan satu doa, lalu abrakadabra! Kita tiba-tiba langsung bertumbuh dalam dia. Satu doa, sim salabim, kita tiba-tiba merasakan dorongan yang kuat untuk ber-saat teduh dan membaca Alkitab. No, no...that's not the way it's supposed to be.
Dibalik satu kisah sukses biasanya terdapat seribu kisah kegagalan. Orang mungkin melihat bagaimana suskesnya seseorang, tapi lupa bagaimana orang itu jatuh bangun dan mengalami kegagalan berkali-kali sebelum akhirnya bisa mencapai kesuksesan. Hari ini mendung, dan rumah sangat gelap jika tidak ada lampu. Dan lampu tidak akan kita nikmati jika Thomas Alva Edison berkepribadian mudah menyerah. Thomas Alva Edison memang berhasil menemukan lampu, itu sebuah keberhasilan luar biasa, namun lihatlah berapa banyak hari-hari yang ia habiskan di laboratorium bawah tanah di rumahnya karena terus menerus menemui kegagalan. Tidak kurang dari 2000 percobaan gagal dialaminya, namun itu tidak membuatnya patah semangat, menjadi lemah atau putus asa kehilangan harapan. Thomas Alva Edison berkata: "I never failed once. It just happened to be a 2000-step process" Dia tidak pernah merasa gagal. Sesuatu yang dianggap orang sebagai kegagalan itu, bagi Edison adalah sebuah proses menuju keberhasilan. Pada akhirnya, 2000 langkah proses itu pun menjadi buah karyanya yang bisa kita nikmati sampai sekarang. 
Terkadang saya berpikir betapa manusia cenderung untuk sulit merasa puas. Selalu ada saja yang dikeluhkan, selalu ada yang kurang. Hal yang sama pun terjadi pada saya. Dulu, ketika saya belum memiliki pekerjaan, saya mengeluh dan terus berusaha dan meminta agar kiranya Tuhan memberkati saya dengan pekerjaan. Saat ini, ketika saya diberkati dengan pekerjaan yang begitu banyak sehingga saya tidak berhenti bekerja sejak pagi hingga lewat tengah malam selama beberapa hari terakhir ini, akhirnya malam ini tubuh saya terasa berontak. Saya merasa capai, uring-uringan dan akhirnya mengeluh. Jadi pengangguran mengeluh, punya pekerjaan banyak mengeluh. Tapi barusan saya mendapat teguran dalam hati saya, bahwa saya tidak boleh berlarut-larut membiarkan hal itu terjadi. Apa persisnya yang saya dengar? "manusia ini ya.. tidak punya kerja mengeluh, dikasih kerja mengeluh.." Itu perkataan yang saya dengar. Tuhan mengingatkan lagi pada saya, bahwa semua itu adalah berkat. Berkat yang bukan biasa-biasa, tapi luar biasa. Ada banyak orang yang mencari satu pekerjaan saja sulitnya bukan main, sedangkan saya tengah dipercayakan untuk melakukan banyak hal. Betapa keterlaluan jika saya malah mengeluh dan bukannya bersyukur bukan? Apalagi baru saja kemarin seorang murid saya berkata bahwa dia salut melihat saya, yang walaupun sedang sangat sibuk tapi tetap terlihat ceria seperti tanpa beban pikiran. Itu bentuk yang seharusnya ada dalam hidup anak-anak Tuhan. Tapi malam ini saya malah terpeleset dan kehilangan rasa gembira akibat terlalu lelah. Saya pun melakukan doa singkat, dan saat menulis renungan ini, saya sedang tersenyum. Saya kembali merasakan sukacita, merasakan kegembiraan ditengah kelelahan saya. Dan tubuh saya rasanya jauh lebih ringan.
Hari ini ketika saya tengah mengajar, saya tiba-tiba terkejut bukan kepalang. Bagaimana tidak, langit-langit di ruang kelas saya tiba-tiba saja pecah tepat ditengah. Dan seseorang bergantung disana dengan tangannya. Ternyata orang itu adalah salah seorang karyawan di kampus yang tengah membersihkan atap. Maklum, di musim hujan seperti ini atap bisa bocor jika saluran pembuangannya dipenuhi daun-daun yang berjatuhan dari pohon tepat di samping kelas saya. Tanpa sengaja karyawan tadi menginjak bagian yang lapuk, dan akibatnya langit-langit itu jebol, dan dia pun tergantung di langit-langit ruangan. Atap ruangan kelas pun bolong, kami buru-buru menyelamatkannya dan menggeser komputer-komputer ke pinggir agar tidak terendam jika hujan turun. 
Banyak orang yang peduli pada dosa-dosa "berat", tapi sedikit yang memperhatikan dosa "ringan". Rasanya mayoritas orang akan tahu bahwa membunuh atau mencuri itu termasuk dosa, tapi tidak banyak yang peka untuk urusan kecil, seperti misalnya membuang sampah sembarangan di jalan. Dalam perjalanan beberapa hari yang lalu ketika saya berhenti di sebuah lampu merah, mobil di depan saya seenaknya melemparkan kaleng coca cola keluar dari jendela seenaknya. Dalam hati saya berkata, "itu termasuk dosa juga loh.."  Beruntung orang itu tidak tinggal di Singapura, karena jika ia disana tentu ia akan mendapat hukuman denda dalam jumlah yang besar bahkan kurungan. Dan begitulah manusia, kita cenderung mentaati peraturan karena takut akan hukuman, bukan karena sebuah kesadaran dan kepatuhan dari diri sendiri. Apakah benar membuang sampah sembarangan itu termasuk dosa? Coba pikirkan, jika kaleng itu sampai melukai kaki orang yang menyeberang, atau jika tergiling oleh mobil dan menyebabkan ban orang bocor. Kaleng itu bisa membuat orang lain celaka. Littering atau membuang sampah sembarangan menunjukkan sebuah egoisme atau ketidakpedulian seseorang pada orang lain. Dan itu jelas dosa. Ketika saya melanjutkan perjalanan, dalam hati saya mendengar: "dosa membuang kaleng minuman sembarangan di jalan, tapi kasih karunia memungutnya."
Ingat lagu "Dia buka jalan" yang merupakan versi terjemahan karya Don Moen, "God Will Make A Way" ? "Dia buka jalan, saat tiada jalan..dengan cara yang ajaib, dibukaNya jalanku.." dan sebagainya.. Ini lagu yang tidak asing bagi saya. Ketika di awal perkenalan saya dengan Yesus ditengah pergumulan menghadapi ibu saya yang sedang sakit keras, lagu ini sungguh menguatkan saya. Malam ini sepulangnya saya dari undangan di sebuah pertemuan, lagu ini terus menerus hadir di dalam hati saya. Dan sepanjang jalan pun saya terus mengucap syukur dan berterimakasih pada Tuhan hingga sampai di rumah.
Hari ini sehabis mengajar, saya melihat satu murid saya laki-laki melewati saya sambil menangis tersedu-sedu. Saya pun terkejut dan bertanya mengapa. Ternyata ia merasa tidak sanggup mengikuti pelajaran dan merasa tertinggal dibanding teman-temannya. Situasinya memang berat, karena sebelumnya dia belum pernah sekalipun menyentuh komputer. Dan ketika dihadapkan pada pelajaran-pelajaran untuk mendesain web dan grafis, dia pun merasa shock. Ketika bebannya terasa semakin berat, ia mulai patah semangat dan tidak lagi sanggup menahannya sehingga menangis. Saya kemudian berbicara padanya, menguatkannya dan memberi semangat, dan berjanji akan memberikan waktu ekstra kepadanya agar ia bisa mengejar ketertinggalannya. Setelah setengah jam, akhirnya dia tersenyum lagi.